Sepantasnya kita tinggalkan shalawat yang ini
صلاة الله سلم الله * على طه رسول الله* صلة الله سلم الله * على يس حبب الله
توسلنا ببسم الله* وبالهدى رسول الله * وكل مجهد لله* بأهل البدر يا الله
1. Tentang bait:
صلاة الله سلم الله * على طه رسول الله* صلة الله سلم الله * على يس حبب الله
Semoga shalawat Allah, dan keselamatan (milik) Allah, dilimpahkan kepada Thaha, rasul Allah, semoga shalawat Allah, dan keselamatan (milik) Allah, dilimpahkan kepada Yasin, kekasih Allah.
Isi shalawat pada bait ini intinya benar yaitu minta kepada Allah agar melimpahkan shalawat dan salam kepada Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam. Yang menjadi masalah adalah adanya nama Thaha dan Yasin sebagai nama Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam. Karena tidak dijumpai hadist atau ucapan bahwa beliau shalallahu 'alaihi wa salam mempunyai nama Thaha dan Yasin. Adapun nama-nama beliau shalallahu 'alaihi wa salam adalah seperti hadist yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi rahimahullah berikut:
سنن الترمذي - (ج 10 / ص 56) حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمَخْزُومِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِي أَسْمَاءً أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِيَ الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدِي نَبِيٌّ
Rasulullah shalallahu ’alaihi wa salam bersabda, ”Sesungguhya untukku nama-nama: aku Muhammad; dan aku Ahmad; dan aku al-Mahi, yaitu dengan jalan aku, Allah membasmi kakafiran; Aku al-Hasyir, yang manusia dihimpun dibelakangku; aku al-'Aqib, al-Aqib yaitu yang tidak ada nabi setelahku”. (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih)
Hudzaifah radliallahu 'anhu berkata, "Aku bertemu dengan Nabi shalallahu 'alaihi wa salam pada suatu jalan di Madinah. Beliau bersabda, "
أَنَا محمد، وأَنَا أحمد، وأَنَا نبي الرحمة و نبي التوبة، وأَنَا المقفي، وأَنَا الحاشر، و نبي الملاحم
Aku Muhammad; aku Ahmad; aku Nabiyur-Rahmah, dan aku Nabiyuth-Thaubah. Aku al-Muqaffi (yang datang mengikuti jejak para Nabi); aku al-Hasyir dan Nabiyul Malahim (Nabi yang mengalami banyak peperangan) (lih. kitab asy-Syamail Muhammadiyah, oleh Imam Tirmidzi hadist no. 361, diriwayatkan juga oleh Muslim dalam kitab Shahih)
2. Tentang bait:
توسلنا ببسم الله* وبالهدى رسول الله
Kami bertawasul dengan (ucapan) bismillah dan petunjuk rasulullah
Tawasul adalah memanjatkan doa kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan diiringi dengan menyebutkan seseorang atau sesuatu yang dijadikan perantara dalam berdoa tadi (lih. Tahdzib Syarh ath-Thahawiyah oleh Abdul Akhir Hammad al-Ghunami, catatan kaki no.44).
Bertawasul dengan (amalan membaca) bismillah diperbolehkan kalau orang tersebut sering membacanya karena membacanya termasuk amal ibadah. Demikian juga bertawasul dengan (mengamalkan) petunjuk Rasulullah kalau orang tersebut mengamalkan petunjuknya karena mengamalkan petunjuk Rasulullah juga menjadi amal ibadah. Hal sesuai dengan kisah orang yang terkurung dalam gua (lihat hadist riwayat al-Bukhari no. 2215 dan Muslim no. 2743, Ahmad II:116)
3. Tentang bait:
وكل مجهد لله* بأهل البدر يا الله
Dan (kami bertawasul dengan) para mujahid Allah, dan dengan penduduk (pendiri) negeri ini, wahai Allah.
Ada dua macam mujahid dan pendiri negeri di sini yaitu mereka yang masih hidup, dan mereka yang sudah meninggal.
a. bertawassul (berdoa) dengan perantara orang yang masih hidup diperbolehkan dan hal ini sering dilakukan oleh para Sahabat radliallahu 'anhum.
- para Sahabat radliallahu 'anhum sering meminta Rasulullah shalallah 'alaihi wa salam untuk mendoakan mereka.
- para Sahabat radliallahu 'anhum pernah meminta Sahabat untuk mendoakan mereka
Contoh: Setelah Nabi shalallahu 'alaihi wa salam wafat, ketika orang banyak keluar dalam rangka shalat istisqa', Umar berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya kami (dulu) ketika terkena paceklik, kami bertawasul melalui (doa) Nabi kami, maka Engkau menurunkan hujan kepada diri kami. Sekarang, kami datang bertawasul dengan (doa) paman Nabi kami shalallahu 'alaihi wa salam (yakni Abbas)." (lihat hadist riwayat al-Bukhari no. 1010 dan 3710).
b. bertawassul dengan orang yang sudah meninggal dilarang dan bahkan syirik.
Sepantasnya kita meniru para Sahabat radliallahu 'anhum yaitu bertawasul dengan doa Rasulullah shalallah 'alaihi wa salam masih hidup, dan ketika beliau shalallah 'alaihi wa salam telah wafat, para Sahabat radliallahu 'anhum tidak lagi bertawasul kepadanya, tetapi bertawasul kepada Sahabat-Sahabat yang lain.
صحيح مسلم - )ج 8 / ص 405( حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Apabila anak manusia telah meninggal, terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal, dari sedekah jariah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.”
Imam ath-Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda
إِنَّهُ لاَ يُسْتَغَاثُ بِي وَإِنَّمَا يُسْتَغَاثُ بِاللهِ.
Sesungguhnya tidak boleh beristighatsah kepadaku, tetapi istighatsah itu seharusnya kepada Allah (HR ath-Thabrani – lihat Kitab at-Tauhid oleh Muhammad at Tamimi, Bab Termasuk Syririk: Istightsah atau Doa kepada selain Allah)
Bahkan beliau bersabda,
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَ إِذَا اسْتَعِنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ
Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah dan apabila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah (HR at-Trimidzi, ia berkata kadist ini shahih).
Allah taala berfirman:
أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.
Jadi bertawasul dengan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam setelah beliau wafat saja tidak diperbolehkan apalagi bertawasul dengan orang lain yang telah meninggal.
Kesimpulan:
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam telah mengajari kita cara mengucapkan shalawat. Dan beliau adalah sebaik-baik contoh dalam agama ini. Lalu mengapa kita mesti membaca shalawat yang tidak berasal darinya? Sepantasnya kita tinggalkan shalawat seperti ini.
Wallahu a’lam bi shawab
Ma'af, dalam penulisan teks Sholawat Badar dan Hadits-hadits yang ANda tulis banyak huruf-huruf yang salah dan terjemahannya juga keliru. Apakah seseorang yang kapasitas bahasa arabnya sangat minim seperti Anda pantas memberi komentar tentang Sholawat Badar yang disusun secara fasih dalam bentuk Sya'ir Arab berbahar Hazj !!? Mohon Anda banyak instrokpeksi diri !
BalasHapusKasihan... Taqlid membabi buta meski nulis salah2...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKasihan... Taqlid membabi buta meski nulis salah2...
BalasHapus