Selasa, 29 November 2011

Ternyata Adzan Shubuh Dua Kali adalah Sunnah


Adzan Subuh Dua Kali?
oleh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd 

حَدِيثُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا : عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ بِلَالًا يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى تَسْمَعُوا تَأْذِينَ ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ
Diriwayatkan daripada Abdullah bin Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah bersabda: Apabila Bilal memperdengarkan azan pada malam hari, makan dan minumlah sehingga kamu mendengar azan yang akan diperdengarkan oleh Ibnu Ummi Maktum (HR Bukhari no. 582, Muslim no. 1827, Tirmidzi no. 187 dll)

حَدِيثُ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَمْنَعَنَّ أَحَدًا مِنْكُمْ أَذَانُ بِلاَلٍ أَوْ قَالَ نِدَاءُ بِلاَلٍ مِنْ سُحُورِهِ فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ أَوْ قَالَ يُنَادِي بِلَيْلٍ لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَيُوقِظَ نَائِمَكُمْ وَقَالَ لَيْسَ أَنْ يَقُولَ هَكَذَا وَهَكَذَا وَصَوَّبَ يَدَهُ وَرَفَعَهَا حَتَّى يَقُولَ هَكَذَا وَفَرَّجَ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ
Diriwayatkan daripada Ibnu Mas'ud r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah bersabda: Janganlah kamu jadikan laungan azan Bilal atau seruan Bilal sebagai pencegah seseorang di antara kamu dari makan sahur kerana suara azan atau seruan azan Bilal pada malam hari adalah untuk memberi peringatan kepada seseorang dari kamu yang kebetulan masih mengerjakan sembahyang malam atau untuk membangunkan kamu dari tidur. Beliau bersabda lagi: Janganlah kamu hiraukan ucapan seseorang tentang fajar itu adalah begini, begini sambil baginda membetulkan tangannya kemudian mengangkatnya ke atas dengan mengatakan bahawa fajar ialah begini sambil merenggangkan di antara dua jari baginda (HR. Bukhari no. 586, 4887, 6706, Muslim no. 1830, Nasai no. 637 dll, hadist dinukil dari al-Bayan CD-Program).
Kesimpulan
Ada dua azan di pagi hari yaitu
a.    azan pertama – pada fajar pertama (kadzib) kurang lebih jam 3.30 s.d 4.00 – untuk memberikan peringatan kepada orang yang masih mengerjakan sholat malam bahwa sebentar lagi waktu shubuh segera tiba, atau membangunkan orang yang masih tidur.
b.    Azan kedua – pada fajar kedua (shadiq) – sebagai tanda masuknya waktu shalat subuh.

2.      Kapan kalimat “ash-shalatu hairu minannaum” dikumandangkan

Dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah disebutkan “Di dalam adzan waktu Shubuh, hendaklah sesudah menyerukan “Hayya ‘alal-falah”, mengucapkan “ash-shalatu khairu minan-naum …..” berdasarkan hadist riwayat Abu dawud dan Nasa’i(lih. HPT hal. 114 dan 122). Tetapi bagaimana dengan hadist-hadist berikut:
a.    Hadist
وإِذَا أَذَنْتَ بِاْلأَوَّلِ مِنَ الصُّبْحِ فَقُلْ: الصلاة خير من النوم،الصلاة خير من النوم.
Jika kamu mengumandangkan adzan pertama shubuh, maka, ucapkanlah ashshalatu khairun minannaum, ashshalatu khairun minannaum. HR Abu Dawud, an-Nasa’I, ath-Thahawi dan yang lain-lain (lih. Terjemah Tamamul Minnah bab adzan, hal. 175)

b.    Hadits dari Abu Mahdzurah:
أنَّهُ كانَ يُثَوِّبَ فِي اْلأَذَانِ اْلأَوَّلِ مِنَ الصُّبْحِ بِأَمْرِهِ صل الله عليه وسلم
Ia bertashwib dalam adzan pertama shalat shubuh atas perintahnya shalallahu 'alaihi wa salam  (HR al-Baihaqi dalam Sunan al-Baihaqi al-Qubra) (lih. Terjemah Tamamul Minnah, bab adzan, hal.175)


c.    Dan juga karena hadist:
وَزَادَ أَحْمَدُ فِي أَخِرِهِ قِصَّةَ بِلاَلِ فِي أَذَانِ الْفَجْرِ: الصلاة خير من النوم،الصلاة خير من النوم.
Dan Ahmad menambahkan pada akhir hadist tentang kisah ucapan Bilal dalam adzan Shubuh: as-shalatu hairu minannaum (lih. Bulughul Maram hadist no. 191, ketika memberikan tambahan hadist sebelumnya)

Pemuda Aktif itu kini sebagai Dukuh Terpilih


Pemuda Aktif itu kini sebagai Dukuh Terpilih.
Suwandi, S.Pd.I - yang dikenal sebagai Ketua Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Dekso Kecamatan Kalibawang akhirnya terpilih sebagai Dukuh Duwet Salam Banjarharo Kalibawang.
Pemilihanan diselenggarakan pada Senin 28 November 2011, Suwandi, S.Pd.I mendapatkan 212 suara unggul 14 suara dari teman sesama calon lainnya. Semago ia bisa mengemban amanah dengan baik, dan bermanfaat dalam syiar Islam dan bagi masyarakatnya. Amin.

Senin, 28 November 2011

MUHARRAM ADALAH BULAN MULIA (BUKAN BULAN SIAL)

MUHARRAM ADALAH BULAN MULIA
(BUKAN BULAN SIAL)
Oleh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd

Pemandangan Indah, Mejing Banjararum Kalibawang, Sabtu 19 November 2011
Muharram termasuk salah satu bulan harram.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (at-Taubah: 36).

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam telah menerangkan empat bulan haram tersebut. Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan suatu hadist
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ ابْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِي بَكْرَةَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin 'Abdul Wahhab Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Muhammad dari Ibnu Abu Bakrah dari Abu Bakrah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua belas bulan, diantaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab yang biasa diagungkan Bani Mudlar yaitu antara Jumadil Tsani dan Sya'ban.'  (HR al-Bukhari no. 4294)

Arti Bulan Harram
Bulan Haram adalah bulan yang didalamnya kita ditekankan tak diperbolehkan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang. Termasuk di dalamnya adalah berperang kecuali kalau diserang terlebih dahulu. Jadi bulan Muharram adalah bulan yang dimulyakan dan bukan bulan yang membawa kesialan. Sungguh aneh bila kita menghindari bulan Muharram untuk menikah atau menikahkan anak-anak kita, untuk menyunatkan anak-anak kita, untuk membangun rumah, dan lain-lain.
مختصر تفسير البغوي المسمى بمعالم التنزيل - (ج 3/ص 361) قال قتادة: العمل الصالح أعظم أجرا في الأشهر الحرم والظلم فيهن أعظم من الظلم فيما سواهن, وإن كان الظلم على كل حال عظيما.
Kitab Mukhtashar Tafsir al-Baghawi Bi Mu’alim at-Tanazil (3/361), Qatadah (seorang Sahabat Radliallahu ‘anhu) berkata: Amal shalih pada bulan haram berpahala sangat besar dan kedloliman di dalamnya merupakan kedloliman yang besar pu;a, dibanding pada bulan selainnya, dan sungguh kedloliman itu dilakukan kapanpun merupakan dosa yang besar.

Selasa, 22 November 2011

Kisah Tsa'labah: Kisah Bathil

Derajat Hadist – Tsa’labah bin Hatib Radliallahu ‘anhu
Oleh Sugiyanta S.Ag, M.Pd

Cerita Ringkas
Tsa’labah adalah seseorang yang hidup pada zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Ia seorang fakir tetapi rajin ibadah. Suatu saat ia menjumpai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam untuk didoakan oleh beliau shalallahu ‘alaihi wa salam supaya dikaruniai rejeki yang bisa mencukupi hidupnya. Walhasil, dia bekerja sebagai peternak domba. Waktu demi waktu berlalu, dombanya beranak pinak menjadi banyak dan berkembang dengan sangat pesat. Lambat laun domba-dombanya membuatnya lupa dari shalat, membayar zakat, ......
Kisah Tsa’labah ini sangat masyhur. Ibn Jarir ath-Thabari rahimahullah meriwayatkan dalam Tafsir ath-Thabari, Imam Thabarani rahimahullah dalam Mu’jamul Kabir (8/260), dan al-Wahidi dalam Asbabul Nuzul hal. 252 meriwayatkan kisah ini. Berikut seperti diriwayatkan oleh Imam ath-Thabari.
تفسير الطبري - (ج 14 / ص 370)
حدثني المثنى قال، حدثنا هشام بن عمار قال، حدثنا محمد بن شعيب قال، حدثنا معان بن رفاعة السلمي، عن أبي عبد الملك علي بن يزيد الإلهاني: أنه أخبره عن القاسم بن عبد الرحمن: أنه أخبره عن أبي أمامة الباهلي، عن ثعلبة بن حاطب الأنصاري،
Tafsir ath-Thabari (14/370):
Al-Matsani menceritakan kepada kami, katanya: Hisyam bin Umar menceritakan kepada kami, katanya: Muhammad bin Syu’aib menceritakan kepada kami, katanya: Mu’an bin Rafa’ah as-Salami menceritakan kepada kami, dari Abi Abdullah al-Malik Ali bin Yazid al-Alhani: mengabarkan kepadanya dari al-Qasim bin Abdirrahman: bahwa mengabarkan kepadanya dari Abu Umamah al-Bahili, dari Tsa’labah bin Hathib al-Anshari
أنه قال لرسول الله صلى الله عليه وسلم: ادع الله أن يرزقني مالا!
Bahwa ia berkata kepada Rasulullah sgalalhu ‘alaihi wa salam, “Berdoa;ah kepada Allah agar ia memberiku harta”.
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: وَيْحَكَ يَا ثَعْلَبَةُ، قَلِيلٌ تُؤَدِّي شُكْرَهُ، خَيرُ مِنْ كَثِيرٍ لاَ تُطِيقُهُ! ...
Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Celaka dirimu wahai Tsa’labah. Sedikit tetapi kamu syukuri lebih baik dari pada banyak tapi kamu tak sanggup untuk mengembannya. ....”
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: اللهم ارزق ثعلبه مالا! .......
Maka rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam berdoa: “Ya Allah, limpahkanlah rejeki kepada Tsa’labah dengan harta. ..........”
Alkisah, jadilah Tsa’labah peternak domba yang sangat berhasil. Lambat laun keberhasilannya menahannya dari shalat berjamaah, shalat jumat, dan ibadah lainnya. Sampai akhirnya
...فقال: يا ويْحَ ثعلبة ! يا ويح ثعلبه ! يا ويح ثعلبة! قال: وأنزل الله:( خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً )
... maka Rasulullah bersabda: “Celaka Tsa’labah, Celaka Tsa’labah, Celaka Tsa’labah. Kemudian Allah menurunkan ayat: “Ambilah dari harta-harta mereka, sedekah.”

Derajat Hadist dan Perkataan Para Ulama Ahli Hadist
Hadist ini bersumber dari Mu’an bin Rifa’ah dari Ali bin Yazid al-Alhani dari Qasim bin Abdirrahman dari Abi Umamah al-Bahili. Mu’an bin Rifa’ah dan Ali bin Yazid al-Alhani adalah perawi yang lemah sekali.
1.    Al-Iraqi berkata dalam Takhrij al-Ihya’: ‘Sanadnya lemah.”
2.    Al-Haitsami (Al-Hafidz Nurudin 'Ali bin Abi Bakr al-Haitsami, wafat 807) mengatakan dalam Majma’ az-Zawaid: “Diriwayatkan oleh ath-Thabarani tetapi dalam sanadnya ada Ali bin Yazid al-Alhani, dia matruk (ditinggalkan hadistnya).
3.    Ibn Hajar al-Asqalani (al-Hafidz Ahmad bin Ali Ibn Hajar al-Asqalani, wafat 852) berkata dalam Fath al-Bari: “Hadist ini lemah, tidak dapat dijadikan hujjah.”
4.    Ibn Hazm (Imam Muhammad 'Ali bin Ahmad bin Hazm, wafat 456 H) berkata: “Tidak diragukan lagi bahwa kisah ini adalah bathil.”
5.    Imam adz-Dzahabi (wafat 207 H) berkata: “Munkar sekali.”

Kesimpulan
Hadist ini ditinjau dari segi sanad (jalur perawi) dan matan (isi) hadist adalah hadist yang bathil. Dari segi matan bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syariat, di antaranya”
1.    Tidak ada kesesuaian antara kisah dengat ayat, karena ayat ini tentang orang munafik, sedangkan Tsa’labah termasuk golongan Shahabat radliallhu ‘anhum yang mulia. Bahkan beliau termasuk yang dijamin masuk surga karena mengikuti perah Badar. Beliau juga dikenal sebagai ahli ibadah sampai dijuluki Hamamah Masjid karena seringnya di masjid.
2.    Mu’amalah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam dengan Tsa’labah dalam kisah ini berbeda sekali dengan kebiasaan beliau dengan orang munafik yaitu menerima udzur mereka.
3.    Kisah ini menyelisihi kaidah umum bahwa orang yang bertaubat dari dosa, taubatnya akan diterima. Tetapi mengapa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam tidak menerima taubat Tsa’labah?

Minggu, 20 November 2011

Foto-Foto Idul Adha 1432 H di Masjid Jami al-Iman Banjarasri di Paras Banjarasri Kalibawang KP



















SD Muhammadiyah Degan Kini SD Binaan SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta

 Dedy Hrtono, S.Ag - Kepala SD Muhammadiyah Degan berjabat tangan dengan Saian S.Ag - Kepala SD Muhammadiyah Sapen

Dekso (Sgyt Pr). Sabtu 19 November 2011, bertempat di Dalem/Pendopo Kemukhtaran di Degan Banjararum Kalibawang Kulon Progo, dilaksanakan penanda tanganan Draft Kerjasama antara SD Muhammadiyah Degan Banjararum Kalibawang Kulon Progo dengan SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta. Dari pihak SD Muhammadiyah Sapen diwakili Kepala Sekolah, Saijan, S.Ag dan dari SD Muhammadiyah Degan diwakili oleh Kepala Sekolah, Dedy Hartono, S.Ag. Kerjasama yang ditujukan untuk merintis SD Muhammadiyah Degan sebagai SD Binaan SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta.
Pada acara itu dihadiri oleh salah satu ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Kulon Progo, Drs. Yatiman mantan Kabag Dikmenum Dinas Pendidikan Kab. Kulon Progo, Nur Ismahyudi, MM - Camat Kalibawang, Ngatimin S.Pd, Kepala UPTD PAUD dan Dikdas Kec. Kalibawang, para Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso Kec. Kalibawang. Guru TK ABA Kec. Kalibawang dan Nanggulan masyarakat sekitar..

Paduan Suara SD Muhammadiyah Dehan
Paduan Suara SD Muhammadiyah Degan
Paduan Suara SD Muhammadiyah Degan

Juara I Deklamasi Tingkat Kecamatan Kalibawang dari SD Muhammadiyah Degan

Sambutan Camat Kalibawang, Drs. Nur Wahyudi, MM
Sambutan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Kulon Progo

Rabu, 16 November 2011

Pelantikan PCPM Dekso- Kalibawang periode 2010-2015

Pelantikan PCPM Dekso- Kalibawang periode 2010-2015 sedikit beberbeda dengan pelantikan PCPM pada umumnya. Pada kesempatan ini PCPM Dekso mengambil moment hari raya Idul Adha dalam melaksanakannya yaitu pada pukul 08.30- 11.00, hari Senin, 7 November 2011 di SD Bendo desa Banjaroyo, kecamatan Kalibawang . Ketua baru PCPM Dekso Periode 2010-2014 Suwandi,S.Pd.I. mengatakan,”Dengan semangat untuk syiar dan bebagi dengan sesama, PCPM Dekso mengemas acara pelantikan ini dalam sebuah acara Pelantikan, Pengajian dan Bakti sosial. Sehingga manfaat kebaradaan PCPM Dekso tidak hanya dapat dirasakan oleh warga internal pengurus PCPM Dekso dan Muhammadiyah tapi juga kepada warga sekitar daerah Kalibawang tepatnya di desa Banjaroyo”. PCPM Dekso dalam mengadakan acara bakti social ini bekerja sama dengan PCPM Suronatan dan PCPM Kota Gede Yogyakarta. Untuk PCPM Suronatan menyumbangkan 1 ekor Lembu dan 7 ekor kambing. Semua hewan kurban dari PCPM Suronatan disumbangakn untuk daerah sekitar SD Benda di desa Banjaroyo. Kemudian untuk PCPM Kota Gede menyumbangkan 21 kambing yang insya Alloh di syalurkan kepada 4 pedukuhan yaitu, pedukuhan Plengan, Tanjung, Duren Sawet dan Dlingseng semuanya juga berada di Desa Banjaroyo. Hadir pula dalam acara ini adalah Bapak perwakilan dari Kecamatan Kalibawang, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso, Pimpinan Cabang Aisyiah dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah se Kec Kalibawang.
 
 Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Burhani Arwin Sedang Melantik Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Dekso
 Penyerahan Kepengurusan dari Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso Periode 2005-2011, Muhammad Sujud Ismawan SE

Ardian Yusuf Pradana, Sekretaris

 Drs. Parwanto, MA



 Hirsan, B.Sc Kasie Pemangunan Kecamatan Kalibawang, Kasil Subeksti, SH, Drs. Parwanto, MA memberikan ucapan selamat
 Ketua PCPM Dekso Periode 2010-2015, Suwandi, S.Pd.I



Rabu, 09 November 2011

Antara Asy'ariyah dan Ahlus-Sunnah wal-Jamaah

ASY’ARIYAH BUKANLAH BAGIAN AHLUS-SUNNAH WAL JAMA’AH
(Tinjauan Sekilas dari Aspek Sejarah)
Oleh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd

Di Indonesia
Di negeri tercinta ini, Indonesia, ada anggapan bahwa aqidah Ahlus-Sunnah adalah aqidah Asy’ariyah. Seperti telah menjadi kesepakatan umum bahwa Ahlus-Sunnah itu adalah empat madzhab fiqih dengan aqidah Asy’ariyah. Dalam bidang fiqih boleh jadi seseorang bermadzhab Hanafi, atau Maliki, atau Syafi’i atau Hanbali tetapi dalam bidang aqidah pastilah beraqidah Asy’ariah.

Bagaimana Aqidah Imam Abu Hanifah, Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal rahimahumullah?
Timbul pertanyaan, apakah Imam Abu Hanifah, Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal rahimahumullah juga mengikuti aqidah Asy’ariah? Jawabannya pastilah tidak. Karena para Imam Madzhab tersebut tidak pernah berjumpa dengan dengan Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari.
Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal rahimahullah, yang merupakan imam termuda dari keempat imam tersebut lahir pada tahun 164 H dan wafat tahun 241 H. Beliau wafat sebelum Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari rahimahullah lahir. Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari lahir tahun 260 bahkan ada yang mengatakan tahun 270 H. Jadi dapat dikatakan bahwa Imam Ahmad rahimahullan tidak mungkin mengikuti Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari rahimahullah.
Bila Imam Ahmad yang paling muda di antara imam yang empat itu tidak mungkin mengikuti Imam al-Asy’ari, tentu demikian juga Imam Syafii rahimahullah (wafat tahun 204 H), Imam Malik (wafat tahun 179 H), dan Imam Abu Hanifah (wafat tahun 150 H). Walaupun mereka tidak beraqidah Asy’ariyah pastilah para Imam tersebut adalah para penegak Ahlus-Sunnah wal Jama’ah.

Aqidah Imam al-Asy’ari rahimahullah
Beliau adalah Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari yang dilahirkan tahun 260 H atau 270 H dan wafat tahun 324 H. Dalam bidang aqidah, kehidupan beliau  terdiri dari tiga tahap, yaitu

Tahap Pertama,
Ketika beliau memeluk madzhab Mu’tazilah selama empat puluh tahun. Beliau di bawah bimbingan ayah tiri beliau Abu Ali al-Juba’i, seorang tokoh Mu’tazilah. Kemudian beliau menyatakan keluar dari pandangan-pandangan Mu’tazilah dan menyatakan bahwa Mu’tazilah termasuk sesat dan menyesatkan. Dan beliau banyak melakukan bantahan-bantahan yang keras terhadap Mu’tazilah.

Tahap Kedua,
Ketika beliau mengikuti pemahaman Abu Muhammad Abdullah bin Sa’id bin Kullab (Kullabiyah). Sebuah pemahaman yang bukan Mu’tazilah murni maupun Sunnah murni. Pemahaman Kullabiyah berkembang pesat di tangan Imam al-Asy’ari oleh karenanya pemahaman ini kemudian di kenal dengan aqidah Asy’ariah. Dalam tahap ini beliau mengenalkan sifat wajib, jaiz, dan sifat yang mustahil bagi Allah.

Tahap Ketiga,
Ketika beliau meninggalkan pemahaman Asy’ariyah dan Kullabiyah. Kemudian beliau mengikuti madzhab Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Hal ini beliau nyatakan dalam kitabnya al-Ibanah ‘an Ushul ad-Diniyah

Jumat, 04 November 2011

Dr. Subiyantoro, M.Ag menjadi Imam dan Khatib Idul Adha di Halaman Balai Desa Banjaroya

Warga Muhammadiyah kecamatan Kalibawang merayakan Idul Adha Ahad 6 November 2011. Berikut adalah imam dan khatib Idul Adha
1. Lapangan Dekso Banjararum - Ustadz Alip Mulyono, S.Pd
2. Halaman SD Muhammadiyah Ngentak Banjararum - Drs. H. Subarto, MM
3. Halaman Masjid Masajidan-Nur Degan Banjararum - Drs. H. Rinto Subronto
4. Halaman Masjid al-Iman Banjarasri di Paras Banjarasri - Sugiyanta, S.Ag, M.Pd/Drs. H. Sunarjo Muslim
5. Halaman Masjid Demangan Banjarharjo - Drs. Parwanto, MA/Ustadz Edy Sugito
6. Halaman Balai Desa Banjaroya - Dr. Subiyantoro, M.Ag
Semetara itu data hewan korban untuk warga Muhammadiyah di Desa Banjararum kurang lebih 11 ekor sapi dan 84 ekor kambing. Di Desa Banjarasri warga menyembelih 5 ekor sapi dan sekitar 26 ekor kambing. Di Desa Banjarharjo 2 ekor sapi dan 16 ekor kambing, desa Banjaroya 4 ekor sapi.


Asy'ariyah Termasuk Ahlus-Sunnah?

Seputar Arti  Ahlus Sunnah wal Jamaah
Oleh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd

Mendengar kata-kata Ahlus Sunnah wal Jamaah di negeri tercinta ini sering identik  dengan organisasi sosial masyarakat keagamaan Nahdhattul ‘Ulama yang didirikan oleh Syaikh Kyai Haji Hasyim al-Asy’ari pada tahun 1926. Ahlus-Sunnah wal-Jamaah sering juga disingkat ASWAJA. Demikian juga bila mendengar ulama salaf. Tulisan ini mencoba menelaah arti Ahlus-Sunnah wal-Jamaah.

Definisi
Ahlus-Sunnah wal-Jamaah berasal dari tiga kata yaitu:
1.        Ahlun yang dapat berarti keluarga seperti dalam firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا  [التحريم/6]
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu (dari siksa) neraka.
Kata ahlun dapat juga diartikan yang memiliki seperti dalam frase أهْلُ الأمْرِ (yang memiliki kekuasaan), bisa juga diartikan penghuni, seperti dalam frase      أهْلُ الدا ر (penghuni  negeri).
2.        As-Sunnah secara bahasa adalah jalan atau cara, apakah jalan itu baik dan buruk (lih. Lisanul Arab (VI/399). Secara syar’i as-Sunnah adalah petunjuk yang telah diberikan dan atau dilakukan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dan para Sahabat radliallahu ‘anhum mengenai ilmu, keyakinan, perkataan maupun perbuatan.
Syaikh Ibn Rajab al-Hanbali rahimahullah (wafat 795 ) menyatakan: “As-Sunnah adalah jalan yang ditempuh, mencakup di dalamnya berpegang teguh kepada apa yang dilaksanakan Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa sala dan para khalifahnya yang terpimpin dan lurus berupa keyakinan, perkataan dan perbuatan.”
Maka ahlus-sunnah berarti orang-orang yang hidup dengan berpegang teguh dengan apa saja yang dikatakan dan atau dilakukan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dan para Sahabat radliallahu ‘anhum mengenai ilmu, keyakinan, perkataan maupun perbuatan.
3.        Al-Jamaah secara bahasa bisa berarti sekumpulan orang banyak yang terkumpul dan bersatu.
Secara syar’i al-Jamaah berarti sekumpulan orang yang terkumpul dan bersatu di atas kebenaran dan tidak mau berpecah belah dalam urusan agama, berkumpul di bawah kepemimpinan para imam yang benar. Akan tetapi kata al-Jamaah tidak harus menunjukkan jumlah orang yang banyak. Seorang Sahabat, Abdullah bin Mas’ud radliallahu ‘anhu, berkata: “Al-Jamaah adalah yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian.”
Ahlus-Sunnah wal-Jamaah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter mengikuti sunnah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam dan menjauhi perkara-perkara baru dan bid’ah dalam agama. Mereka adalah orang-orang yang ittiba’ (mengikuti) kepada sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dan mengikuti jejak para ulama salaf yaitu Sahabat, para Tabi’in, dan juga para tabiut-Tabiin.

Sejarah Munculnya Istilah Ahlus-Sunnah wal-Jamaah
Istilah ini sudah ada sejak generasi pertama Islam yaitu generasi Sahabat radliallahu’anhum. Saat menafsirkan ayat 106 Ali-Imran:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ [آل عمران/106]
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu."
Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma berkata: “Adapun orang yang putih wajahnya adalah Ahlus-Sunnah wal-Jamaah, adapun orang yang hitam wajahnya mereka adalah ahlu bid’ah dan sesat.” (lih. Tafsir Ibn Katsir (1/419)
Kemudian istilah ahlus-Sunnah (wal-Jamaah) diikuti (digunakan) oleh ulama-ulama salaf (terdahulu) seperti:
1.        Ayyub as-Sikhtiyani (wafat tahun 131 H), katanya: “Apabila aku dikabarkan tentang meninggalnya seorang dari Ahlus-Sunnah seolah-olah hilang salah satu anggota tubuhku.
2.        Sufyan ast-Tsauri (wafat tahun 161 H), katanya: “Aku wasiatkan kalian untuk tetap berpegang teguh kepada Ahlus-Sunnah dengan baik, karena mereka adalah al-ghuraba’ (orang yang terasing). Alangkah sedikitnya Ahlus-Sunnah wal-Jamaah.”
3.        Fudhail bin ‘Iyadh (wafat tahun 187 H, katanya: “... berkata Ahlus-Sunnah: Iman itu keyakinan, perkataan dan perbuatan.”
4.        Demikian juga Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam (hidup tahun 157-224), Imam Ahmad bin Hanbal (hidup tahun 164-241), Ibn Jarir ath-Thabari (wafat tahun 310 H), Imam Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad ath-Thahawi (hidup tahun 239-321).

Benarkah istilah Ahlus-Sunnah wal-Jamaah pertama kali digunakan oleh golongan Asy’ariyah?
Sejarah penggunaan istilah Ahlus-Sunnah wal-Jamaah di atas sebagai bantahan kepada orang yang berpendapat  bahwa istilah tersebut pertama kali dipakai oleh golongan Asy’ariyah, padahal Asy’ariyah baru muncul pada abad ke-3 dan ke-4 Hijriyyah.
Wallahu a’lam