Jumat, 17 April 2015

Di Antara Adab Melayat





TA’JIZAH
Oleh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd

Pengertian

Pengertian secara bahasa
Ta’jiyah adalah satu kata bahasa Arab (تعزية) yang berarti hiburan atau lipuran – yang berasal dari kata ‘azaa’ (عزاء) , ‘aziya (عَزِىَ), ya’zy (يَعْزِى), ‘azaa-an (عَزَاءً)  yang bermakna sabar atas apa yang menimpanya. Adapun orangnya disebut mu’aziyun (tunggal)/ mu’aziyuuna (jamak) atau mu’aziyah (perempuan)

Pengertian secara istilah

Ta’jiyah berarti menghibur orang yang ditinggal mati oleh saudara atau keluarganya, mengajaknya untuk bersabar, dan mendoakan untuk jenazah serta keluarga yang ditinggalkannya.
Jadi ta’jizah itu:
1.       Menghibur saudara/keluarga yang ditinggal meninggal
2.      Mengajaknya untuk bersabar
3.      Mendoakan jenazah
4.      Mendoakan keluarga yang ditinggalkannya

Perintah untuk Ta’jiyah

Dianjurkan oleh agama kita, bagi laki-laki atau perempuan, untuk ta’jiyah kepada keluarga orang yang meninggal  guna menghibur mereka dan mengurangi kesedihan dan mengajak mereka untuk ridha terhadap takdir Allah dan sabar.
Ini berdasarkan:
سنن الترمذي - ج 4 / ص 246
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ الْمُؤَدِّبُ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَتْنَا أُمُّ الْأَسْوَدِ عَنْ مُنْيَةَ بِنْتِ عُبَيْدِ بْنِ أَبِي بَرْزَةَ عَنْ جَدِّهَا أَبِي بَرْزَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَزَّى ثَكْلَى كُسِيَ بُرْدًا فِي الْجَنَّةِ
Sunan at-Tirmidzi – 4/246:
Muhammad bin Hatim al-Muaddib bercerita kepada kami, Yunus bin Muhammad bercerita kepada kami, ia berkata, “Umm al-Aswad bercerita kepada kami dari Munyah binti ‘Ubaid bin Abi Barzah dari kakeknya, Abi Barzah katanya, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang ta’jiyah (menghibur) orang yang berduka karena kematian anak, dipakaikan pakaian kemuliaan di surga.”””

Juga berdasarkan hadist:

مصنف ابن أبي شيبة - (ج 3 / ص 260) حدثنا وكيع عن أبي مودود عن طلحة بن عبيدالله بن كريز قال قال النبي صلى الله عليه وسلم من عزى مصابا كساه الله رداء يحبر به يعني يغبط به.
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (3/260): Waki’ telah bercerita kepada kami dari Abu Maudud (penulis hanya mengira lo ini), dari Thalhah bin ‘Ubaidillah bin Kariz, ia berkata, “, Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barang siapa datang menghibur orang yang kena musibah, Allah memakaikannya baju luar, orang itu yahbir (semakin indah tampilannya).””

Apa yang dilakukan saat ta’jiyah
1.    Menghibur dan mengajak kepada kesabaran
Berdasarkan kedua hadist di atas, maka orang yang melakukan ta’jiyah hendaknya menghibur keluarga orang meninggal dengan hiburan yang syar’i atau hiburan yang tidak dilarang oleh agama. Hiburan tersebut haruslah hiburan yang menyenangkan dan mengurangi rasa kesedihan.
Lalu mengajak untuk ridha dan sabar dengan mengemukakan hal-hal yang diajarkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam agar dia dapat mengetahui dan mengingatnya.

2.   Mengajak bersabar dan mengharapkan pahala

Hal ini berdasarkan hadist:

صحيح البخاري - (ج 17 / ص 395) حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَاصِمٌ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عُثْمَانَ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ ابْنَةً لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِ وَهُوَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَعْدٌ وَأُبَيٌّ نَحْسِبُ أَنَّ ابْنَتِي قَدْ حُضِرَتْ فَاشْهَدْنَا فَأَرْسَلَ إِلَيْهَا السَّلَامَ وَيَقُولُ إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَمَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ مُسَمًّى فَلْتَحْتَسِبْ وَلْتَصْبِرْ فَأَرْسَلَتْ تُقْسِمُ عَلَيْهِ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقُمْنَا فَرُفِعَ الصَّبِيُّ فِي حَجْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَفْسُهُ جُئِّثُ فَفَاضَتْ عَيْنَا النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ سَعْدٌ مَا هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هَذِهِ رَحْمَةٌ وَضَعَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ وَلَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ إِلَّا الرُّحَمَاءَ
Shahih al-Bukhari (17/395) Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal telah menceritakan kepada kami Syu'bah dia berkata, “Telah mengabarkan kepadaku 'Ashim dia berkata, “Saya mendengar Abu Utsman dari Usamah bin Zaid radliallahu 'anhuma, bahwa seorang puteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengirim seorang utusan kepada Nabi yang ketika itu Usamah, Sa'd dan Ubbay, bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, (seingatku) utusan itu menyampaikan pesan yang isinya; "Anakku telah menjelang wafat, maka tolong engkau (nabi) datang! Namun Nabi (tak sempat datang) dan hanya mengutusnya seraya menyampaikan pesan, "Tolong sampaikan salam kepadanya dan katakanlah, "Milik Allah lah segala yang diambilNya dan segala yang diberikan-Nya, dan segala sesuatu mempunyai batasan waktu tertentu disisiNya, maka hendaklah dia hanya mengharap ganjaran dan bersabar." (Merasa tidak puas), puteri nabi mengirim utusan untuk kedua kalinya sambil menyumpahinya (agar bisa membujuk nabi). Spontan nabi beranjak, dan kami pun berdiri. (ketika sampai), cucu nabi diletakkan di pangkuan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang nafasnya sudah tersengal-sengal karena tinggal sisa-sisa nyawanya. Kedua mata Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun berlinang, sehingga Sa'd bertanya, "Kenapa anda menangis ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ini adalah pertanda kasih sayang yang Allah letakkan di hati hamba sesuai yang di kehendakiNya, dan Allah tidak akan meletakkan rasa kasih sayang pada para hambaNya kecuali terhadap orang-orang yang mempunyai rasa kasih sayang."

3.   Mendoakan orang atau keluarga yang ditinggal mati
Berdasarkan hadist ini hendaklah orang yang ta’jizah memberikan hiburan dan mengajak kepada kesabaran dengan ucapan yang semakna dengan:
إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَمَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ مُسَمًّى فَلْتَحْتَسِبْ وَلْتَصْبِرْ
"Milik Allah lah segala yang diambilNya dan segala yang diberikan-Nya, dan segala sesuatu mempunyai batasan waktu tertentu disisiNya, maka hendaklah dia hanya mengharap ganjaran dan bersabar."

4.   Memberikan hiburan
Rasulullah pernah menghibur seorang ibu yang ditinggal mati anaknya.
سنن ابن ماجه - ج 5 / ص 90 حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ الْعَوَّامِ بْنِ حَوْشَبٍ عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَدَّمَ ثَلَاثَةً مِنْ الْوَلَدِ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ كَانُوا لَهُ حِصْنًا حَصِينًا مِنْ النَّارِ فَقَالَ أَبُو ذَرٍّ قَدَّمْتُ اثْنَيْنِ قَالَ وَاثْنَيْنِ فَقَالَ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ سَيِّدُ الْقُرَّاءِ قَدَّمْتُ وَاحِدًا قَالَ وَوَاحِدًا
Sunan Ibn Majah (5/90)Nashir bin ‘Ali al-Jahdhami bercerita kepada kami, Ishaq bin Yusuf bercerita kepada kami dari al-‘Awwam bin Hausyab dari Abu Muhammad pembantu ‘Umar bin al-Khaththab dari Abu ‘Ubaidah dari ‘Abdullah, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa ditinggal mati tiga dari anak-anaknya yang belum baligh, ia adalah benteng yang kokoh dari neraka.” Maka Abu Dzar berkata, “Saya ditinggal mati dua anak.” Rasulullah bersabda, “Dua anak juga.” Maka Ubay bin Ka’ab tuan para pembaca berkata, “Saya ditinggal satu anak.” Rasulullah bersabda, “Satu anak juga.””

5.    mendoakan orang yang meninggal
صحيح مسلم - (ج 4 / ص 480) حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَقَ الْفَزَارِيُّ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ ذُؤَيْبٍ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ
دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَلَمَةَ وَقَدْ شَقَّ بَصَرُهُ فَأَغْمَضَهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ أَهْلِهِ فَقَالَ لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّينَ وَاخْلُفْهُ فِي عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِينَ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ
Shahih Muslim (4/480) – Zuhair bin Harb menceritaiku, Mu’awiyah bin ‘Amr menceritai kami, Abu Ishaq al-Fazari menceritai kami dari Khalid al-Hadza’ dari Abu Kilabah dari Qabishah bin Dzuaib dari Ummu Salamah, katanya, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam masuk ke rumah Abu Salamah dan sungguh matanya terbuka, lalu beliau memejamkannya lalu bersabda, “Sesungguhnya ruh itu bila dicabut diikuti oleh pandangannya.” Maka menjeritlah orang-orang dari  kalangan keluarganya. Lalu Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian berdoa untuk dirimu sendiri kecuali demi kebaikan, karena sesungguhnya malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan.” Lalu Rasulullah berdoa, “Ya Allah, berilah ampunan kepada Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya ketingkat orang-orang yang mendapatkan petunjuk, lapangkanlah baginya dalam kuburnya, terangilah ia di dalamnya, dan berilah penggantinya dalam turunannya.”

Maka hendaklah orang yang ta’jizah mendoakan jenazah dengan doa yang semakna dengan doa Rasulullah untuk Abu Salamah.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّينَ وَاخْلُفْهُ فِي عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِينَ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ
“Ya Allah, berilah ampunan kepada Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya ketingkat orang-orang yang mendapatkan petunjuk, lapangkanlah baginya dalam kuburnya, terangilah ia di dalamnya, dan berilah penggantinya dalam turunannya.”

Atau doa kebaikan yang sederhana seperti:
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 3 / ص 260) حدثنا وكيع عن عمران بن زائدة بن نشيط عن حسين بن أبي عائشة عن أبي خالد الوالبي أن النبي صلى الله عليه وسلم عزى رجلا فقال : " يرحمه الله ويأجرك ".
Mushnaf (3/260) Waki’ menceritai kami dari ‘Imran bin Zaidah bin Nasyith dari Husain bin Abu ‘Aisyah dari Abu Khalid al-Walabi bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam mentakjizaihi sesesorang, lalu berkata, “Semoga Allah mengasihinya dan membalasmu.”

Doa pendek untuk yang meninggal bisa dengan ungkapan pendek seperti “Semoga Allah mengasihinya” sambil mendoakan yang ditinggal mati, “Semoga Allah membalas kebaikanmu.”

6.   Membantu meringankan penderitaan yang meninggal
Hendaknya yang berta’jizah membuat keropatan orang atau keluarga yang ditinggal mati, tetapi hendaknya ikut serta meringankan beban penderitaan keluarganya.
Contohnya adalah menyediakan makanan bagi keluarga yang ditinggal mati.
سنن أبي داود - (ج 8 / ص 402)حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنِي جَعْفَرُ بْنُ خَالِدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اصْنَعُوا لِآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا فَإِنَّهُ قَدْ أَتَاهُمْ أَمْرٌ شَغَلَهُمْ
Sunan Abu Dawud (8/402) – Musaddad menceritai kami, Sufyan menceritai kami, Ja’far bin Khalid menceritaiku dari Ayahnya dari ‘Abdulah bin Ja’far, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Buatkan untuk keluarga Ja’far makanan, karena sesungguhnya perkara-perkara yang menyibukkannya telah mendatanginya.”
 
7.   Melakukan shalat jenazah dan mengantar ke makam
صحيح البخاري - (ج 5 / ص 92) حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَأَلَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَلَ مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّيَ فَلَهُ قِيرَاطٌ وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ
Shahih al-Bukhari (5/92) – ‘Abdullah bin Maslamah menceritai kami, ia berkata, “Aku bacakan atas ibn Abi Dzi’b dari Sa’id bin Abi S’id al-Maqburi dari ayahnya bahwa ia bertanya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, maka katanya, “Aku mendengar Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa mengurus jenazah sampai ia shalat (jenazah), maka baginya (pahala) satu qirath dan barangsiapa mengurus jenazah sampai dimakamkan maka baginya dua qirath.” Ditanyakan, “Apa itu dua qirath?” Beliau menjawab, “(Pahala) semisal gunung besar.”

Juga karena hadist:

صحيح مسلم - (ج 5 / ص 36) و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنِي سُهَيْلٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ وَلَمْ يَتْبَعْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ فَإِنْ تَبِعَهَا فَلَهُ قِيرَاطَانِ قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ أَصْغَرُهُمَا مِثْلُ أُحُدٍ
Shahih Muslim (5/36): Muhammadbin Hatim menceritaiku Bahz mencerita kami, Wuhaib menceritai kami, Suhail menceritai kami, dari ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, beliau bersabda, “Barangsiapa menshalatkan jenazah dan tidak mengikutinya (sampai dimakamkan) baginya satu qirath, tetapi jika mengikutinya baginya dua qirath.” Ditanyakan, “Apa itu dua qirath?” Beliau menjawab, “(Pahala) yang kecilnya semisal gunung Uhud.”