Senin, 15 Mei 2017

Shalat Tarawih pada Zaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam



Shalat Tarawih pada Zaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam
0leh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd

A.  Pendahuluan
إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآَنِ [المزمل/20]
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat malam) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Quran.

B.  Nama Tarawih pada Era Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam

Shalat tarawih pada zaman Rasulullah lebih sering disebut qiyamu ramadhan, qiyamul-lail fi ramadhan, sering juga shalatul lail fi ramadhan. Dan nama itu selalu digunakan sejak zaman Nabi, para sahabat radliallahu ‘anhu, para tabiin (para pengikut para sahabat), juga para pengikutnya lagi.
Baru pada masa Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi‘i bin as-Saib bin ‘Ubayd bin ‘Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf bin Qushay atau yang lebih dikenal dengan Imam asy-Syafi’i (wafat tahun 204 H), kata tarawih dipakai beliau dalam kitabnya al-Umm untuk menyebut shalat malam pada Ramadhan tersebut. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim lalu memakai kata tarawih untuk menyebut shalat malam pada Ramadhan.

C.  Renungan
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي يَقُومُونَ يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ
Dan dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az-Zubair dari 'Abdurrahman bin 'Abdul Qariy bahwa dia berkata; "Aku keluar bersama 'Umar bin al-Khaththob radliallahu 'anhu pada malam Ramadhan menuju masjid, ternyata orang-orang shalat berkelompok-kelompok secara terpisah-pisah, ada yang shalat sendiri dan ada seorang yang shalat diikuti oleh ma'mum yang jumlahnya kurang dari sepuluh orang. Maka 'Umar berkata: "Aku pikir seandainya mereka semuanya shalat berjama'ah dengan dipimpin satu orang imam, itu lebih baik". Kemudian Umar memantapkan keinginannya itu lalu mengumpulkan mereka dalam satu jama'ah yang dipimpin oleh Ubbay bin Ka'ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya pada malam yang lain dan ternyata orang-orang shalat dalam satu jama'ah dengan dipimpin seorang imam, lalu 'Umar berkata: "Sebaik-baiknya bid'ah adalah ini. Dan mereka yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik daripada yang shalat awal malam, yang ia maksudkan untuk mendirikan shalat di akhir malam, sedangkan orang-orang secara umum melakukan shalat pada awal malam. (Shahih al-Bukhari)

Faidah hadist:
1.      Suatu kali pada awal-awal Ramadhan, pada masa kekhalifahannya, ‘Umar bin al-Khaththab keluar rumah dan menyaksikan orang-orang shalat tarawih di masjid dengan berjamaah tetapi terdiri dari beberapa rombongan jamaah kecil-kecil. Ia lalu memerintahkan agar tarawih diselenggarakan dengan satu jamaah besar di masjid tersebut dengan satu imam. 
2.      Hal tersebut dikatakannya dengan sebaik-baik bidah
3.      Beliau menyatakan bahwa shalat di akhir malam lebih baik daripada di awal
4.      Tetapi khalayak menjalankan di awal malam

Arti “sebaik-baik bid’ah adalah ini”?
Umar bin al-Khaththab mengatakan “sebaik-baik bi’ah. Yang menjadi pertanyaan adalah perbuatan apa yang dianggap bid’ah itu.
1.      Apakah Rasulullah tidak menyuruh mengerjakan shalat tarawih?
2.      Apakah Rasulullah melakukan shalat tarawih?
3.      Mengapa Rasulullah tidak shalat tarawih sebulan penuh?
4.      Bagian malam yang mana Rasulullah mengerjakan shalat tarawih?
5.      Apakah Rasulullah melakukan shalat tarawih berjamaah?
6.      Bagaimana cara Rasulullah mengerjakan shalat tarawih dan Berapa rakaat Rasulullah mengerjakan shalat tarawih?
7.      Apakah Rasulullah shalat tarawih di masjid?
8.      Berapa rakaat ‘Umar bin al-Khaththab mengerjakan shalat tarawih?

D.  Menjawab beberapa pertanyaan di atas.

1.  Ternyata Rasulullah Menyuruh Umat untuk Mengerjakan Shalat Tarawih
(Hadist ke-1)
عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لِرَمَضَانَ مَنْ قَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
… 'Uqail dari Ibnu Syihab berkata, telah mengabarkan kepada saya Abu Salamah bahwa Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata tentang bulan Ramadhan: "Barangsiapa yang menegakkannya karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya". (Shahih al-Bukhari)
(Hadist ke-2)
أَبَا سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ  قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَقَالَ شَهْرٌ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَسَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Dari Abu Salamah bin Abdurrahman, dari ayahnya, bahwa Rasulullah shalallahu ’alaihi wa salam  mengingatkan bulan Ramadhan, maka beliau bersabda, "Bulan saat Allah mewajibkan atas kamu berpuasa dan aku sunahkan berdirinya kepadamu, maka barangsiapa yang berpuasa dan shalat malam karena iman dan mengharap pahala, ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari ketika ibunya melahirkannya."   (Sunan Ibn Majah)
Faidah hadist:
1.      Bulan Ramadhan adalah bulan Allah mewajibkan puasa di dalamnya dan menyunahkan shalat malam di dalamnya
2.      Barangsiapa berpuasa dan shalat malam pada bulan Ramadhan karena keimanan mengharap pahala, dosa-dosanya masa lalu diampuni, seperti pada hari ibunya melahirkannya

2.  Ternyata Rasulullah juga Mengerjakan Shalat Tarawih pada Ramadhan
(Hadist ke-3)
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ
… dari 'Urwah bin Az Zubair dari 'Aisyah radliallahu 'anha isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendirikan shalat. Dan itu pada bulan Ramadhan. (Shahih al-Bukhari)
Faidah Hadist:
Rasulullah mengerjakan shalat malam yang tidak biasa, yang dikerjakan di masjid dengan cara berjamaah pada bulan Ramadhan, berbeda dengan shalat malam pada bulan lainnya yang dikerjakan di rumah beliau atau rumah para istrinya sendiri

3.  Mengapa Rasulullah tidak mengerjakan shalat tarawih sebulan penuh?
     a.  Rasulullah ternyata pernah shalat tarawih pada awal bulan Ramadhan
(Hadist ke-4)
 أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ فَصَلَّى فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى رِجَالٌ بِصَلَاتِهِ فَأَصْبَحَ النَّاسُ يَتَحَدَّثُونَ بِذَلِكَ فَاجْتَمَعَ أَكْثَرُ مِنْهُمْ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي اللَّيْلَةِ الثَّانِيَةِ فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ فَأَصْبَحَ النَّاسُ يَذْكُرُونَ ذَلِكَ فَكَثُرَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ فَخَرَجَ فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ فَلَمَّا كَانَتْ اللَّيْلَةُ الرَّابِعَةُ عَجَزَ الْمَسْجِدُ عَنْ أَهْلِهِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَطَفِقَ رِجَالٌ مِنْهُمْ يَقُولُونَ الصَّلَاةَ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى خَرَجَ لِصَلَاةِ الْفَجْرِ فَلَمَّا قَضَى الْفَجْرَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ ثُمَّ تَشَهَّدَ فَقَالَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَيَّ شَأْنُكُمْ اللَّيْلَةَ وَلَكِنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ صَلَاةُ اللَّيْلِ فَتَعْجِزُوا عَنْهَا. و في رواية: و ذلك في رمضان
… bahwa Aisyah mengabarkan, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam keluar di tengah malam lalu shalat di masjid, maka orang-orang turut shalat bersama beliau. Paginya orang-orang membicarakan hal itu, maka orang-orang berkumpul lebih banyak, kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam keluar ke masjid pada malam kedua itu, lalu mereka shalat bersama beliau. Esok paginya orang-orang menuturkan hal itu, sehingga pada malam ketiga banyak sekali orang-orang yang datang. Kemudian mereka shalat bersama beliau. Ketika tiba malam keempat orang-orang tidak tertampung di masjid (karena sangat banyak). Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tidak keluar sampai ada beberapa orang mulai berseru, "Shalat!" Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam masih saja tidak keluar kepada mereka, dan beliau baru keluar untuk shalat Subuh. Setelah shalat Subuh beliau menghadap kepada para jamaah lalu mengucapkan syahadat dan kemudian bersabda, "Aku tahu apa yang kalian lakukan tadi malam, tetapi aku kawalir kalau shalat sunah di malam Ramadhan itu diwajibkan kepada kalian, yang akhirnya kalian tidak mampu melaksanakannya." Menurut riwayat lain, hal itu terjadi di malam Ramadhan. {Muslim 2/173}
Faidah hadist:
1.      Rasulullah melaksanakan shalat tarawih sejak malam pertama Ramadhan
2.      Suatu kali pada awal Ramadhan shalat tarawih di masjid, sehingga orang-orang yang sedang di masjid ikut shalat tarawih berjamaah bersama beliau, lalu para sahabat memperbincangkannya satu sama lainnya.
3.      Sehingga pada malam kedua lebih banyak orang shalat tarawih berjamaah bersama Rasulullah.
4.      Malam ketiga pun semakin banyak orang yang shalat tarawih berjamaah bersama Rasulullah.
5.      Malam keempat semakin banyak orang yang ingin shalat tarawih bersama Rasulullah, tetapi ternyata Rasulullah tidak keluar rumah menuju masjid melaksanakan shalat tarawih.
6.      Ternyata alasan beliau tidak menghadiri shalat tarawih pada malam itu adalah bahwa Rasulullah tidak mau shalat tarawih dianggap wajib oleh para sahabat beliau.

(Hadist ke-5)
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ
Dari Aisyah istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam mengerjakan shalat di masjid, lalu orang-orang juga turut mengikuti shalat beliau. Besok malamnya beliau shalat lagi, dan orang-orang yang mengikutinya semakin bertambah banyak. Selanjutnya pada malam ketiga, orang-orang sudah berkumpul, tetapi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tidak keluar. Pada pagi harinya beliau bersabda, "Aku mengetahui apa-apa yang kalian lakukan semalam, dan tidak ada sesuatupun yang menghalangiku untuk keluar, hanya saja aku khawatir jika shalat itu (shalat malam) difardhukan atasmu nanti." Kejadian itu terjadi pada bulan Ramadhan. (Sunan Abu Dawud)

b.  Rasulullah ternyata juga shalat tarawih pada akhir-akhir bulan Ramadhan
(Hadist ke-6)
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ صُمْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَمَضَانَ فَلَمْ يَقُمْ بِنَا شَيْئًا مِنْ الشَّهْرِ حَتَّى بَقِيَ سَبْعٌ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ فَلَمَّا كَانَتْ السَّادِسَةُ لَمْ يَقُمْ بِنَا فَلَمَّا كَانَتْ الْخَامِسَةُ قَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا قِيَامَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ قَالَ فَقَالَ إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ قَالَ فَلَمَّا كَانَتْ الرَّابِعَةُ لَمْ يَقُمْ فَلَمَّا كَانَتْ الثَّالِثَةُ جَمَعَ أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ وَالنَّاسَ فَقَامَ بِنَا حَتَّى خَشِينَا أَنْ يَفُوتَنَا الْفَلَاحُ قَالَ قُلْتُ وَمَا الْفَلَاحُ قَالَ السُّحُورُ ثُمَّ لَمْ يَقُمْ بِقِيَّةَ الشَّهْرِ
Dari Abu Dzar, dia berkata, "Kami pernah berpuasa Ramadhan bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, belau tidak melakukan qiyamullail bersama kami sedikitpun selama sebulan itu, sampai tinggal tujuh hari terakhir, baru beliau melakukan qiyamullail bersama kami sampai berlalu sepertiga malam. Setelah malam keenam (dari akhir bulan), beliau tidak melakukan qiyamullail bersama kami. Ketika malam kelima (dari akhir bulan) beliau melakukan qiyamullail bersama kami hingga berlalu tengah malam.” Maka aku berkata, "Wahai Rasulullah, alangkah baiknya jika engkau melakukan qiyamullail pada malam ini dengan memperbanyak shalat sunnah untuk kami. " Kata Abu Dzar, "Beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang laki-laki apabila mengerjakan shalat bersama imam sampai imam selesai, maka dihitung baginya seperti bangun semalam penuh.'" Katanya, "Ketika malam keempat (dari akhir bulan), beliau tidak melakukan qiyamullail (bersama kami). Setelah malam ketiga (dari akhir bulan), beliau mengumpulkan keluarganya, istri-istrinya dan orang-orang, lain melakukan qiyamullail bersama kami, sampai kami khawatir ketinggalan al-falaah.'" Kata Jabir, "Aku bertanya, Apakah al-falaah itu?'" Jawab Abu Dzar, "Waktu sahur, " kemudian beliau tidak lagi melakukan qiyamullail (bersama kami) lagi pada malam berikutnya dari sisa bulan itu." (Sunan Abu Dawud)

Faidah Hadist:
1.      Rasulullah dan para sahabat melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan di masjid di pada malam 23, 25, 27, dan 27 pada 1/3 malam awal
2.      Rasulullah tidak ikut melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan di masjid di pada malam 24, 26, 28, 29.
3.      Pada malam 25 Rasulullah bersama sahabat melaksanakan shalat malam hingga tengah malam, akan tetapi sebagian sahabat, termasuk Abu Dzar, merasa kurang dan minta Rasulullah untuk menambah shalat. Tetapi Rasulullah memberikan pengertian cukuplah shalat malam yang dikerjakan imam, karena pahala shalat malam Ramadhan bersama dengan imam sampai selesai berpahala seperti shalat sunat semalam suntuk.
4.      Pada malam 27 Rasulullah mengajak semua istri, keluarganya, dan semua orang muslimin untuk shalat malam berjamaah di masjid.

(Hadist ke-7)
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Dari Aisyah, bahwa apabila sepuluh malam akhir telah masuk, maka Rasulullah bangun malam, mengencangkan ikat pinggang, dan membangunkan keluarganya." (Shahih'. Muttafaq Alaih – juga Sunan Abu Dawud)
Faidah hadist:
Pada sepuluh hari akhir Ramadhan Rasulullah mengajak semua istri dan keluarga untuk bersungguh-sungguh beribadah termasuk shalat tarawih

(Hadist ke-8)
عَنْ أَنَسٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمَدِينَةِ إِلَى مَكَّةَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ حَتَّى رَجَعْنَا قُلْتُ كَمْ أَقَامَ بِمَكَّةَ قَالَ عَشْرًا
Dari Anas, ia berkata, "Kami bepergian bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dari kota Madinah ke Makkah, lalu beliau shalat dua rakaat-dua rakaat sampai kami kembali. Aku bertanya, 'Berapa lama bermukim di Makkah?' Beliau berkata, 'Sepuluh hari'."

Rasulullah berangkat ke Mekkah pada tanggal 10 Ramadhan, penaklukan kota Mekkah pada 20 Ramadhan, dilanjutkan perang Hunain beberapa hari, juga perang ath-Thaif, lalu Rasulullah melakukan umrah. Ini terjadi pada tahun kedelapan hijriah. Tahun kesembilan hijriah, pada bulan Ramadhan Rasulullah sibuk mempersiapkan perang Tabuk hingga pertengahan bulan. (lihat Ibn Katsir dalam al-Fushul fi Siratir-Rasul)
Faidah hadist:
1.      Rasulullah pernah sepuluh hari di kota Makkah setelah beliau mukim di Madinah. Dan itu pada peristiwa Fathul Makkah
2.      Rasulullah mengqashar shalat saat bepergian
3.      Hadist-hadist di atas meriwayatkan bahwa Rasulullah shalat tarawih pada awal Ramadhan dan juga akhir Ramadhan, hal itu terjadi karena Rasulullah dan para sahabat sedang perang pembukaan kota Makkah atau lebih dikenal dengan Fathul Makkah.
4.      Pada bagian bulan Ramadhan Rasulullah ternyata banyak melakukan peperangan
5.      Rupanya shalat tarawih begitu diperintahkan pada dua atau tiga tahun sebelum Rasulullah wafat.

Kesimpulan:
Rasulullah tidak menjalankan shalat tarawi terus menerus karena:
1.  Rasulullah khawatir shalat tarawih dianggap wajib oleh para sahabat radliallahu ‘anhum
2.  Rasulullah dan para sahabat sedang ada keperluan yang penting, diantaranya adalah peperangan, dan sebagian besar peperangan Rasulullah terjadi pada bulan Ramadhan.

5.  Bagian Malam Rasulullah mengerjakan Shalat Tarawih
Rasulullah shalat malam pada awal malam, tengah malam, dan sepertiga malam akhir (lihat Surah al-Muzamil ayat 20, juga hadist ke-4, 5, 6, 9)

6.  Shalat Tarawih Dilaksanakan Rasulullah secara Berjamaah
(Hadist ke-9)
أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ لَيْلَةً مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ فَصَلَّى فِي الْمَسْجِدِ وَصَلَّى رِجَالٌ بِصَلَاتِهِ فَأَصْبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا فَاجْتَمَعَ أَكْثَرُ مِنْهُمْ فَصَلَّى فَصَلَّوْا مَعَهُ فَأَصْبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا فَكَثُرَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ فَلَمَّا كَانَتْ اللَّيْلَةُ الرَّابِعَةُ عَجَزَ الْمَسْجِدُ عَنْ أَهْلِهِ حَتَّى خَرَجَ لِصَلَاةِ الصُّبْحِ فَلَمَّا قَضَى الْفَجْرَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَتَشَهَّدَ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَيَّ مَكَانُكُمْ وَلَكِنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْتَرَضَ عَلَيْكُمْ فَتَعْجِزُوا عَنْهَا فَتُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ
… bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha mengabarkannya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu malam keluar kamar di tengah malam untuk melaksanakan shalat di masjid. Maka orang-orang kemudian ikut shalat mengikuti shalat Beliau. Pada waktu paginya orang-orang membicarakan kejadian tersebut sehingga pada malam berikutnya orang-orang yang berkumpul bertambah banyak lalu ikut shalat dengan Beliau. Pada waktu paginya orang-orang kembali membicarakan kejadian tersebut. Kemudian pada malam yang ketiga orang-orang yang hadir di masjid semakin bertambah banyak lagi lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar untuk shalat dan mereka ikut shalat bersama Beliau. Kemudian pada malam yang keempat, masjid sudah penuh dengan jama'ah hingga akhirnya Beliau keluar hanya untuk shalat Shubuh. Setelah Beliau selesai shalat Fajar, Beliau menghadap kepada orang banyak kemudian Beliau membaca syahadat lalu bersabda: "Amma ba'du, sesungguhnya aku bukannya tidak tahu keberadaan kalian (semalam). Akan tetapi aku takut nanti menjadi diwajibkan atas kalian sehingga kalian menjadi keberatan karenanya". Kemudian setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, tradisi shalat (tarawih) secara berjamaah terus berlangsung seperti itu. (Shahih al-Bukhari)

Faidah hadist:
1.      Rasululah menjadi imam shalat tarawih.
2.      Rasulullah melaksanakan shalat tarawih sejak malam pertama Ramadhan
3.      Suatu kali pada awal Ramadhan shalat tarawih di masjid, sehingga orang-orang yang sedang di masjid ikut shalat tarawih berjamaah bersama beliau, lalu para sahabat memperbincangkannya satu sama lainnya.
4.      Sehingga pada malam kedua lebih banyak orang shalat tarawih berjamaah bersama Rasulullah.
5.      Malam ketiga pun semakin banyak orang yang shalat tarawih berjamaah bersama Rasulullah.
6.      Malam keempat semakin banyak orang yang ingin shalat tarawih bersama Rasulullah, tetapi ternyata Rasulullah tidak keluar rumah menuju masjid melaksanakan shalat tarawih.

7. Bagaimana cara Rasulullah mengerjakan shalat tarawih dan Berapa rakaat Rasulullah mengerjakan shalat tarawih?
      a.  Rasulullah Shalat Tarawih 11 Rakaat
(Hadist ke-10)
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي

… dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya dia bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha tentang cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah radliallahu 'anha menjawab: "Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (melaksanakan shalat malam) di bulan Ramadhan dan di bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas raka'at, Beliau shalat empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya kemudian Beliau shalat empat raka'at lagi dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian Beliau shalat tiga raka'at. Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur".(Shahih al-Bukhari)

Faidah hadist:
1.      Rasulullah shalat tarawih dan shalat malam pada bulan selain Ramadhan sebelas rakaat empat rakaat lalu istirahat, lalu empat rakaat lalu istirahat lalu tiga rakaat, dan tidak pernah lebih
2.      Rasulullah memperlama dan memperbagus shalat tarawih

(Hadist ke-11)
عن جابر بن عبد الله رضي الله عنه قال: صلى بنا رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم في شهر رمضان ثمان ركعات وأوتر، فلما كانت القابلة اجتمعنا في المسجد ورجونا أن يخرج ، فلم نزل فيه حتى أصبحنا، ثم دخلنا، فقلنا يا رسول الله، اجتمعنا البارحة في المسجد، ورجونا أن تصلي بنا ، فقال : إني خشيت أن يكتب عليكم
… dari Jabir bin ‘Abdullah radliallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam shalat bersama kami pada bulan Ramadhan delapan rakaat dan witir. Malam berikutnya kami berkumpul di masjid sambil berharap beliau akan keluar. Kami terus menunggu beliau di situ hingga datang  shubuh. Lalu kami masuk. Maka kami berkata, “Wahai Rasulullah, kami berhimpun berbaris-baris (seperti hendak perang) dalam masjid, dan menunggu Engkau shalat bersama kami.” Maka rasulullah menjawab, “Saya khawatir (shalat malam ini) diwajibkan atas kalian.”” (al-Mu’jamu ash-Shaghir lith-Thabrani)

Faidah hadist:
1.      Pada bulan Ramadhan Rasulullah menjalankan shalat tarawih delapan rakaat dan witir secara berjamaah dengan para sahabat radliallahu ‘anhum.
2.      Rasulullah tidak menjalankan shalat tarawih terus menerus karena khawatir shalat tarawih dianggap wajib oleh para sahabat.

b.  Shalat Dua Rakaat yang Ringan sebagai Pembuka Shalat Tarawih
(Hadist ke-12)
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ أَنَّهُ قَالَ لَأَرْمُقَنَّ صَلَاةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّيْلَةَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ أَوْتَرَ فَذَلِكَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً
… dari Zaid bin Khalid al-Juhani, bahwa ia berkata, “Sungguh saya mengamati shalat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pada malam hari, maka beliau shalat dua rakaat ringan, lalu shalat dua rakaat yang panjang, panjang, panjang, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari pada sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari pada sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari pada sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari pada sebelumnya, lalu witir. Itu semua tiga belas rakaat. (Shahih Muslim)
Faidah Hadist:
1.      Rasulullah shalat malam didahului dengan shalat dua rakaat yang ringan ringan atau singkat
2.      Lalu dua rakaat yang panjang panjang
3.      Lalu dua rakaat yang lebih pendek dari shalat dua rakaat sebelumnya
4.      Lalu dua rakaat yang lebih pendek dari shalat dua rakaat sebelumnya
5.      Lalu dua rakaat yang lebih pendek dari shalat dua rakaat sebelumnya
6.      Lalu dua rakaat yang lebih pendek dari shalat dua rakaat sebelumnya
7.      Lalu satu rakaat
8.      Jumlah shalat keseluruhan 13 rakaat yang terdiri dari (2 rakaat ringan ringat + 2 rakaat panjang panjang + 2 rakaat lebih pendek + 2 rakaat lebih pendek + 2 rakaat lebih pendek + 2 rakaat lebih pendek + 1 rakaat witir

      c.  Dalam Shalat Pembuka, setelah al-Fatihah tidak Membaca Surat-Surat
(Hadist ke-13)
أَنَّ كُرَيْبًا مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ قَالَ سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَدْ قَرَأَ فِيهِمَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ صَلَّى حَتَّى صَلَّى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً بِالْوِتْرِ ثُمَّ نَامَ فَأَتَاهُ بِلَالٌ فَقَالَ الصَّلَاةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى لِلنَّاسِ
Bahwa Kuraib maula Ibnu Abbas, bahwasanya dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas, “Bagaimanakah shalat malam Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam?” … “Beliau melakukan shalat dua rakaat secara singkat dengan membaca al-Fatihah dalam setiap rakaatnya, lalu salam. Setelah itu mengerjakan shalat sampai sebelas rakaat dengan witir, lalu tidur. Kemudian datang Bilal dan berkata, "Shalat, wahai Rasulullah! "Maka beliau bangun, mengerjakan shalat dua rakaat. Setelah itu beliau melakukan shalat bersama orang banyak." (Sunan Abu Dawud, HPT – 359)

d.  Membaca Doa Iftitah dalam Shalat Tarawih
(Hadist ke-14)
عَنْ طَلْحَةَ بْنِ يَزِيدَ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَقَامَ يُصَلِّي فَلَمَّا كَبَّرَ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ ذُو الْمَلَكُوتِ وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ثُمَّ قَرَأَ الْبَقَرَةَ ثُمَّ النِّسَاءَ ثُمَّ آلَ عِمْرَانَ لَا يَمُرُّ بِآيَةِ تَخْوِيفٍ إِلَّا وَقَفَ عِنْدَهَا ثُمَّ رَكَعَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ مِثْلَ مَا كَانَ قَائِمًا ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِثْلَ مَا كَانَ قَائِمًا ثُمَّ سَجَدَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى مِثْلَ مَا كَانَ قَائِمًا ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي مِثْلَ مَا كَانَ قَائِمًا ثُمَّ سَجَدَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى مِثْلَ مَا كَانَ قَائِمًا ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَامَ فَمَا صَلَّى إِلَّا رَكْعَتَيْنِ حَتَّى جَاءَ بِلَالٌ فَآذَنَهُ بِالصَّلَاةِ
… dari Thalhah bin Yazid al-Anshari dari Hudzaifah ia berkata, “Aku mendatangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pada suatu malam pada bulan Ramadhan, beliau berdiri. Ketika bertakbir, beliau mengucapkan, “Allahu akbar, dzul malakuti, wal-jabaruti, wal-kibriya-i wal-‘adhomah”, lalu membaca al-Baqarah, lalu an-Nisa’ lalu Ali ‘Imran, beliau tidak melanjutkan ayat kecuali berhenti sebentar atasnya, lalu ruku’ dan membaca “subhana rabbiyyal-‘adzim”, (lama) seperti saat berdiri, lalu mengangkat kepala dan membaca, “sami’allahu liman hamidah rabbana lakal-hamdu”, (lama) seperti saat berdiri, lalu sujud dan membaca, “subhana rabbiyal a’la”, (lama) seperti saat berdiri. Lalu mengangkat kepalanya, dan membaca, “rabbighfirli”,  (lama) seperti saat berdiri, lalu sujud dan membaca, “subhana rabbiyal a’la”, (lama) seperti saat berdiri. Lalu mengangkat kepala. Maka beliau berdiri, dan tidaklah beliau shalat kecuali dua rakaat. Hingga Bilal datang dan mengumandangkan shalat Shubuh.” (Musnad Ahmad)

Faidah ayat:
1.      Rasulullah shalat tarawih berjamaah
2.      Setelah takbiratul ihram, beliau membaca doa iftitah “Allahu akbar, dzul malakuti, wal-jabaruti, wal-kibriya-i wal-‘adhomah”
3.      Setelah membaca al-Fatihah, beliau membaca surat-surat panjang seperti al-Bawarah, an-Nisa’ atau Ali ‘Imran
4.      Beliau membaca bacaan al-Quran dengan cara diputus putus setiap ayat demi ayat.
5.      Saat ruku’ beliau membaca “subhana rabbiyyal-‘adzim”, dan lama ruku’nya sama lamanya dengan saat beliau berdiri.
6.      Saat i’tidal beliau membaca “sami’allahu liman hamidah rabbana lakal-hamdu” dan lama i’tidalnya sama lamanya dengan saat beliau berdiri.
7.      Saat sujud beliau membaca “subhana rabbiyal a’la” lama sujudnya sama lamanya dengan saat beliau berdiri.
8.      Saat duduk di antara dua sujud beliau membaca “rabbighfirli”, dan lama duduknya sama dengan saat beliau berdiri.
9.      Rasulullah tidak shalat malam kecuali dengan dua rakaat dua rakaat.

e. Shalat Tarawih Dikerjakan Dua Rakaat Dua Rakaat (Lihat hadist ke-12 dan 14.)
f. Shalat Tarawih Dikerjakan Empat + Empat + Tiga Rakaat (Lihat hadis ke-11)
g. Bacaan Surat-Surat lebih Panjang daripada Shalat Wajib (Lihat hadist ke-14)
h. Bacaan rakaat awal-awal lebih panjang dari pada bacaan pada rakaat sesudahnya (lihat hadist ke-12)
i.  Rasulullah memperbagus dan memperlama shalat tarawih (lihat hadist ke11, 12)

8.  Rasulullah shalat tarawih di masjid (ke-4, 5, 6, 9, 11, 14)
(Hadist ke-15)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّاسُ يُصَلُّونَ فِي الْمَسْجِدِ فِي رَمَضَانَ أَوْزَاعًا فَأَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضَرَبْتُ لَهُ حَصِيرًا فَصَلَّى عَلَيْهِ بِهَذِهِ الْقِصَّةِ قَالَتْ فِيهِ قَالَ تَعْنِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ أَمَا وَاللَّهِ مَا بِتُّ لَيْلَتِي هَذِهِ بِحَمْدِ اللَّهِ غَافِلًا وَلَا خَفِيَ عَلَيَّ مَكَانُكُمْ
Dari Aisyah, dia berkata, "Dahulu orang-orang mengerjakan shalat dalam masjid pada bulan Ramadhan secara terpisah-pisah. Rasulullah memerintahkan kepada aku (untuk menggelar tikar), lalu aku menghamparkan tikar untuk beliau, setelah itu beliau shalat di atasnya.... " Seperti kisah ini, Aisyah berkata dalam Hadits itu, "Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 'Wahai saudara sekalian! Demi Allah, segala puji bagi Allah, semalam aku tidak tidur, dan tempat kalian juga tidak samar atasku.'" (Hasan Shahih-Sunan Abu Dawud)
Faidah hadist
1.      Hadist sebelumnya menyatakan Rasulullah shalat tarawih bersama para sahabat di awal bulan Ramadhan, tetapi pada malam ke-empat Rasulullah tidak keluar menuju masjid, sehingga para sahabat shalat berjamaah tetapi berpencar-pencar
2.      Malam kelima Rasululah minta ‘Aisyah untuk menghamparkan tikar untuk dipakai shalat malam.

(Hadist ke-16)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا أُنَاسٌ فِي رَمَضَانَ يُصَلُّونَ فِي نَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ مَا هَؤُلَاءِ فَقِيلَ هَؤُلَاءِ نَاسٌ مَعَهُمْ قُرْآنٌ وَأُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ يُصَلِّي وَهُمْ يُصَلُّونَ بِصَلَاتِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَابُوا وَنِعْمَ مَا صَنَعُوا
… dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam keluar (rumah), ketika banyak orang dalam Ramadhan shalat di pojok masjid. Maka Rasulullah bertanya, “Sedang apa mereka?” Maka dikatakan, “Mereka itu orang-orang yang belum menghafal al-Quran. Sedangkan Ubai bin Ka’b sedang shalat, dan mereka shalat bersama shalatnya (Ubay). Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Mereka benar dan baik apa yang mereka lakukan.”
Faidah hadist:
Rasulullah membenarkan orang-orang (Ubay bin Ka’b dan lainnya) yang shalat malam bulan Ramadhan secara berjamaah di saat beliau tidak keluar ke masjid karena alasan tertentu.

9.  ‘Umar bin al-Khaththab memerintahkan shalat tarawih 11 rakaat
(Hadist ke-17)
عن محمد بن يوسف عن السائب بن ييد أنه قال : أمر عمر بن الخطاب رضي الله عنه أبي بن كعب وتميما الداري أن يقوما للناس بإحدى عشر ركعة قال : وقد كان القارئ يقرأ بالمئين حتى كنا نعتمد على العصي من طول القيام وما كنا ننصرف إلا في بزوغ الفجر "
… dari Muhammad bin Yusuf dari as-Saib bin Biyad, bahwa Ia berkata, “’Umar bin al-Khaththab radliallahu ‘anhu memerintahkan Ubai bin Ka’b dan Tamim ad-Dari untuk mengimami manusia dengan sebelas rakaat.” Ia berkata, “Dan kala itu seorang qari (imam) membaca ratusan ayat hingga terlalu lama berdiri.  Dan kami tidak selesai kecuali dengan datangnya fajar.”” (al-Muwatha’, Imam Malik)

E.  Arti perkataan ‘Umar bin al-Khaththab tentang bid’ah
Mengingat apa yang diperintahkan ‘Umar kepada Ubay bin Ka’b untuk menjadi imam shalat tarawih di masjid sebelas rakaat bagi semua orang di masjid sama yang dilaksanakan oleh Rasuullah dan para sahabatnya, rupanya kata bid’ah yang diucapkannya itu adalah maksud bid’ah secara bahasa. Shalat tarawih agak ditinggalkan pada masa Abu Bakar ash-Shidik karena selama Ramadhan digunakan untuk perang terhadap para pembangkang. Dan ‘Umar kembali memperbaharui shalat tarawih yang dikerjakan kaum muslimin seperti yang dikerjakan pada masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Jadi kata bid’ah yang diucapkannya adalah lebih berarti kembali kepada yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam.