MAKANAN-MAKANAN HARAM
I. Pengertian Makanan
Makanan dalam bahasa Arabnya tha’am (singular)/ath’imah (plural) berarti segala sesuatu yang bisa dimakan secara mutlak
II. Hukum Asal Makanan dan Minuman adalah halal kecuali terdapat dalil yang mengharamkannya
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا [البقرة/29]
Dia-lah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
III. Makanan yang Diharamkan menurut Syariat
A. Dari al-Quran al-Karim
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ [المائدة/3]
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.
Makanan yang diharamkan dalam ayat ini:
1. bangkai yaitu segala hewan yang mati bukan karena disembelih (atau cara lain yang dibenarkan menurut syariat). Semua bangkai haram dimakam kecuali ikan dan belalang:
سنن ابن ماجه - (ج 10 / ص 51) حَدَّثَنَا أَبُو مُصْعَبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُحِلَّتْ لَكُمْ مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ فَأَمَّا الْمَيْتَتَانِ فَالْحُوتُ وَالْجَرَادُ وَأَمَّا الدَّمَانِ فَالْكَبِدُ وَالطِّحَالُ
Bahwasannya Rasulullah shalallahu ’alaihi wa salam bersabda: Telah dihalalkan untuk kita jenis bangkai dan dua macam darah. Adapun dua jenis bangkai adalah ikan dan belalang, dua jenis darah adalah hati dan limpa (lih. Juga HR Ahmad no. 5690, dan dishahihkan oleh Imam al-Albani dalam Silsilah al-Ahadist ash-Shahihah no. 1118)
سنن ابن ماجه - (ج 9 / ص 409) حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ حُمَيْدِ بْنِ كَاسِبٍ حَدَّثَنَا مَعْنُ بْنُ عِيسَى عَنْ هِشَامِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا قُطِعَ مِنْ الْبَهِيمَةِ وَهِيَ حَيَّةٌ فَمَا قُطِعَ مِنْهَا فَهُوَ مَيْتَةٌ
Apa saja yang dipotong dari binatang yang dia masih hidup, maka apa saja yang dipotong darinya adalah bangkai.
2. darah yaitu darah yang ditumpahkan, adapun darah yang tersisa pada daging hewan yang disembelih yang tidak mungkin dihindari maka hal itu dimaafkan (lih. Tafsir Ibn Jarir ath-Thabari VIII/71.
3. daging babi – disebut daging babi karena yang biasa dimakan adalah dagingnya – dan para ulama telah sepakat bahwa seluruh daging, kulit, dan bulunya haram dan najis.
4. yang disembelih atas nama selain Allah,
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ [الأنعام/121]
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan
Sembelihan Nashrani dan Yahudi?
الْيَوْمَ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ [المائدة/5]
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu
5. binatang yang tercekik lalu mati (tanpa sempat menyembelihnya),
6. hewan yang terpukul - juga tertabrak mobil - lalu mati (tanpa sempat menyembelihnya)
7. hewan tertanduk oleh hewan lalu mati (tanpa sempat menyembelihnya),
8. hewan yang diterkam binatang buas lalu mati dan dimakannya,
9. hewan yang disembelih untuk berhala
B. Dari Hadist
1. Keledai Jinak
صحيح البخاري - (ج 13 / ص 100) حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَهُ جَاءٍ فَقَالَ أُكِلَتْ الْحُمُرُ فَسَكَتَ ثُمَّ أَتَاهُ الثَّانِيَةَ فَقَالَ أُكِلَتْ الْحُمُرُ فَسَكَتَ ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ أُفْنِيَتْ الْحُمُرُ فَأَمَرَ مُنَادِيًا فَنَادَى فِي النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يَنْهَيَانِكُمْ عَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ فَأُكْفِئَتْ الْقُدُورُ وَإِنَّهَا لَتَفُورُ بِاللَّحْمِ
Seseorang mendatangi Rasulullah shalallahu ’alaihi wa salam kemudian berkata: Keledai-keledai telah dimakan. Kemudian orang kedua datang kepada Beliau kemudian berkata: Keledai-keledai telah dimakan. Kemudian orang kedua datang kepada Beliau kemudian berkata: Keledai-keledai telah dimakan. Kemudian Beliau menyuruh seseorang agar berseru di tengah-tengah para sahabat: Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mencegah kalian dari (memakan) daging keledai peliharaan; karena dia itu kotor. Kemudian periuk-periuk yang penuh daging mendidih ditumpahkan.
2. Binatang Buas yang Bertaring dan Burung yang Bercakar
صحيح مسلم - (ج 10 / ص 73)حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْحَكَمِ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ كُلِّ ذِي نَابٍ مِنْ السِّبَاعِ وَعَنْ كُلِّ ذِي مِخْلَبٍ مِنْ الطَّيْرِ
Rasulullah shalallahu ’alaihi wa salam melarang setiap binatang buas yang bertaring dan setiap burung yang bercakar.
صحيح مسلم - (ج 10 / ص 72)حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ يَعْنِي ابْنَ مَهْدِيٍّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ أَبِي حَكِيمٍ عَنْ عَبِيدَةَ بْنِ سُفْيَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
كُلُّ ذِي نَابٍ مِنْ السِّبَاعِ فَأَكْلُهُ حَرَامٌ
Setiap binatang buas yang mempunyai gigi taring, maka memakannya adalah haram
Termasuk disini adalah harimau, kucing, anjing, luwak, burung elang, gagak dll.
Ternyata masih banyak orang yang menyukai daging anjing
4. Hewan yang dilarang untuk dibunuh
مسند أحمد - (ج 6 / ص 440)حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِ أَرْبَعٍ مِنْ الدَّوَابِّ النَّمْلَةِ وَالنَّحْلَةِ وَالْهُدْهُدِ وَالصُّرَدِ
Rasulullah shalallahu ’alaihi wa salam melarang membunuh empat macam binatang yaitu semut, lebah, burung hud-hud, dan burung shurad
سنن أبي داود - (ج 14 / ص 10) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ خَالِدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عُثْمَانَ
أَنَّ طَبِيبًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ضِفْدَعٍ يَجْعَلُهَا فِي دَوَاءٍ فَنَهَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِهَا
Ada seorang tabib bertanya kepada Nabi shalallahu ’alaihi wa salam tentang katak yang dijadikan obat. Maka Nabi shalallahu ’alaihi wa salam melarangnya untuk membunuhnya (lih. juga Bulughul Maram hadist no. 1357)
5. Hewan yang Harus dibunuh
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قالت قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسٌ مِنْ الدَّوَابِّ كُلُّهُنَّ فَاسِقٌ يَقْتُلُهُنَّ فِي الحِلِّ الْحَرَمِ الْغُرَابُ وَالْحِدَأَةُ وَالْعَقْرَبُ وَالْفَأْرَةُ وَالْكَلْبُ الْعَقُورُ
Lima binatang yang semuanya jahat, yang harus dibunuh di Tanah Halal maupun Tanah Haram: kalajengking, elang, tikus, dan anjing yang galak (lih. Bulughul Maram hadist no: 754)
صحيح مسلم - (ج 11 / ص 295)و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَتَلَ وَزَغَةً فِي أَوَّلِ ضَرْبَةٍ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً وَمَنْ قَتَلَهَا فِي الضَّرْبَةِ الثَّانِيَةِ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً لِدُونِ الْأُولَى وَإِنْ قَتَلَهَا فِي الضَّرْبَةِ الثَّالِثَةِ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً لِدُونِ الثَّانِيَةِ
Barangsiapa membunuh cicak pada pukulan pertama, maka ia mendapatkan sekian kebaikan, dan barangsiapa membunuh cicak pada pukulan kedua, maka baginya sekian kebaikan, kurang dari pada yang pertama, dan barangsiapa membunuh cicak pada pukulan ketiga, maka baginya sekian kebaikan, kurang dari pada yang kedua (lih: Riyadhus Shalihin hadist no. 1872)
6. Hewan Jallalah yaitu hewan yang diketahui memakan barang najis, sehingga haram dimakan, haram diminum susunya, dan haram dikendarai.
سنن الترمذي - (ج 6 / ص 498)حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْلِ الْجَلَّالَةِ وَأَلْبَانِهَا
Rasulullah shalallahu ’alaihi wa salam melarang memakan binatang yang makan tahi, dan meminum susunya.
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 5 / ص 576) حدثنا أبو بكر قال حدثنا وكيع عن سفيان عن عمرو بن ميمون عن نافع
عن ابن عمر أنه كان يحبس الدجاجة الجلالة ثلاثا.
Dari Ibn Umar bahwa dia menahan ayam jallalah selama tiga (hari).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar