DEMONSTRASI DALAM PANDANGAN ISLAM
Oleh Sugiyanta, S.Ag, M.Pd
Arti Demonstrasi
Dalam Oxford’s Student’s Dictionary yang disusun oleh A.S. Hornby dan Christina Rose demonstrasi diterjemahkan sebagai
1. An act of showing clearly the facts, how something works etc (suatu tindakan menunjukkan fakta secara jelas, bagaimana sesuatu berfunfsi dll). Contoh untuk difinisi ini contohnya sales alat kesehatan memperagakan cara menggunakan produknya.
2. A public display of feeling or opinion, e.g. by marching, by a group e.g. of workers (suatu pertunjukan umum mengenai perasaan atau pendapat, misalkan dengan berbaris, oleh sekelompok, misalkan, para pekerja. Contoh untuk difinisi ini adalah demonstrasi yang dilakukan oleh partai politik misalkan untuk menolak hasil Pilkada.
Tentu saja tulisan ini membahasan demonstrasi seperti yang didefinisikan nomor dua.
Sejarah Demonstrasi
Dalam sejarah, tidak didapati bahwa demonstrasi tidak berasal dari Islam. Demonstrasi tidak pernah ada pada zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Sedangkan pada zaman Sahabat radliallahu ‘anhum, demonstrasi dilakukan oleh orang Khawarij, yang ingin menggulingkan ‘Ustman bin Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhuma.
Di negara-negara barat, misal, negara Prancis demonstrasi dihidup-hidupkan bersama demokrasi dan dan dibuatlah naskah yang dikenal dengan Declaration des Droits de L’Homme et du Citoyen yaitu pernyataan mengenai hak-hak manusia dan warga negara kemudian dimasukkan dalam undang-undang dengan alasan Hak Asasi Manusia pada tahun 1791. Tokoh-tokohnya adalah J.J. Rousseau, Voltaire, serta Montesquieu.
Demikian juga di Inggris kita mengenal Magna Charta, di Amerika Serikat ada Declaration of Independence of the United States. Dan akhirnya Perserikatan Bangsa Bangsa mengeluarkan Declaration of Human Rights.
Hukum Demonstrasi
Islam ini adalah agama yang sempurna, yang tidak lagi ditambah-tambah atau bahkan dikurang-kurangi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا [المائدة/3]
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Seluruh hiruk pikuk kehidupan telah diatur oleh agama yang sempurna ini. segalanya telah diatur dalam agama ini. Artinya demonstrasi pun telah diatur oleh agama ini.
Bagaimana Melakukan Demonstrasi
1. Tempatnya dan Caranya
Tempat demonstrasi biasa di tempat atau fasilitas umum misalnya jalan raya tempat lalu lalangnya para pejalan atau pengendara yang mempunyai berbagai macam tujuan: mengaji, mencari nafkah untuk keluarga, berobat ke rumah sakit, mengajar di madrasah dan rupanya orang berlalu lalang di jalan lebih banyak yang bertujuan baik dari pada yang buruk.
Cara berdemonstrasi kadang-kadang berbaris di tengah-tengah jalan, atau bahkan membakar jalan raya, atau berpidato di persimpangan jalan atau bahkan saking jengkelnya jalan dilubangi atau ditanami pohon, orang harus berhenti untuk mendengarkan pidatonya. Dan semua itu mengganggu pengguna jalan. Begitukah agama ini mengatur umatnya? Tentu tidak. Dan Islam sangat menghargai pengguna jalan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam menjunjung tinggi orang yang menyingkirkan gangguan di jalan. Karena menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk tanda iman kita kepada Allah.
صحيح مسلم - (ج 1 / ص 140) حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: Iman memiliki tujuh puluh cabang atau enam puluh sekian – yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illallaah, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan
Menyingkirkan gangguan di jalan adalah cabang iman yang paling rendah, lalu bagaimana iman kita, kalau kita sendiri yang menjadi gangguan – berjalan di tengah jalan dan mengganggu pengguna jalan yang lain. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam juga menyatakan mengyingkirkan gangguan dari jalan adalah shadaqah.
صحيح البخاري - (ج 10 / ص 163) حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ سُلَامَى مِنْ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ يَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى الصَّلَاةِ صَدَقَةٌ وَيُمِيطُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ
Setiap persendian manusia ada sedekahnya … dan menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk shadaqah
Lalu apa manfaatnya menggunakan diri membuat orang lain terganggu oleh aktifitas demonstrasi di jalan. Kalau orang yang sedang lalu lalang tergesa-gesa terhadang oleh aktifitas demonstrasi pastilah dia membecinya. Yakinlah lebih banyak yang benci dengan demonstrasi dari pada yang menyukainya.
Berhubung dengan jalan raya, marilah kita raih surga. Sungguh Rasulullah telah memberitahu kita bahwa balasan menyingkirkan gangguan dari jalan karena ikhlas untuk beribadah kepada Allah adalah surga.
صحيح مسلم - (ج 13 / ص 47) حَدَّثَنَاه أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلًا يَتَقَلَّبُ فِي الْجَنَّةِ فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيقِ كَانَتْ تُؤْذِي النَّاسَ
Nabi shalallahu ‘alahi wa salam bersabda: Sungguh aku melihat seorang laki-laki di surga mondar-mandir karena sebuah pohon yang disingkirkan dari badan jalan yang mengganggu manusia
Lalu bagaimana dengan demonstran yang menghentikan bus umum, menyandra truk BBM, merusak fasilitas umum, merusak benda-benda milik negara? Sungguh itu jauh dari syariat agama Islam, agama yang kita anut. Adakah demonstrasi yang tidak mengganggu orang lain. Mungkin ada kalau demonstrasi dikerjakan di rumah sendiri atau di kebun sendiri, dilakukan sendirian tanpa teman, ketika anak istri, ayah dan bunda bepergian, dengan tetangga berjauhan.
2. Kepada Siapa demonstrasi ditujukan
Biasanya demonstrasi dilakukan di saat kita merasa tidak senang dengan sesuatu. Mungkin tidak puas atau tidak senang dengan keputusan pemerintah dari tingkat RT sampai presiden, mungkin juga dengan atasan – buruh kepada bossnya, guru kepada kepala sekolah, santri kepada kiai. Pegawai kepada atasannya.
a. Ingin menurunkan penguasa negeri sendiri dari tahtanya
Seperti yang terjadi di Mesir, Tunisia, Maroko, Yaman, Suriah, dan Bahrain atau bahkan ketika Presiden Suharto berkuasa. Mungkinkah umat Islam akan mengikuti perbuatan orang-orang Khawarij ketika mau menurunkan Ustman bin Affan dan Ali bin Thalib radliallahu ‘anhum, sahabat-sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga. Pada hal Islam memerintahkan kita untuk selalu taat pada pemimpin.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا [النساء/59] ا
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan para pemimpin di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda agar kita tetap memperhatikan dan taat kepada pemimpin selama tidak diperintahkan untuk mengerjakan maksiyat.
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ
Hendaklah seorang muslim mendengar serta taat (kepada pemimpin) dalam hal-hal yang ia sukai ataupun yang benci, kecuali dia diperintahkan supaya melakukan maksiat. Sekiranya dia diperintahkan supaya melakukan maksiat maka janganlah dia dengar dan mentaatinya (HR Imam Bukhari no. 6611 dan Muslim no. 1469)
Bahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam berwasiat agar kita selalu mendengar dan taat walaupun pemimpin kita pemimpin yang tidak baik.
يكون بعدي أئمة، لا يهتدون بهدي، و لا يستنون بسنتي، وسيقوم فيكم رجال، قلوبهم قلوب الشياطين، في جثمان إنس. قلت: كيف أصنع إن أدركت ذلك؟ قال: تسمع وتطع للأمير، و إن ضرب ظهرك، وأخذ مالك.
Akan datang sesudahku para pemimpin, yang tidak mengambil petunjukku, dan melaksanakan sunahku. Dan kelak akan ada para pemimpin yang hatinya seperti hati para shaithan dalam jasadnya. Maka aku (Hudzaifah ibn al-Yaman radhiallahu ‘anhu) berkata, “Yaa Rasulallah apa yang akan aku perbuat jika aku mendapati hal ini?” Beliau berkata, “Hendaklah engkau mendengar dan taat pada amir (pemimpin)mu, walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu.” (HR Muslim, lihat Aqidatu Ahli as-Sunnah wa al-Jamaah fiil Bay’ah wal Imamah, bab 3.
Lalu bagaimana bisa kita punya niat untuk menurunkan penguasa?
b. Ingin mengingatkan pemerintah atau atasannya (amar ma’ruf nahi munkar)
Dalam suatu demonstrasi di kota Jogja, terdengar pekikan, “SBY tidak becus memikirkan negeri ini. SBY tidak pernah memikirkan rakyat kecil. SBY telah gagal memimpin negeri ini”
Berani sekali dia berkata seperti itu. Sungguh disayangkan kalau umat Islam melakukannya. Pernahkan kita melakukan klarifikasi seberapa jauh pencapaian pemerintahannya? Tahu dari mana kita mengetahui isi hati beliau? Bukankah kita tidak tahu isi hati beliau? Lalu apa ukuran kegagalan dalam memimpin negeri ini?
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ [الحجرات/12]
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Ayat ini menegaskan
1. Larangan berprasangka yang tidak baik, karena ia termasuk dosa besar
2. Larangan mencari keburukan orang lain
3. Larangan menggunjing
Dan sungguh kebanyakan perkataan, pidato atau pekikan dalam demonstrasi tidak lepas dari prasangka jelek, mencari-cari kejelekan orang lain, membicarakan kejelekan pemimpin di hadapan orang banyak padahal orang yang membicarakan kejelekan orang lain diibaratkan seperti makan mayat saudaranya, seolah-olah umat Islam tidak pernah membaca ayat ini. Itu kalau yang diucapkannya benar, bagaimana kalau yang diucapkannya tidak benar? Lalu apa yang dia rasakan kalau dia sendiri dicurigai, kalau kejelekannya diungkap di depan orang banyak. Pastilah dia merasa tidak suka.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
صحيح مسلم - (ج 12 / ص 476) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
Dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: Tahukah kalian apa itu ghibah? Para sahabat berkata: Allah dan Rasulnya lebih mengetahui. Rasul bersabda: Engkau mengatakan tentang temanmu dengan apa-apa yang ia benci. Dikatakan: Jika apa yang itu ada pada temanku? Rasulullah menjawab: Bila yang kau katakan itu benar, sungguh engkau telah ghibah, dan bila tidak benar, sungguh engkau telah bohong.
Sungguh kebanyakan demonstran telah melakukan ghibah (menggunjing) atau bahkan telah berbohong (menfitnah).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam telah mengajarkan kita bagaimana mengingatkan pimpinan/penguasa.
السنة لابن أبي عاصم - (ج 3 / ص 101) حدثنا عمرو بن عثمان ، حدثنا بقية ، حدثنا صفوان بن عمرو ، عن شريح بن عبيد ، قال : قال عياض بن غنم لهشام بن حكيم : ألم تسمع بقول رسول الله صلى الله عليه وسلم : « من أراد أن ينصح لذي سلطان فلا يبده علانية ، ولكن يأخذ بيده فيخلوا به ، فإن قبل منه فذاك ، وإلا كان قد أدى الذي عليه »
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa, janganlah ia menampakkan dengan terang-terangan, hendaklah ia pegang tangannya lalu menyendiri dengannya, kalau ia mendengarkaa nasihatmu, maka itu yang terbaik, dan bila ia enggan (tidak menerima), maka ia telah melaksanakan kewajiban amanah yang dibebankan kepadanya (HR Ibn Abi ‘Ashim dalam as-Sunah bab Kaifa Nashihatur Ra’iyyah lil Wulaat no 1096, 1097, 1098)
Bahkan hendaknya kita tetap memuliakan pimpinan/penguasa
مسند أحمد - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ مِهْرَانَ حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ أَوْسٍ عَنْ زِيَادِ بْنِ كُسَيْبٍ الْعَدَوِيِّ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ أَكْرَمَ سُلْطَانَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي الدُّنْيَا أَكْرَمَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي الدُّنْيَا أَهَانَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Abu Bakr radliallahu ‘anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang memuliakan penguasa di dunia, akan dimuliakan Allah di akhirat, dan barangsiapa yang menghinakan penguasa di dunia, maka Allah akan menghinakannya pada hari Kiamat (HR Ahmad)
Kalaupun pemimpin salah seperti melakukan kejahatan sudah ada lembaga yang mengurusinya seperti KPK, KY, MK, DPR, MPR, BPK, kepolisian, BIN dll.
Akhirnya masihkan demonstrasi menjadi solusi di negeri ini? Lihat diri sendiri untuk tidak mudah berprasangka, memberikan kejelekan orang di depan umum, menghujat orang lain.
Wallahu a’lam bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar