Menjadi Pegawai Yang Baik
Sugiyanta, S.Ag, M.Pd
Bapak-Bapak Pol PP Kab. Kulon Progo Melepas Gambar Paslon Cabub/Cawabup di Gonosari Banjarari Kamis 16 Juni 2011, Semestinya yang Pasang Gambar yang Bertanggun Jawab
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا [النساء/29، ]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.
Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah dalam Kitab Tafsir al-Karimur Rahman) berkata: Allah subhanahu wa ta’ala melarang hamba-Nya yang beriman mengambil harta orang lain dengan cara yang bathil (salah) seperti dengan mencuri, berjudi, berkhianat, dan dari hasil kerja yang hina.
La ta’kulu amwalakum bainakum bil bathil – janganlah memakan harta sesamu dengan jalan yang bathil. Kata bainakum (di antaramu/sesamamu) mengandung makna kita sebagai sesama manusia – anggota keluarga kita, tetangga kita, atasan kita, anak buah kita, murid kita atau guru kita, mungkin juga para pemimpin kita atau pegawai dan buruh, yang mempekerjakan kita atau yang kita beri pekerjaan. Semua dituntut La ta’kulu amwalakum bainakum bil bathil– janganlah memakan harta sesamu dengan jalan yang bathil.
Lalu bagaiamana kita menjadi buruh, menjadi yang dipekerjakan, menjadi yang diberi pekerjaan, atau menjadi pegawai yang baik.
1. Marilah kita meluruskan niat untuk mencari rejeki yang halal untuk beribadah kepada Allah subhanatahu wa ta’ala karena dengan niat yang baik, inysaallah menjadi orang yang qana’ah dan hilang rasa tamak dalam mencari rejeki
صحيح مسلم - (ج 5 / ص 276) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُقْرِئُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي أَيُّوبَ حَدَّثَنِي شُرَحْبِيلُ وَهُوَ ابْنُ شَرِيكٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
Sesungguhnya amat beruntung orang yang masuk Islam, dan diberi rezeki cukup dan dibuat Allah dia rela menerima apa adanya (HR Muslim no. 1746)
2. Mentaati peraturan yang berlaku yang tidak bertentangan dengan Islam
3. Merasa diawasi oleh Allah ta’ala
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ [ق/18]
Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir
4. Menjalankan amanat
مسند أحمد - (ج 24 / ص 481) حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا أَبُو هِلَالٍ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: مَا خَطَبَنَا نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا قَالَ: لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ
Tidaklah beriman dengan sempurna orang yang tidak menunaikan amanat.
5. Bertanggung jawab atas pekerjaannya
صحيح البخاري - (ج 3 / ص 414)
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمَرْوَزِيُّ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنَا سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَزَادَ اللَّيْثُ قَالَ يُونُسُ كَتَبَ رُزَيْقُ بْنُ حُكَيْمٍ إِلَى ابْنِ شِهَابٍ وَأَنَا مَعَهُ يَوْمَئِذٍ بِوَادِي الْقُرَى هَلْ تَرَى أَنْ أُجَمِّعَ وَرُزَيْقٌ عَامِلٌ عَلَى أَرْضٍ يَعْمَلُهَا وَفِيهَا جَمَاعَةٌ مِنْ السُّودَانِ وَغَيْرِهِمْ وَرُزَيْقٌ يَوْمَئِذٍ عَلَى أَيْلَةَ فَكَتَبَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَنَا أَسْمَعُ يَأْمُرُهُ أَنْ يُجَمِّعَ يُخْبِرُهُ أَنَّ سَالِمًا حَدَّثَهُ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ....وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ...
...Dan pegawai/buruh mengurusi harta tuannya dan dia bertangung jawab atas kepemimpinannya....
6. Menasihati yang memberi pekerjaan dengan lembut
صحيح البخاري - (ج 10 / ص 202): حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ حَيٍّ أَبُو حَسَنٍ قَالَ سَمِعْتُ الشَّعْبِيَّ يَقُولُ حَدَّثَنِي أَبُو بُرْدَةَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَاهُ -عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ ... وَالْعَبْدُ الَّذِي يُؤَدِّي حَقَّ اللَّهِ وَيَنْصَحُ لِسَيِّدِهِ
Ada tiga golongan yang diberi pahala dua kali lipat ... seorang hamba yang menunaikan hak Allah dan menasihati tuannya (pemimpinnya)
7. Tidak menerima dan meminta pungutan liar dari siapapun
مسند أحمد - (ج 48 / ص 91) حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: هَدَايَا الْعُمَّالِ غُلُولٌ
Pemberian hadiah kepada pegawai termasuk suap
8. Minta izin bila berhalangan karena ada suatu sebab
Seperti dimaklum beberapa penyakit kita orang yang bekerja untuk pihak lain seperti negara (bila kita pegawai negeri), swasta (bila kita pegawai swasta), orang lain (misalnya buruh) adalah: korupsi waktu seperti terlambat hadir, pulang sebelum waktunya pulang, mengambil sesuatu yang bukan haknya (korupsi uang dan benda). Marilah kita memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala semoga kita termasuk orang-orang yang diridloinya dan kita berlindung kepada-Nya dari perbuatan-perbuatan batil, perbuatan yang merugikan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar