Minggu, 26 Juni 2011

Bagaimana Mencintai Rasul shalallahu ‘alaihi wa salam

Bagaimana Mencintai Rasul shalallahu ‘alaihi wa salam
Oleh Sugiyanta, S.Ag, M.Pd

Salah satu rukun Islam adalah iman terhadap para rasul tentu saja juga kepada muhammad salalluhu ‘alaihi wa salam. Salah satu bentuk iman kita kepada beliau shalallahu ‘alaihi wa salam adalah cinta kepadanya melebihi cinta kita terhadap yang lainnya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كَنَ ءَابَاؤُكُمْ وَ أَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَنُكُم وَ أَزْوَجُكُم وَعَشِيرَتُكُم وَ أَمْوَلٌ أَقْتَرَفْتُمُوهَا وَ تِجَرَةٌ تَخْشَونَ كَسَادَهَا وَ مَسَكِنَ تَرْضَوْنَهَا أَخَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللهِ وَ رَسُولِهِ وَ جِهَادٍ فِي سِبِيلِهِ فَتَرْبَصُوا حَتَّى يَأْتِى بِأَمْرِهِ ، وَ اللهُ لاَ يَهْدِى الْقَومِ الْفَسِقِين.
Katakanlah, jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah, dan rasulnya, dan berjihad di jalannya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.. (at-Taubah: 24)
Tentu saja bentuk cinta kita kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam harus berada dalam syariat Islam, bukan kecintaan berdasar hawa nafsu. Adapun ungkapan cinta yang diada-adakan tanpa mendasar pada syariat merupakan kesalahan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
من عمِل عملا ليس عليه أمرن فهو رد.
Barangsiapa yang melakukan sebuah amalan yang kami tidak perintahkan, maka amalan tersebut tertolak. (HR Muslim).

Seseorag yang mengaku cinta kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam hendaknya membuktikan cintanya itu dengan cara:
1.       Mentaati beliau shalallahu ‘alaihi wa salam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمَا ءَاتَكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا.
Apa yang diwawa Rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (al-Hasyr: 7)
2.       Membenarkan semua berita yang shahih yang datang dari beliau shalallahu ‘alaihi wa salam. Karena Allah subhanahu wa ta’ala memberikan jaminan bahwa apa saja yang beliu shalallahu alaihi wa salam sampaikan adalah kebenaran yang datangnya dari Allah. Allah berfirman:
وَمَا يَنْطِقِ عَنِ الْهَوَى. إِنَّ هُوَ إِلاَ وَحْىُ يُوْحَى.
Dan bukanlah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya. Sungguh bukanlah ucapannya itu kecuali wahyu yang diwahyukan. (an-Najm: 3-4)
3.       Mendahaulukan perkataan beliau shalallahu’alaihi wa salam.
Yaitu dengan menolak seluruh perkataan manusia yang bertentangan dengan apa yang beliau sampaikan, baik yang berhubungan dengan ibadah maupun tuntunan hidup sevara umum. Maka mendahulukan perkataan para filosoh, para pakar, cendekia atau siapa saja yang bertentangan dengan al-Quran dan sabda beliau muhammad shalallahu’alaihi wa salam adalah indikasi tidak ada cinta kepada rasulullah.
4.       Mencintai para salafu shalih
Salah satu bentuk dan cara yang dilakukan oleh mereka yang ingin menghilangkan bentuk kecintaan kepada rasulullah adalah hujatan-hujatan yang dialamatkan kepada para sahabat radhiallahu ‘anhum – seperti yang dilakukan para penanut syiah yang sangat membenci abu bakar, umar dan ustman radhiallahu anhum. Hal yang demikian sekarang banyak dilakukan oleh kalangan orientalis maupun atau oleh umat islam sendiri.
5.       Beramal hanya dengan tuntunan Sunah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
Adapun beramal hanya membatasi diri dengan Sunah rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam adalah tidak beribadah kecuali dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, karena segala yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah adalah hanya hasil akal-akalan manusia dan ini adalah perbuatan yang tiada balasan pahala bahkan amalan tersebut tertolak walaupun dilandasi niat yang baik.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس فيه فهو رد
Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami, maka hal tersebut tertolak. (HR Bukhari)

3 komentar:

  1. Tentang Bid'ah in ada dua pendapat.Saya menemukan pembahasannya pada :http://alhidayahsk5.blogspot.com/
    ada baiknya ini dibaca sebagai bandingan.Tuuannya adalah murni kebenaran dan menghindari diri dari sifat ta'asshub

    BalasHapus
  2. ntuk memudahkan,kami kutipkan keterangan yang ada pada http://alhidayahsk5.blogspot.com/ sebagai berikut:
    Golongan yang kedua mengatakan yang dimaksudkan dengan MUHDASAT adalah Tiap tiap perkara yang berlawanan dengan al-Quran dan Hadis serta Ijma' ulama.

    Kefahaman mereka tersebut berdasarkan kepada lafaz MUHDASAT itu sendiri yang didatangkan dalam bentuk MUANNAS,tidak didatangkan dengan MUZAKKAR.

    Mengikut kaedah bahasa arab mana mana lafaz yang didatangkan dengan MUZAKKAR ia memberi makna umum,manakala mana mana lafaz yang didatangkan dengan MUANNAS ia memberi makna khusus.

    Sedangkan lafaz MUHDASAT dalam hadis tersebut didatangkan dengan MUANNAS maka maknanya adalah khusus tidak meliputi semua perkara ibadah yang nabi tak buat.

    Mereka juga berdalil dengan hubungkait lafaz hadis antara satu sama lain,iaitu diawal hadis nabi datangkan dengan “Ketahuilah bahawa sebaik2 perkataan ialah Kitabullah dan sebaik2 petunjuk ialah Sunnahku, dan selepas itu nabi datangkan dengan "manakala seburuk-buruk perkara pula ialah perkara2 baru yang diada-adakan."

    Dan lafaz KULLU itu memang umum tetapi itu mencakupi MUHDASAT yang khusus sahaja bukannya umum.

    Kalau yang dimaksudkan dengan BID'AH itu semua perkara baru kenapa nabi tak datangkan dengan lafaz MUHDAS dalam bentuk MUZZAKAR.

    Maknanya Semua perkara baru dan diada adakan yang menyalahi dengan al-Quran dan pertunjuk nabi maka perkara tersebut adalah bid'ah.

    Manakala setiap perkara baru yang tidak menyalahi al-quran dan pertunjuk hadis tidak dinamakan bid'ah dhalalah.

    BalasHapus
  3. Syukran atas masukannya AL-MAWALI

    BalasHapus