TAQIYYAH : PRINSIP-PRINSIP
DASAR AJARAN SYIAH IMAMIYAH
(Bag. Ke-1)
Oleh: Sugiyanta,
S.Ag, M.Pd
Seiring dengan berjalannya waktu,
di Indonesia kini dan juga negara-negara Islam yang lain, ada usaha pendekatan
antara Ahlus-sunnah wal jamaah dengan Syiah Imamiyah. Tentu saja usaha ini
banyak mendapatkan dana yang besar dari pihak Iran, negara pusat Syiah
Imamiyah. Rupanya usaha ini bak gayung bersambut. Tokoh-tokoh yang mengaku
Ahlussunah wal-Jamaah mulai menerima Syiah Imamiyah sebagai bagian Islam.
Padahal ulama-ulama mereka misalkan ulama-ulama Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama
(NU) sebagian besar menyatakan bahwa Syiah Imamiyah bukanlah Islam akan tetapi
ia adalah agama tersendiri. Pengikut Syiah adalah sesat dan kafir. Pada tulisan
ini, penulis hanya menyampaiakn pokok-pokok atau prinsip-prinsip Syiah Imamiyah
yang wajib kita pahami dan mengerti sehingga kita mengetahui bahwa ajakan Syiah
Imamiyah untuk bersatu dengan Ahlussunah wal Jamaah tak mungkin terwujud. Pada
tulisan ini penulis menyampaikan prinsip pertama yaitu taqiyyah.
Pengertian Taqiyyah
Taqiyyah, secara istilah
berarti suatu keyakinan dalam agama (Syiah Imamiyah) yang membolehkan bahkan
mengharuskan penganutnya untuk berpenampilan, berpendapat dan bertingkah laku
di hadapan selain penganut Syiah Imamiyah dengan penampilan, berpendapat dan
bertingkah laku seperti penampilan, berpendapat dan bertingkah laku penganut
agama selain Syiah Imamiyah.
Pendeknya taqiyyah adalah
seseorang menampakkan sikap yang tidak sesuai dengan isi batinnya.
Asal-Usul Taqiyyah
Menurut pengakuan penganut agama
Syiah Imamiyah, konon taqiyyah berasal dari perkataan ‘Ali bin Abi Thalib
radliallahu ‘anhu. Ia berkata, “Taqiyah termasuk amalan seseorang mukmin yang
paling utama, dengannya ia menjaga diri dan saudaranya dari tindakan orang-orang
jahat (lih. Tafsir al-Askari, hal. 162, Pustaka
Ja’fari, India. Ini adalah kitab tafsir dari Syiah Imamiyah sendiri).
Hukum Taqiyah
Menurut Syiah Immamiyah melakukan
taqiyah adalah wajib, bahkan orang yang meninggalkannya menjadi kafir dan
dinyatakan telah keluar dari agama. Konon Muhammad al-Baqir, Imam Kelima Syiah
Imamiyah, meriwayatkan suatu hadist yang berbunyi, “Taqiyah adalah kebiasaanku
dan kebiasaan bapak-bapakku, dan tidak beriman orang yang tidak bertaqiyah (lih. Al-Ushul Minal Kafi, Bab at-Taqiyyah jilid 2 hal.
219).
Seorang ahli hadist dari golongan
Syiah, Muhammad bin ‘Ali bin al-Hasan bin Babuwaih al-Kummi menyatakan, “Bertaqiyah
wajib hukumnya, barangsiapa meninggalkannya, ia bagaikan meninggalkan shalat.” Ia
juga berkata, “Bertaqiyah wajib hukumnya, dan tidak boleh dihapus hingga datang
sang penegak keadilan (Imam Mahdi – penulis), dan barangsiapa meninggalkannya
sebelum ia datang, amak ia telah keluar dari agama Allah ta’ala, dan dari agama
al-Immaiyah, serta menentang Allah, Rasul-Nya dan para Imam (lih. Al-I’tiqadiyah, pasal at-Taqiyyah, Iran, 1374 H).
Akibat Taqiyyah
Dengan taqiyyan, penganut syiah
akan berpenampilan, berpendapat dan bertingkah laku di hadapan selain penganut
Syiah Imamiyah dengan penampilan, berpendapat dan bertingkah laku seperti penampilan,
berpendapat dan bertingkah laku penganut agama selain Syiah Imamiyah. Di kala
mereka hidup di tengah-tengah orang Ahlussunnah wal Jamaah, di tengah-tengah
orang NU, di tengah warga Muhammadiyah, mereka akan menampakkan diri mereka
sendiri seperti Ahlussunah wal Jamaah, seperti warga Nahdhiyin, dan bisa juga
seperti warga Muhammadiyah. Hanya saja di hati mereka, kepercayaannya, tetap
Syiah Immamiyah. Ada yang ada dalam dada mereka adalah agama mereka yaitu Syiah
Immamiyah.
Dengan demikian orang-orang kita,
Ahlussunnah wal Jamaah, Muhammadiyah maupun Nahdhatul Ulama, yang masih
lugu-lugu, akan tertipu dengan penampilan mereka, penganut Syiah Immamiyah,
yang mengesankan ingin mengadakan pendekatan, persatuan, dan solidaritas dengan
Ahlussunnah. Dengan taqiyyah mereka berpura-pura.
Walaupun para pelaku taqiyyah
dari Syiah Immamiyah berhasil meyakinkan kita bahwa mereka telah maju beberapa
langkah mendekat dengan kita, maka sesungguhnya masyarakat Syiah Immamiyah
selurunya, pemuka dan orang awam Syiah seluruhnya akan tetap terpisah dengan
pelaku taqiyah, yaitu pelaku sandiwara, yang berpura-pura menyatukan Syiah dan
Ahlussunnah.
Pendeknya kita akan selalu
tertipu dengan taqiyyahnya yang mengajarkan untuk selalu berpura-pura dengan
tindakan yang bertentangan hati nurani dan aqidah mereka. Dan itu dibenarkan
oleh Syiah Immamiyah. Masihkah kita ingin bersatu dan menerima Syiah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar