Jumat, 02 November 2012

BERPURA-PURA : PRINSIP-PRINSIP DASAR AJARAN SYIAH IMAMIYAH

TAQIYYAH : PRINSIP-PRINSIP DASAR AJARAN SYIAH IMAMIYAH 
(Bag. Ke-1)
Oleh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd

Seiring dengan berjalannya waktu, di Indonesia kini dan juga negara-negara Islam yang lain, ada usaha pendekatan antara Ahlus-sunnah wal jamaah dengan Syiah Imamiyah. Tentu saja usaha ini banyak mendapatkan dana yang besar dari pihak Iran, negara pusat Syiah Imamiyah. Rupanya usaha ini bak gayung bersambut. Tokoh-tokoh yang mengaku Ahlussunah wal-Jamaah mulai menerima Syiah Imamiyah sebagai bagian Islam. Padahal ulama-ulama mereka misalkan ulama-ulama Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) sebagian besar menyatakan bahwa Syiah Imamiyah bukanlah Islam akan tetapi ia adalah agama tersendiri. Pengikut Syiah adalah sesat dan kafir. Pada tulisan ini, penulis hanya menyampaiakn pokok-pokok atau prinsip-prinsip Syiah Imamiyah yang wajib kita pahami dan mengerti sehingga kita mengetahui bahwa ajakan Syiah Imamiyah untuk bersatu dengan Ahlussunah wal Jamaah tak mungkin terwujud. Pada tulisan ini penulis menyampaikan prinsip pertama yaitu taqiyyah.

Pengertian Taqiyyah
Taqiyyah, secara istilah berarti suatu keyakinan dalam agama (Syiah Imamiyah) yang membolehkan bahkan mengharuskan penganutnya untuk berpenampilan, berpendapat dan bertingkah laku di hadapan selain penganut Syiah Imamiyah dengan penampilan, berpendapat dan bertingkah laku seperti penampilan, berpendapat dan bertingkah laku penganut agama selain Syiah Imamiyah.
Pendeknya taqiyyah adalah seseorang menampakkan sikap yang tidak sesuai dengan isi batinnya.

Asal-Usul Taqiyyah
Menurut pengakuan penganut agama Syiah Imamiyah, konon taqiyyah berasal dari perkataan ‘Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu. Ia berkata, “Taqiyah termasuk amalan seseorang mukmin yang paling utama, dengannya ia menjaga diri dan saudaranya dari tindakan orang-orang jahat (lih. Tafsir al-Askari, hal. 162, Pustaka Ja’fari, India. Ini adalah kitab tafsir dari Syiah Imamiyah sendiri).

Hukum Taqiyah
Menurut Syiah Immamiyah melakukan taqiyah adalah wajib, bahkan orang yang meninggalkannya menjadi kafir dan dinyatakan telah keluar dari agama. Konon Muhammad al-Baqir, Imam Kelima Syiah Imamiyah, meriwayatkan suatu hadist yang berbunyi, “Taqiyah adalah kebiasaanku dan kebiasaan bapak-bapakku, dan tidak beriman orang yang tidak bertaqiyah (lih. Al-Ushul Minal Kafi, Bab at-Taqiyyah jilid 2 hal. 219).
Seorang ahli hadist dari golongan Syiah, Muhammad bin ‘Ali bin al-Hasan bin Babuwaih al-Kummi menyatakan, “Bertaqiyah wajib hukumnya, barangsiapa meninggalkannya, ia bagaikan meninggalkan shalat.” Ia juga berkata, “Bertaqiyah wajib hukumnya, dan tidak boleh dihapus hingga datang sang penegak keadilan (Imam Mahdi – penulis), dan barangsiapa meninggalkannya sebelum ia datang, amak ia telah keluar dari agama Allah ta’ala, dan dari agama al-Immaiyah, serta menentang Allah, Rasul-Nya dan para Imam (lih. Al-I’tiqadiyah, pasal at-Taqiyyah, Iran, 1374 H).

Akibat Taqiyyah
Dengan taqiyyan, penganut syiah akan berpenampilan, berpendapat dan bertingkah laku di hadapan selain penganut Syiah Imamiyah dengan penampilan, berpendapat dan bertingkah laku seperti penampilan, berpendapat dan bertingkah laku penganut agama selain Syiah Imamiyah. Di kala mereka hidup di tengah-tengah orang Ahlussunnah wal Jamaah, di tengah-tengah orang NU, di tengah warga Muhammadiyah, mereka akan menampakkan diri mereka sendiri seperti Ahlussunah wal Jamaah, seperti warga Nahdhiyin, dan bisa juga seperti warga Muhammadiyah. Hanya saja di hati mereka, kepercayaannya, tetap Syiah Immamiyah. Ada yang ada dalam dada mereka adalah agama mereka yaitu Syiah Immamiyah.
Dengan demikian orang-orang kita, Ahlussunnah wal Jamaah, Muhammadiyah maupun Nahdhatul Ulama, yang masih lugu-lugu, akan tertipu dengan penampilan mereka, penganut Syiah Immamiyah, yang mengesankan ingin mengadakan pendekatan, persatuan, dan solidaritas dengan Ahlussunnah. Dengan taqiyyah mereka berpura-pura.
Walaupun para pelaku taqiyyah dari Syiah Immamiyah berhasil meyakinkan kita bahwa mereka telah maju beberapa langkah mendekat dengan kita, maka sesungguhnya masyarakat Syiah Immamiyah selurunya, pemuka dan orang awam Syiah seluruhnya akan tetap terpisah dengan pelaku taqiyah, yaitu pelaku sandiwara, yang berpura-pura menyatukan Syiah dan Ahlussunnah.
Pendeknya kita akan selalu tertipu dengan taqiyyahnya yang mengajarkan untuk selalu berpura-pura dengan tindakan yang bertentangan hati nurani dan aqidah mereka. Dan itu dibenarkan oleh Syiah Immamiyah. Masihkah kita ingin bersatu dan menerima Syiah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar