PRINSIP-PRINSIP DASAR AJARAN SYIAH IMAMIYAH (Bag.
Ke-2)
AL-QURAN TIDAK ASLI LAGI
Oleh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd
Al-Quranul
Karim, yang mushhafnya beredar luas di dunia ini, yang semestinya menjadi
rujukan dan penyatu antara Syiah Immamiyah dan kita, Ahlussunah wal Jamaah,
untuk melakukan pendekatan di atara keduanya, diyakini oleh Syiah Immamiyah
tidak asli dan otentik lagi. Mereka meyakini bahwa mushhaf Utsmani adalah
al-Quran palsu.
Seorang
ulama terkemuka mereka (Syiah Immamiyah), Haji Mirza Husain bin Muhammad Taqi
an-Nuri ath-Thabarsy (meninggal 1320 H), menulis buku Fashl al-Khithab fi
Itsbati Tahrifi Kitab Rabbil Arbaab (Keterangan Tuntas Seputar Pembuktian
Terjadinya Penyelewengan Kitab Tuhan Para Raja), yang diterbitkan di Iran pada
tahun 1289.
Dalam
bukunya ini mengumpulkan beratus-ratus nukilan dari ulama-ulama Syiah dan para
Mujtahid Syiah di sepenjang masa yang menegaskan bahwa al-Quran al-Karim telah
ditambah dan dikurangi. Buku ini membuka kotroversi karena keyakinan yang
beratus tahun mereka simpan bahwa al-Quran tidak asli lagi yang selama ini
tertutup rapi, kini diketahui semua orang.
Buku
ini pun oleh sebagian ulama Syiah disanggah dan dikritik, akan tetapi Haji
Mirza Husain bin Muhammad Taqi an-Nuri ath-Thabarsy menulis pembelaan dengan
judul Raddu Ba’dhisy Syubhat ‘an Fashl al-Khithab fi Itsbati Tahrifi Kitab
Rabbil Arbaab (Bantahan terhadap Sebagian Kritikan Kepada Kitab Keterangan
Tuntas Seputar Pembuktian Terjadinya Penyelewengan Kitab Tuhan Para Raja).
Dan
ternyata kaum Syiah Immamiyah telah memberikan penghargaan kepadanya atas
jasanya membutikan bahwa al-Quran telah mengalami penyelewengan, yaitu dengan
menguburkan di tempat istimewa, di kompleks pemakaman keturunan ‘Ali di kota
Najf.
Dalam bukunya tersebut, ia
menunjukkan bahwa ada satu surat al-Quran yang sudah hilang, yaitu Surat
al-Wilayah. Dalam surat ini, kewalian ‘Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu
disebutkan dengan gamblang.
يأيها
الذي أمنوا أمنوا بالمبي و الولي الذين بعثنا هما يهديانكم إلى الصراط المستقيم
....
Wahai
orang-orang yang beriman, berimanlah kalian kepada Nabi dan Wali yang telah
Kami utus untuk menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. ...
Kelanjutan
terjemahan surat ini adalah:
Sesungguhna
orang-orang yang memenuhi janji Allah, mereka akan mendapatkan surga yang penuh
dengan kenikmatan. Sedangkan orang-orang yang bila dibacakan ayat-ayat Kami,
sesungguhnya mereka akan mendapatkan kedudukan yang besar dalam neraka Jahanam.
Bila diseru kepada mereka, “Manakah orang-orang yang berbuat lalil lagi
mendustakan para Rasul: apa yang menjadikan mereka menyelisihi para Rasul?
Melaikan dengan kebenaran, dan tidaklah Allah akan menampakkan mereka hingga
waktu yang dekat. Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sedangkan ‘Ali
termasuk para saksi.”
Demikianlah
surat orang-oang Syiah yang menurut ahli bahasa Arab, gaya bahasanya buruk,
lucu, tidak fasih, dan banyak kesalahan fatal dalam ilmu nahwu – membuktikan bahwa
surat ini adalah surat non Arab, hasil rekayasa orang-orang non Arab Persia.
Ini mempermalukan mereka sendiri.
Ustadz
Muhammad ‘Ali Su’udi – kepala tim ahli di Departemen Kedailan di Mesir, salah seorang
murid Muhammad ‘Abduh – berhasil menemukan “Mushhaf Iran” dalam bentuk
manuskrip yang dimiliki seorang orientalis Brin, lalu mengambil gambarnya
dengan kamera. Di atas teks bahasa Arab terdapat terjemahan dengan bahasa Iran
(Persia) sama seperti yang dimuat oleh ath-Thabarsy dalam Fashl al-Khithab
fi Itsbati Tahrifi Kitab Rabbil Arbaab.
Surat
al-Wilayah juga ditemukan dalam Dabistan Mazahib karya Muhsin Fani
al-Kasymiri. Surat ini juga dinukil oleh Noldekh, seorang orientalis, dalam
bukunya Tarikh al-Mashahif jilid 2 dan dimuat oleh Harian Asia Perancis
pada tahun 1842 M, pada halaman 431-439.
Bahwa
al-Quran sudah mengalami perubahan atau
pengurangan terdapat dalam al-Kafi, suatu kitab yang penganut
Syiah yakini sama kedudukannya dengan Shahih Bukhari menurut kaum Muslimin. Al-Kafi
menyebutkan, “Beberapa ulama kita meriwayatkan dari Sahl bin Ziyad, dari Muhammad
bin Sulaiman, dari sebagian sahabatnya, dari Abu Hasan ‘alaihis-salam (Abu
Hasan kedua yaitu ‘Ali bin Musa ar-Ridla, wafat 206 H – penulis), ia berkata, “Dan
aku berkata kepadanya, “Semoga aku menjadi penebusmu, kita mendengar ayat-ayat
al-Quran yang tidak ada pada al-Quran kita sebagaimana yang kita dengar, dan
kita tidak dapat membacanya sebagaimana yang kami dengar dari anda maka apakah
kami berdosa? Maka beliau menjawab, “Tidak, bacalah sebagaimana yang pernah
kalian pelajari, karena suatu saat nanti akan datang orang yang mengajari
kalian.”
Dalam
al-Kafi halaman 57, edisi tahun 1278 H, Iran disebutkan, “Dari Abi Basyir, ia
mengatakan, “Aku pernah masuk menemui Abu ‘Abdillag (Ja’far ash-Shadiq –
penulis) ... hingga Abu ‘Abdillah berkata, “Dan sesungguhnya kami memiliki
Mushaf Fathimah ‘alaihassalam .... ia mengatakan, “Akupun bertanya, “Apa itu
Mushhaf Fathimah?” Ia menjawab, “Mushhaf seperti al-Quran kalian itu tiga kali
lipat (tebalnya), dan sungguh demi Allah tidaklah ada padanya satu hurufpun
dari al-Quran kalian.”
Di
antara ayat yang menurut kaum Syiah telah dihapus dari al-Quran adalah ayat:
وجعلنا
عليا صهرك
Dan
kami jadikan ‘Ali sebagai menantumu.
Syiah
Immamiyah beranggapan bahwa ayat ini dihapus dari surat alam nasyrah.
(Disarikan
dari Mungkinkah Syi’ah dan Sunnah Bersatu? (Judul Asli: al-Khuthuth al’Aridhah
lil ‘Usus allati Qama ‘Aliha Din asy-Syi’ah al-Imamiyah al-Itsna ‘Asyariyah),
Karya Syaikh Muhibuddin al-Khatib, Pustaka
Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar