Minggu, 16 Oktober 2011

Memperbanyak Beramal Shalih pada 1 - 9 Dzul Hijjah (27 Oktober - 4 November 2011)

 IBADAH KAMIS 27 OKTOBER 2011


1.       Berdoa saat melihal hilal baru
Bila kita melihat hilal bulan baru hendaknya kita berdzikir atau berdoa dengan
اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ

Sebagaimana yang disebutkan dalam:
سنن الترمذي - (ج 11 / ص 347)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ سُفْيَانَ الْمَدِينِيُّ حَدَّثَنِي بِلَالُ بْنِ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلَالَ قَالَ اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ
Sunnad at-Tirmidzi – (11/347): menceritakankan kepada kami Muhammad bin Basysyar, menceritakan kepada kami Abu ‘Amir al-‘Aqadi, menceritakan kepada kami Sulaiman bin Sufyan al-Madini, menceritakan kepadaku Bilal bin Yahya bin Thalhah bin ‘Ubaidillah dari ayahnya dari kakeknya Thalhah bin ‘Ubaidillah: bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam dulu bila melihat hilal, beliau berkata:(اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ) Ya Allah, terbitkanlah hilal itu kepada kami, dengan keberkahan, keimanan, keselamatan, dan keislaman. (Jadikanlah dia) hilal kebaikan dan petunjuk. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.
Abu ‘Isa berkata: hadist ini hasan gharib

2.       Berniat melaksanakan ibadah qurban
Barang siapa yang sudah niat berkurban maka dia dilarang mencukur rambut yaitu rambut kepala, kumis, jenggot, ketiak, kemaluan, juga rambut di dada dan kaki, demikian juga memotong kuku jari tangan maupun kaki.
صحيح مسلم - (ج 10 / ص 172)
و حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو اللَّيْثِيُّ عَنْ عُمَرَ بْنِ مُسْلِمِ بْنِ عَمَّارِ بْنِ أُكَيْمَةَ اللَّيْثِيِّ قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ يَقُولُ سَمِعْتُ أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ لَهُ ذِبْحٌ يَذْبَحُهُ فَإِذَا أُهِلَّ هِلَالُ ذِي الْحِجَّةِ فَلَا يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّيَ
Shahih Muslim (10/172): Dan ‘Ubaidullah bin Mu’adz al-‘Anbariy menceritakan kepadaku, Muhammad ‘Amr dan al-Laist menceritakan kepada kami dari ‘Umar bin Muslim bin ‘Ammar bin Ukaimah al-Laits, ia berkata: “Aku mendengar Sa’id bin al-Musayyib, ia berkata: “Aku mendengar Ummu Salamah, istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Barangsiapa memiliki binatang sembelihan (kurban) dan akan menyembelihnya (berkorban) maka bila terbit (terlihat hilal) hilal Dzulhijjah, maka janganlah memotong rambutnya dan jangan (memotong kuku) segala sesuatu sampai ia selesai berkorban.”

Faidah Hadist
a.         Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud no: 2791, at-Tirmidzi no: 1523, an-Nasa’i no: 4361
b.        Semestinya niat korban dilakukan jauh-jauh hari sebelum Idul Adha
c.         Barang siapa yang telah memiliki binatang korban (atau sudah yakin bahwa ia akan korban) hendaklah tidak memotong rambut dan kuku
d.        Dan diperbolehkan potong rambut dan kuku setelah menyembelih binatang korbannya pada saai Idul Adha.

3.       Mempersiapkan Hewan Korban
Mempersiapkan hewan korban sebenarnya dapat dilakukan kapan saja, hanya dalam sajian ini dimasukkan pada hari-hari menjelang memasuki Dzul Hijjah, demikian juga mengenai hukum berkorban.
a.    Pengertian Korban
Korban adalah binatang ternak yang disembelih pada hari Idull Adha untuk menyemarakkan hari raya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah subhnahu wa ta'ala. (Lihat Syaikh al-Ustaimin Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam (Talkhis Kitab Ahkam al-Adlhiyah al-Dzakah), Media Hidayah, Yogyakarta, 2003.hal. 13)

b.    Dasar Perintah Berqurban
Berqurban merupakan salah satu bentuk syiar Islam yang disyariatkan berdasar al-Quran dan Sunnah Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ [الكوثر/2]
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah (al-Kautsar: 2)
Kata nahar pada ayat di atas berarti cara penyembilahan unta dengan cara menusukkan senjata tajam pada pangkal leher pada unta yang berdiri.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ [الحج/34]
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (al-Hajj: 34)
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ [الأنعام/162]  
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (al-An'am: 162)
Kata nusuk pada ayat di atas berarti menyembelih binatang (selain unta). Binatang dibaringkan di atas lambung sebelah kiri. (Lihat Syaikh al-Ustaimin Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam (Talkhis Kitab Ahkam al-Adlhiyah al-Dzakah), Media Hidayah, Yogyakarta, 2003.hal. 14)
السنن الكبرى للبيهقي - (ج 9 / ص 260)
(أخبرنا) أبو عبد الله الحافظ أنبأ الحسن بن يعقوب العدل ثنا يحيى بن أبى طالب ثنا زيد بن الحباب عن عبد الله بن عياش المصرى عن عبد الرحمن الاعرج عن أبى هريرة رضى الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من وجد سعة لان يضحى فلم يضح فلا يحضر مصلانا

As-Sunnan al-Kubra lil-Baihaqi (9/260): ... dari Abi Hurairah radliallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang memiliki kemampuan untuk berkorban, namun tidak berkorban, maka janganlah mendatangi tempat shalat lapangan) kami.

c.     Hukum Berkorban
Ulama-ulama madzab Hanafiyah mengatakan bahwa hukum menyembelih qurban adalah wajib bagi orang yang mukim tidak bepergian, sedangkan ulama yang lain menyatakan sunnah muakkadah, dan makruh meninggalkanyya. (Lih. Agung Danarto, Drs. M.Ag., Ibadah Qurban Menurut Rasulullah, Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, 2003 hal. 5)

4.       Memilih hewan korban

a.    Macam Hewan Korban
Hewan Ternak yang diperbolehkan digunakan untuk sebagai hewan korban adalah sapi, unta, dan domba/biri-biri/kambing.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ [الحج/34]

Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (al-Hajj: 34)

Bahimah al-an’am diartikan binatang ternak (Lihat Syaikh al-Ustaimin Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam (Talkhis Kitab Ahkam al-Adlhiyah al-Dzakah), Media Hidayah, Yogyakarta, 2003.hal. 26) yang terdiri dari onta, sapi, domba/biri-biri/kambing (Lihat Hadist Shahih. HR Muslim no. 3631, an-Nasai no. 4302, Abu Dawud no. 2415, Ibn Majah no. 3135, Ahmad no. 1777).

Lalu bagaimana dengan Kerbau?
Para ulama berselisih pendapat apakah kerbau boleh untuk berkorban. Karena di Arab kerbau belum dikenal dan tidak dibudidayakan pada jaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, maka yang pasti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tidak pernah berkorban kerbau. Wallahu a’lam.

b.    Umur Hewan Korban
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam bersabda:
صحيح مسلم - (ج 10 / ص 142)
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَذْبَحُوا إِلَّا مُسِنَّةً إِلَّا أَنْ يَعْسُرَ عَلَيْكُمْ فَتَذْبَحُوا جَذَعَةً مِنْ الضَّأْنِ
Shahih Muslim (10/142) ... dari Jabir, ia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Janganlah kalian menyembelih korban kecuali berupa musinnah. Namun apabila kalian kesulitan mendapatkannya maka sembelihlah domba yang jadza'ah.

Definisi:
Musinnah adalah hewan yang telah mengalami tsaniyah (lepasnya dua gigi geraham atau sering disebut poel dalam bahasa Jawa) yaitu:

Unta minimal              : usia 5 tahun
Sapi minimal              : usia 2 tahun
Kambing minimal      : usia 1 tahun

Tetapi apabila kesulitan untuk mendapatkan yang musinnah kita boleh berkorban dengan binatang yang umurnya kurang dari itu yaitu minimal setengah tahun untuk kambing (disebut jadza'ah) (Lihat Syaikh al-Ustaimin Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam (Talkhis Kitab Ahkam al-Adlhiyah al-Dzakah), Media Hidayah, Yogyakarta, 2003.hal. 26-27)

c.    Kriteria Hewan Korban yang Baik
1)      Binatang dipilih yang baik
Hendaknya kita memilih hewan yang kita anggap terbaik semampu kita. Karena Allah berfirman:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ [آل عمران/92]
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai dan apa saja yang kamu nafkahkan. Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya (Ali Imran: 92)

2)      Binatang yang besar, gemuk, dan bertanduk
Rasulullah memberi contoh dalam memilih hewan korban yaitu yang bertanduk, karena dengan tanduknya itu kita mengetahui perkiraan umurnya, juga badan yang besar dan gemuk.
عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ, أَقْرَنَيْنِ, وَيُسَمِّي, وَيُكَبِّرُ, وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا. وَفِي لَفْظٍ: ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْه وَفِي لَفْظِ: ( سَمِينَيْنِ ) وَلِأَبِي عَوَانَةَ فِي صَحِيحِهِ : ( ثَمِينَيْنِ ) بِالْمُثَلَّثَةِ بَدَلَ اَلسِّين ِ وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ, وَيَقُولُ: ( بِسْمِ اَللَّهِ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ )
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam biasanya berkurban dua ekor kambing kibas bertanduk. Beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, dan beliau meletakkan kaki beliau di atas dahi binatang itu. Dalam suatu lafadz: Beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri. Dalam suatu lafadz: Dua ekor kambing gemuk. Menurut riwayat Abu Awanah dalam kitab Shahihnya: Dua ekor kambing mahal -dengan menggunakan huruf tsa' bukan sin- Dalam suatu lafadz riwayat Muslim: Beliau membaca bismillahi wallaahu akbar (lihat Ibn Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram hadist no. 1374)

3)  Yang Tidak diperkenankan untuk dijadikan hewan korban
Ada empat macam cacat pada binatang yang menyebabkan tidak memenuhi syarat untuk berkorban, yaitu hewan yang buta, sakit, pincang, dan kurus tidak berdaging.
سنن أبي داود - (ج 7 / ص 467)
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ النَّمَرِيُّ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ فَيْرُوزَ قَالَ: سَأَلْتُ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ مَا لَا يَجُوزُ فِي الْأَضَاحِيِّ فَقَالَ قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصَابِعِي أَقْصَرُ مِنْ أَصَابِعِهِ وَأَنَامِلِي أَقْصَرُ مِنْ أَنَامِلِهِ فَقَالَ أَرْبَعٌ لَا تَجُوزُ فِي الْأَضَاحِيِّ فَقَالَ الْعَوْرَاءُ بَيِّنٌ عَوَرُهَا وَالْمَرِيضَةُ بَيِّنٌ مَرَضُهَا وَالْعَرْجَاءُ بَيِّنٌ ظَلْعُهَا وَالْكَسِيرُ الَّتِي لَا تَنْقَى
Sunan Abi Dawud (7/467): ... dari Abdirrahman, dari ‘Ubaid bin Fairuz, ia berkata: “Aku tanyakan kepada al-Barra' bin ‘Azib: “Apa saja (oleh Rasulullah) dalam penyembelihan hewan korban. Al-Barra' berkata, "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam berdiri ... kemudian beliau bersabda: Empat hal yang tidak boleh, hewan yang buta sebelah matanya, yang jelas kebutaannya, hewan akit yang nyata sakitnya, hewan pincang yang nyata kepincangannya, hewan kurus yang tidak berdaging (lihat juga HR Nasai no. 4293, HR Tirmidzi no. 1417, HR Ibn Majah no. 3135)

4)  Hewan yang tidak disukai untuk dijadikan hewan korban
Hewan yang tidak untik dijadikan hewan korban adalah:
1.    hewan yang telinganya robek atau terpotong atau berlubang
2.    hewan yang terpotong tanduknya
3.    hewan yang sama sekali belum memiliki tanduk
4.    hewan yang berkurang kemampuan memandangnya walaupun kondisi matanya dalam keadaan utuh
5.    hewan yang loyo sehingga tidak bisa berjalan dengan kelompoknya kecuali ada orang yang menggiring sepaya bisa menyusul teman-temannya
6.     hewan yang cacat (misalnya hewan yang penisnya terpotong tetapi bukan karena sengaja dikebiri) (Lihat Syaikh al-Ustaimin Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam (Talkhis Kitab Ahkam al-Adlhiyah al-Dzakah), Media Hidayah, Yogyakarta, 2003.hal. 37-40)

d.   Berserikat dalam berkorban
1.   Berserikat untuk seekor kambing dilarang
Berserikat untuk berkorban satu ekor kambing, domba, biri-biri dilarang, karena satu ekor kambing hanya untuk seorang. Namun demikian pahala berkorbannya mencukupi untuk dirinya dan keluarganya.
سنن الترمذي - (ج 5 / ص 465)
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ حَدَّثَنِي عُمَارَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَال سَمِعْتُ عَطَاءَ بْنَ يَسَارٍ يَقُولُ: سَأَلْتُ أَبَا أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيَّ: كَيْفَ كَانَتْ الضَّحَايَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كَانَ الرَّجُلُ يُضَحِّي بِالشَّاةِ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ فَيَأْكُلُونَ وَيُطْعِمُونَ ...
Sunan at-Tirmidzi (5/465):
... ‘Umarah bin Abdillah berkata: “Aku mendengar “Atha bin Yasar berkata, "Aku bertanya kepada Abu Ayyub al-Anshary, "Bagaimana pelaksanaan penyembelihan (korban) pada zaman Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam?" Ia menjawab, "Seorang menyembelih seekor kambing untuk dirinya sendiri dan keluarganya, mereka memakannya dan memberikan kepada yang lainnya...."

2.   Berserikat untuk seekor sapi dan unta diperbolehkan
Diperbolehkan maksimal tujuh orang berserikat untuk berkorban seekor sapi, dan boleh juga berserikat maksimal sepuluh sepuluh orang untuk berkorban seekor unta.
صحيح مسلم - (ج 6 / ص 478)
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: كُنَّا نَتَمَتَّعُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْعُمْرَةِ فَنَذْبَحُ الْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ نَشْتَرِكُ فِيهَا
Shahih Muslim (6/478):
... dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: “Dahulu aku melakukan haji tamatu’ bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dengan umrah kemudian berkorban dengan seekor sapi, (kami) bertujuh berserikat didalamnya.
صحيح مسلم - (ج 6 / ص 473)
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا مَالِكٌ ح و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ
Shahih Muslim (6/478): ... dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: "Pada tahun perjanjian Hudaibiyyah, kami menyembelih hewan korban bersama Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam. Seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh orang.

3.   Dibolehkan sepuluh orang berserikat dengan seekor unta
Sepuluh orang boleh berserikat untuk berkorban seekor unta dengan dalil hadist hasan berikut.
سنن الترمذي - (ج 3 / ص 463)
حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى عَنْ حُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ عَنْ عِلْبَاءَ بْنِ أَحْمَرَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَحَضَرَ الْأَضْحَى فَاشْتَرَكْنَا فِي الْبَقَرَةِ سَبْعَةً وَفِي الْجَزُورِ عَشَرَةً
Sunnan at-Tirmidzi (3/463):
... Dari Ibn Abas, ia berkata, “Kami bersama-sama dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam dalam suatu safar dan kami menjumpai (Idul) Adha, maka kami berserikat seekor sapi oleh tujuh orang, dan seekor unta oleh sepuluh orang."

JUMAT, 28 OKTOBER – 5 JUNI 2011
Jumat, 28 Oktober adalah hari pertama bulan Dzul Hijjah dan 5 Juni 2011 adalah tanggal 9 Dzul Hijjah. Pada sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah ada beberapa amalah yang baik untuk kita amalkan
1.      Memperbanyak amal shalih
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam memerintahkan kita untuk memperbanyak amal shalih pada 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah. Dan amal shalih begitu banyak macamnya karena amal shalih itu segala sesuatu yang dicintai Allah subhanahu wa ta’ala. Hal ini berdasarkan hadist:
صحيح البخاري - (ج 4 / ص 34)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَرْعَرَةَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِينِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ قَالُوا وَلَا الْجِهَادُ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ
Shahih al-Bukhari (4/34):
... dari Ibn ‘Abbas dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, bahwa beliau berkata: “Tiada amal (yang dilakukan) pada hari yang (lain) lebih utama daripada amalan pada (bulan ini – 10 hari pertama bulan Dzul-Hijjah).” Para (shahabat) bertanya: ‘Tidak juga jihad? Rasulullah menjawab; “Tidak pula jihad, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian ia pulang tanpa apapun.”

2.      Memperbanyak puasa
سنن أبي داود - (ج 6 / ص 418)
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ الْحُرِّ بْنِ الصَّبَّاحِ عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ امْرَأَتِهِ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ
Sunan Abi Dawud (6/418)
... dari salah seprang Istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, ia berkata: “Dulu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam berpuasa sembilan (hari pertama) Dzul Hijjah dan hari ‘Asyura, dan tiga hari setiap bulan, hari Senin pertama dan hari Kamis.

jumat, 4 November 2011 – Dilarang Puasa dengan Alasan Puasa Tarwiyah
Tanggal 4 November 2011 bertepatan dengan tanggal 8 Dzul Hijjah 1432 H. Pada hari ini dikenal dengan hari tarwiyah. Dan banyak orang melakukan puasa karena pada hari itu disunnahkan puasa. Tetapi hadist yang jadi pijakan adalah hadist dha’ih (lemah) – maudlu (palsu)
Hadist yang dimaksud adalah:
صَومُ يومِ الْتَرْويةِ كفارةُ سنَةٍ و صوم يوم العرفة كفارة سنتين
Berpuasa pada hari tarwiyah menghapus dosa satu tahun. Dan berpuasa Arofah menghapus dosa dua tahun (HR Dailami dalam Musnad Firdaus 2/248 melalui jalur Abu Syaikh – Ali bin Ali al-Himyari – al-Kalbi – Abu Salih – Ibn Abbas).
Syaikh al-Albani mengatakan: “Hadist ini palsu, …

Sabtu, 5 November 2011
5 november 2011 bertepatan dengan tanggal 9 Dzul Hijjah 1432 H. Pada hari itu kaum muslimin yang sedang berhaji sedang di Padang Arafah. Ada beberapa amalan yang harus kita laksanakan
1.      Mengumandangkan takbir
a.       Waktu – setelah shalat shubuh tanggal 9 hingga setelah Asyar tanggal 13 Dzul Hijjah
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 74)
حدثنا أبو الأحوص عن أبي إسحاق عن الاسود عن عبد الله أنه كان يكبر من صلاة القجر يوم عرفة إلى صلاة العصر من يوم النحر مثل حديث وكيع.
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/74):
... dari Abi Ishaq dari al-Aswad dari ‘Abdillah, bahwa dia bertakbir dari shalat Fajar hari Arafah hingga shalat Asyar pada penyembelihan (hari Tasyrik)

مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 72)
حدثنا أبو بكر قال حدثنا حسين بن علي عن زائد عن عاصم عن شقيق وعن علي بن عبد الاعلى عن أبي عبد الرحمن عن علي أنه كان يكبر بعد صلاة الفجر يوم عرفة إلى صلاة العصر من اخر أيام التشريق ويكبر بعد العصر.
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/72):
... dari Abi ‘Abdirrahman dari Ali (bin Abi Thalib) bahwa dia dulu bertakbir setelah shalat Fajar pada hari ‘Arafah hingga shalat Asyar pada akhir hari Tasyrik dan (masih) bertakbir hingga setelah Asyar.
Hadist ini menegaskan bahwa ‘Abdullah (bin ‘Umar) radliallahu ‘anhuma dan juga Ali bin Abi Thalib radlialahu ‘anhu bertakbir sejak shalat shubuh tanggal 9 Dzul Hijjah hingga Asyar hari terakhir hari penyembelihan. Demikian para shahabat yang lain.

b.      Lafal takbir
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 73)كيف يكبر يوم عرفة ؟ حدثنا أبو بكر قال حدثنا جرير عن منصور عن إبراهيم قال كانوا يكبرون يوم عرفة وأحدهم مستقبل القبلة في دبر الصلاة. الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/73): Bagaimana bertakbir pada hari Arafah? ... dari Ibrahim, ia berkata: Dahulu mereka bertakbir pada hari Arafah, ... sebelum dan sesudah shalat (Idul Adha): “Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illallahu wallahu akbar wa lillahil-hamd
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 72)
حدثنا أبو الأحوص عن أبي إسحاق عن الاسود قال كان عبد الله يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى صلاه العصر من النحر يقول الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد.
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/72) ... dari al-Aswad, ia berkata: Dahulu Abdullah (bin Mas’ud – pen) bertakbir dari shalat Fajar (Shubuh) pada hari Arafah sampai shalat Ashar pada hari Korban dengan mengucapkan: “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar la ilaha illallahu wallahu akbar wa lillahil-hamd
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 74)
حدثنا يحيى بن سعيد عن أبي بكار عن عكرمة عن ابن عباس أنه كان يقول : الله أكبر كبيرا الله أكبر كبيرا الله أكبر وأجل الله أكبر ولله الحمد.
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/74)
... dari ‘Ikrimah dari Ibn ‘Abbas bahwa ia mengucapkan “Allahu akbar kabira, Allahu akbar kabira, Allahu akbar wa ajal Allahu wa lillahil-hamd

السنن الكبرى للبيهقي - (ج 3 / ص 316)
(واخبرنا) أبو الحسين بن بشران انبأ اسمعيل بن الصفار ثنا احمد بن منصور ثنا عبد الرزاق انبأ معمر عن عاصم بن سليمان عن ابي عثمان النهدي قال كان سلمان رضي الله عنه يعلمنا التكبير يقول كبروا الله اكبر الله اكبر كبيرا,
As-Sunnan al-Kubra lil-Baihaqi (3/316): ... dari Abi ‘Ustman an-Nahdi, ia berkata: Dahulu Salman radliallahu ‘anhu mengajari kami takbir (dengan) mengucapkan “Allahu akbar, Allahu akbar kabira”.
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 73)
حدثنا يحيى بن سعيد القطان عن بكار عن مكحول عن ابن عباس أنه كان يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى اخر أيام التشريق لا يكبر في المغرب (يقول) الله أكبر كبيرا الله أكبر كبيرا اللع أكبر وأجل الله أكبر ولله الحمد.
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/m73): ... dari ibn ‘Abbas, bahwa dahulu ia bertakbir dari shalat fajar hari Arafah hingga akhir hari tasyrik, ia tidak bertakbir saat maghrib (dengan): الله أكبر كبيرا الله أكبر كبيرا اللع أكبر وأجل الله أكبر ولله الحمد.

2.      Melaksanakan puasa Arafah
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهُ أَن يُكَفِّرَ السَّنَةِ الَّتِي قَبْلَهَا وَ السَّنَةِ الَّتِي بَعدَهَا
Berpuasa pada hari Arafah aku mengharap Allah menghapus dosa-dosa pada tahun lalu dan pada tahun yang akan datang (HR Muslim no. 1162)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar