Senin, 08 Oktober 2012

Kalender Ibadah di Bulan Dzul Hijjah 1433 H

Kalender Ibadah di Bulan Dzul Hijjah 1433 H
oleh Sugiyanta, S.Ag, M.Pd

 
A.       MAKLUMAT PP MUHAMMADIYAH TENTANG PENETAPAN 1 DAN 10 DZUL HIJJAH 1433 H
Hasil Hisab Hakiki Wujudul Hilal
1.        Ijtimak
Ijtimak jelang bulan Zulhijah 1433 H terjadi pada hari Senin Pahing tanggal 15 Oktober 2012 pukul 19:03:56 WIB atau pukul 15:03:56 Waktu Arab Saudi karena selisih  waktu WIB dengan Arab Saudi 4 jam.
2.       Tinggi Hilal setelah Ijtimak
Tinggi hilal saat matahari terbenam di Yogyakarta adalah -020 32’ 36” (berarti hilal masih di bawah ufuk dan hilal belum wujud dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam hilal masih di bawah ufuk.
3.        1 Dzulhijjah 1433 H
Karena hilal belum wujud berarti malam itu belum masuk ke bulan berikutnya yaitu Dzulhijjah 1433 H. Jadi 1 Dzulhijjah 1432 H jatuh pada hari Rabu Wage, 17 Oktober 2011.
4.        Hari Arafah 1433 H
Hari Arafah (9 Dzulhijjah 1432 H) jatuh pada Kamis, 25 Oktober 2012
5.        Idul Adha 1432 H
Idul Adha (10 Dzulhijjah 1432 H) jatuh pada hari Jumat, 26 Oktober 2012

B.      IBADAH SELASA 30 DZUL QA’DAH 1433 (KAMIS 16 OKTOBER 2012)
1.        Berdoa saat melihal hilal baru
سنن الترمذي - (ج 11 / ص 347) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ سُفْيَانَ الْمَدِينِيُّ حَدَّثَنِي بِلَالُ بْنِ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلَالَ قَالَ اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ
Sunnan at-Tirmidzi – (11/347): menceritakankan kepada kami Muhammad bin Basysyar, menceritakan kepada kami Abu ‘Amir al-‘Aqadi, menceritakan kepada kami Sulaiman bin Sufyan al-Madini, menceritakan kepadaku Bilal bin Yahya bin Thalhah bin ‘Ubaidillah dari ayahnya dari kakeknya Thalhah bin ‘Ubaidillah: bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam dulu bila melihat hilal, beliau berkata:(اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ) Ya Allah, terbitkanlah hilal itu kepada kami, dengan keberkahan, keimanan, keselamatan, dan keislaman. (Jadikanlah dia) hilal kebaikan dan petunjuk. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.
Abu ‘Isa berkata: hadist ini hasan gharib

1.        Berniat melaksanakan ibadah qurban
صحيح مسلم - (ج 10 / ص 172) و حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو اللَّيْثِيُّ عَنْ عُمَرَ بْنِ مُسْلِمِ بْنِ عَمَّارِ بْنِ أُكَيْمَةَ اللَّيْثِيِّ قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ يَقُولُ سَمِعْتُ أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ لَهُ ذِبْحٌ يَذْبَحُهُ فَإِذَا أُهِلَّ هِلَالُ ذِي الْحِجَّةِ فَلَا يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّيَ
Shahih Muslim (10/172): Dan ‘Ubaidullah bin Mu’adz al-‘Anbariy menceritakan kepadaku, Muhammad ‘Amr dan al-Laist menceritakan kepada kami dari ‘Umar bin Muslim bin ‘Ammar bin Ukaimah al-Laits, ia berkata: “Aku mendengar Sa’id bin al-Musayyib, ia berkata: “Aku mendengar Ummu Salamah, istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Barangsiapa memiliki binatang sembelihan (kurban) dan akan menyembelihnya (berkorban) maka bila terbit (terlihat hilal) hilal Dzulhijjah, maka janganlah memotong rambutnya dan jangan (memotong kuku) segala sesuatu sampai ia selesai berkorban.”

2.        Mempersiapkan Hewan Korban
a.    Pengertian Korban
Korban adalah binatang ternak yang disembelih pada hari Idull Adha untuk menyemarakkan hari raya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah subhnahu wa ta'ala. (Lihat Syaikh al-Ustaimin Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam (Talkhis Kitab Ahkam al-Adlhiyah al-Dzakah), Media Hidayah, Yogyakarta, 2003.hal. 13)
b.    Dasar Perintah Berqurban
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ [الكوثر/2]
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah (al-Kautsar: 2)
Kata nahar pada ayat di atas berarti cara penyembilahan unta dengan cara menusukkan senjata tajam pada pangkal leher pada unta yang berdiri.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ [الحج/34]
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (al-Hajj: 34)
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ [الأنعام/162]  
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (al-An'am: 162)
Kata nusuk pada ayat di atas berarti menyembelih binatang (selain unta). (Lihat Syaikh al-Ustaimin Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam (Talkhis Kitab Ahkam al-Adlhiyah al-Dzakah), Media Hidayah, Yogyakarta, 2003.hal. 14)
السنن الكبرى للبيهقي - (ج 9 / ص 260) (أخبرنا) أبو عبد الله الحافظ أنبأ الحسن بن يعقوب العدل ثنا يحيى بن أبى طالب ثنا زيد بن الحباب عن عبد الله بن عياش المصرى عن عبد الرحمن الاعرج عن أبى هريرة رضى الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من وجد سعة لان يضحى فلم يضح فلا يحضر مصلانا
As-Sunnan al-Kubra lil-Baihaqi (9/260): ... dari Abi Hurairah radliallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang memiliki kemampuan untuk berkorban, namun tidak berkorban, maka janganlah mendatangi tempat shalat lapangan) kami.
c.     Hukum Berkorban
Ulama-ulama madzab Hanafiyah mengatakan bahwa hukum menyembelih qurban adalah wajib bagi orang yang mukim tidak bepergian, sedangkan ulama yang lain menyatakan sunnah muakkadah, dan makruh meninggalkanyya. (Lih. Agung Danarto, Drs. M.Ag., Ibadah Qurban Menurut Rasulullah, Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, 2003 hal. 5)

3.        Memilih hewan korban
a.    Macam Hewan Korban
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ [الحج/34]
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (al-Hajj: 34)
Bahimah al-an’am diartikan binatang ternak (Lihat Syaikh al-Ustaimin Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam (Talkhis Kitab Ahkam al-Adlhiyah al-Dzakah), Media Hidayah, Yogyakarta, 2003.hal. 26) yang terdiri dari onta, sapi, domba/biri-biri/kambing (Hadist Shahih. HR Muslim no. 3631, an-Nasai no. 4302, Abu Dawud no. 2415, Ibn Majah no. 3135, Ahmad no. 1777).
b.    Umur Hewan Korban
صحيح مسلم - (ج 10 / ص 142) حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَذْبَحُوا إِلَّا مُسِنَّةً إِلَّا أَنْ يَعْسُرَ عَلَيْكُمْ فَتَذْبَحُوا جَذَعَةً مِنْ الضَّأْنِ
Shahih Muslim (10/142) ... dari Jabir, ia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Janganlah kalian menyembelih korban kecuali berupa musinnah. Namun apabila kalian kesulitan mendapatkannya maka sembelihlah domba yang jadza'ah.
Definisi: Musinnah adalah hewan yang telah mengalami tsaniyah (lepasnya dua gigi geraham atau sering disebut poel dalam bahasa Jawa) yaitu:
Unta minimal              : usia 5 tahun
Sapi minimal               : usia 2 tahun
Kambing minimal       : usia 1 tahun
Tetapi apabila kesulitan untuk mendapatkan yang musinnah kita boleh berkorban dengan binatang yang umurnya kurang dari itu yaitu minimal setengah tahun untuk kambing (disebut jadza'ah) (Lihat Syaikh al-Ustaimin Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam (Talkhis Kitab Ahkam al-Adlhiyah al-Dzakah), Media Hidayah, Yogyakarta, 2003.hal. 26-27)
c.         Kriteria Hewan Korban yang Baik
1)        Binatang dipilih yang baik
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ [آل عمران/92]
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai dan apa saja yang kamu nafkahkan. Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya
2)        Binatang yang besar, gemuk, dan bertanduk
عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ, أَقْرَنَيْنِ, وَيُسَمِّي, وَيُكَبِّرُ, وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا. وَفِي لَفْظٍ: ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْه وَفِي لَفْظِ: ( سَمِينَيْنِ ) وَلِأَبِي عَوَانَةَ فِي صَحِيحِهِ : ( ثَمِينَيْنِ ) بِالْمُثَلَّثَةِ بَدَلَ اَلسِّين ِ وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ, وَيَقُولُ: ( بِسْمِ اَللَّهِ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ )
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam biasanya berkurban dua ekor kambing kibas bertanduk. Beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, dan beliau meletakkan kaki beliau di atas dahi binatang itu. Dalam suatu lafadz: Beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri. Dalam suatu lafadz: Dua ekor kambing gemuk. Menurut riwayat Abu Awanah dalam kitab Shahihnya: Dua ekor kambing mahal. Dalam suatu lafadz riwayat Muslim: Beliau membaca bismillahi wallaahu akbar (lihat Ibn Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram hadist no. 1374)
3)        Yang Tidak diperkenankan untuk dijadikan hewan korban
سنن أبي داود - (ج 7 / ص 467) حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ النَّمَرِيُّ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ فَيْرُوزَ قَالَ: سَأَلْتُ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ مَا لَا يَجُوزُ فِي الْأَضَاحِيِّ فَقَالَ قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصَابِعِي أَقْصَرُ مِنْ أَصَابِعِهِ وَأَنَامِلِي أَقْصَرُ مِنْ أَنَامِلِهِ فَقَالَ أَرْبَعٌ لَا تَجُوزُ فِي الْأَضَاحِيِّ فَقَالَ الْعَوْرَاءُ بَيِّنٌ عَوَرُهَا وَالْمَرِيضَةُ بَيِّنٌ مَرَضُهَا وَالْعَرْجَاءُ بَيِّنٌ ظَلْعُهَا وَالْكَسِيرُ الَّتِي لَا تَنْقَى
Sunan Abi Dawud (7/467): ... dari Abdirrahman, dari ‘Ubaid bin Fairuz, ia berkata: “Aku tanyakan kepada al-Barra' bin ‘Azib: “Apa saja (oleh Rasulullah) dalam penyembelihan hewan korban. Al-Barra' berkata, "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam berdiri ... kemudian beliau bersabda: Empat hal yang tidak boleh, hewan yang buta sebelah matanya, yang jelas kebutaannya, hewan akit yang nyata sakitnya, hewan pincang yang nyata kepincangannya, hewan kurus yang tidak berdaging (lihat juga HR Nasai no. 4293, HR Tirmidzi no. 1417, HR Ibn Majah no. 3135)
4)        Hewan yang tidak disukai untuk dijadikan hewan korban
Hewan yang tidak baik untuk dijadikan hewan korban adalah:
1.    hewan yang telinganya robek atau terpotong atau berlubang
2.    hewan yang terpotong tanduknya
3.    hewan yang sama sekali belum memiliki tanduk
4.    hewan yang berkurang kemampuan memandangnya walaupun kondisi matanya dalam keadaan utuh
5.    hewan yang loyo sehingga tidak bisa berjalan dengan kelompoknya kecuali ada orang yang menggiring sepaya bisa menyusul teman-temannya
6.     hewan yang cacat (misalnya hewan yang penisnya terpotong tetapi bukan karena sengaja dikebiri) (Lihat Syaikh al-Ustaimin Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam (Talkhis Kitab Ahkam al-Adlhiyah al-Dzakah), Media Hidayah, Yogyakarta, 2003.hal. 37-40)
d.    Berserikat dalam berkorban
1.        Berserikat untuk seekor kambing dilarang
سنن الترمذي - (ج 5 / ص 465) حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ حَدَّثَنِي عُمَارَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَال سَمِعْتُ عَطَاءَ بْنَ يَسَارٍ يَقُولُ: سَأَلْتُ أَبَا أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيَّ: كَيْفَ كَانَتْ الضَّحَايَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كَانَ الرَّجُلُ يُضَحِّي بِالشَّاةِ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ فَيَأْكُلُونَ وَيُطْعِمُونَ
Sunan at-Tirmidzi (5/465):
... ‘Umarah bin Abdillah berkata: “Aku mendengar “Atha bin Yasar berkata, "Aku bertanya kepada Abu Ayyub al-Anshary, "Bagaimana pelaksanaan penyembelihan (korban) pada zaman Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam?" Ia menjawab, "Seorang menyembelih seekor kambing untuk dirinya sendiri dan keluarganya, mereka memakannya dan memberikan kepada yang lainnya...."
2.        Berserikat untuk seekor sapi dan unta diperbolehkan
Diperbolehkan maksimal tujuh orang berserikat untuk berkorban seekor sapi, dan boleh juga berserikat maksimal sepuluh sepuluh orang untuk berkorban seekor unta.
صحيح مسلم - (ج 6 / ص 478) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: كُنَّا نَتَمَتَّعُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْعُمْرَةِ فَنَذْبَحُ الْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ نَشْتَرِكُ فِيهَا
Shahih Muslim (6/478): ... dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: “Dahulu aku melakukan haji tamatu’ bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dengan umrah kemudian berkorban dengan seekor sapi, (kami) bertujuh berserikat didalamnya.
صحيح مسلم - (ج 6 / ص 473) حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا مَالِكٌ ح و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ
Shahih Muslim (6/478): ... dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: "Pada tahun perjanjian Hudaibiyyah, kami menyembelih hewan korban bersama Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam. Seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh orang.
3.        Dibolehkan sepuluh orang berserikat dengan seekor unta
سنن الترمذي - (ج 3 / ص 463) حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى عَن حُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ عَنْ عِلْبَاءَ بْنِ أَحْمَرَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَحَضَرَ الْأَضْحَى فَاشْتَرَكْنَا فِي الْبَقَرَةِ سَبْعَةً وَفِي الْجَزُورِ عَشَرَةً
Sunnan at-Tirmidzi (3/463): ... Dari Ibn Abas, ia berkata, “Kami bersama-sama dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam dalam suatu safar dan kami menjumpai (Idul) Adha, maka kami berserikat seekor sapi oleh tujuh orang, dan seekor unta oleh sepuluh orang."

A.      1 – 9 DZUL HIJJAH – RABU, 17 OKTOBER – KAMIS, 25 OKTOBER 2012
1.      Memperbanyak amal shalih
صحيح البخاري - (ج 4 / ص 34) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَرْعَرَةَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِينِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ قَالُوا وَلَا الْجِهَادُ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ
Shahih al-Bukhari (4/34): ... dari Ibn ‘Abbas dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, bahwa beliau berkata: “Tiada amal (yang dilakukan) pada hari yang (lain) lebih utama daripada amalan pada (bulan ini – 10 hari pertama bulan Dzul-Hijjah).” Para (shahabat) bertanya: ‘Tidak juga jihad? Rasulullah menjawab; “Tidak pula jihad, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian ia pulang tanpa apapun.”
2.      Memperbanyak puasa
سنن أبي داود - (ج 6 / ص 418) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ الْحُرِّ بْنِ الصَّبَّاحِ عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ امْرَأَتِهِ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ
Sunan Abi Dawud (6/418)... dari salah seprang Istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, ia berkata: “Dulu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam berpuasa sembilan (hari pertama) Dzul Hijjah dan hari ‘Asyura, dan tiga hari setiap bulan, hari Senin pertama dan hari Kamis.

B.      8 dzul hijjah, rabu 24 oktober 2012 – Dilarang Puasa dengan Alasan Puasa Tarwiyah
صَومُ يومِ الْتَرْويةِ كفارةُ سنَةٍ و صوم يوم العرفة كفارة سنتين
Berpuasa pada hari tarwiyah menghapus dosa satu tahun. Dan berpuasa Arofah menghapus dosa dua tahun (HR Dailami dalam Musnad Firdaus 2/248 melalui jalur Abu Syaikh – Ali bin Ali al-Himyari – al-Kalbi – Abu Salih – Ibn Abbas).
Syaikh al-Albani mengatakan: “Hadist ini palsu, …
C.       9 dzul hijjah, kamis, 25 oktober 2012
Mengumandangkan takbir
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 74) حدثنا أبو الأحوص عن أبي إسحاق عن الاسود عن عبد الله أنه كان يكبر من صلاة القجر يوم عرفة إلى صلاة العصر من يوم النحر مثل حديث وكيع.
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/74): ... dari Abi Ishaq dari al-Aswad dari ‘Abdillah, bahwa dia bertakbir dari shalat Fajar hari Arafah hingga shalat Asyar pada penyembelihan (hari Tasyrik)
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 72) حدثنا أبو بكر قال حدثنا حسين بن علي عن زائد عن عاصم عن شقيق وعن علي بن عبد الاعلى عن أبي عبد الرحمن عن علي أنه كان يكبر بعد صلاة الفجر يوم عرفة إلى صلاة العصر من اخر أيام التشريق ويكبر بعد العصر.
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/72): ... dari Abi ‘Abdirrahman dari Ali (bin Abi Thalib) bahwa dia dulu bertakbir setelah shalat Fajar pada hari ‘Arafah hingga shalat Asyar pada akhir hari Tasyrik dan (masih) bertakbir hingga setelah Asyar.
Lafal takbir
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 73)كيف يكبر يوم عرفة ؟ حدثنا أبو بكر قال حدثنا جرير عن منصور عن إبراهيم قال كانوا يكبرون يوم عرفة وأحدهم مستقبل القبلة في دبر الصلاة. الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/73): Bagaimana bertakbir pada hari Arafah? ... dari Ibrahim, ia berkata: Dahulu mereka bertakbir pada hari Arafah, ... sebelum dan sesudah shalat (Idul Adha): “Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illallahu wallahu akbar wa lillahil-hamd
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 72) حدثنا أبو الأحوص عن أبي إسحاق عن الاسود قال كان عبد الله يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى صلاه العصر من النحر يقول الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد.
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/72) ... dari al-Aswad, ia berkata: Dahulu Abdullah (bin Mas’ud – pen) bertakbir dari shalat Fajar (Shubuh) pada hari Arafah sampai shalat Ashar pada hari Korban dengan mengucapkan: “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar la ilaha illallahu wallahu akbar wa lillahil-hamd
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 74) حدثنا يحيى بن سعيد عن أبي بكار عن عكرمة عن ابن عباس أنه كان يقول: الله أكبر كبيرا الله أكبر كبيرا الله أكبر وأجل الله أكبر ولله الحمد.
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/74) ... dari ‘Ikrimah dari Ibn ‘Abbas bahwa ia mengucapkan “Allahu akbar kabira, Allahu akbar kabira, Allahu akbar wa ajal Allahu wa lillahil-hamd
السنن الكبرى للبيهقي - (ج 3 / ص 316) (واخبرنا) أبو الحسين بن بشران انبأ اسمعيل بن الصفار ثنا احمد بن منصور ثنا عبد الرزاق انبأ معمر عن عاصم بن سليمان عن ابي عثمان النهدي قال كان سلمان رضي الله عنه يعلمنا التكبير يقول كبروا الله اكبر الله اكبر كبيرا,
As-Sunnan al-Kubra lil-Baihaqi (3/316): ... dari Abi ‘Ustman an-Nahdi, ia berkata: Dahulu Salman radliallahu ‘anhu mengajari kami takbir (dengan) mengucapkan “Allahu akbar, Allahu akbar kabira”.
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 73) حدثنا يحيى بن سعيد القطان عن بكار عن مكحول عن ابن عباس أنه كان يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى اخر أيام التشريق لا يكبر في المغرب (يقول) الله أكبر كبيرا الله أكبر كبيرا اللع أكبر وأجل الله أكبر ولله الحمد.
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/m73): ... dari ibn ‘Abbas, bahwa dahulu ia bertakbir dari shalat fajar hari Arafah hingga akhir hari tasyrik, ia tidak bertakbir saat maghrib (dengan): الله أكبر كبيرا الله أكبر كبيرا اللع أكبر وأجل الله أكبر ولله الحمد.
1.      Melaksanakan puasa Arafah
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهُ أَن يُكَفِّرَ السَّنَةِ الَّتِي قَبْلَهَا وَ السَّنَةِ الَّتِي بَعدَهَا
Berpuasa pada hari Arafah aku mengharap Allah menghapus dosa-dosa pada tahun lalu dan pada tahun yang akan datang (HR Muslim no. 1162)
D.       jumat, 26 oktober 2012
1.        Dari Rumah hingga Mushala
Tidak Makan dan Minum sampai Selesai Shalat Idul Adha
سنن الترمذي - (ج 2 / ص 396) حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الصَّبَّاحِ الْبَزَّارُ الْبَغْدَادِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ عَنْ ثَوَابِ بْنِ عُتْبَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَلَا يَطْعَمُ يَوْمَ الْأَضْحَى حَتَّى يُصَلِّيَ
Dahulu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tidak keluar (ke mushala) pada hari Fithri sampai ia makan, dan beliau tidak makan pada hari Adha sampai ia shalat.
Mandi seperti mandi junub
سنن ابن ماجه - (ج 1 / ص 1) حَدَّثَنَا جُبَارَةُ بْنُ الْمُغَلِّسِ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ تَمِيمٍ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
Sunnan Ibn Majah (1/1): ... dari Ibn ‘Abbas, ia berkata: Dahulu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam mandi pada hari (Idul) Fithri dan Adha
Memakai pakaian yang baik dan indah dan wangi-wangian
المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 17 / ص 419) أخبرنا أبو بكر محمد بن عبد الله بن عتاب العبدي ، ببغداد، ثنا أبو الأحوص محمد بن الهيثم القاضي، ثنا أبو صالح عبد الله بن صالح، حدثني الليث بن سعد، عن إسحاق بن بزرج، عن زيد بن الحسن بن علي، عن أبيه، رضي الله عنهما قال: أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في العيدين أن نلبس أجود ما نجد، وأن نتطيب بأجود ما نجد، وأن نضحي بأسمن ما نجد، البقرة عن سبعة والجزور
Al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihain lil-Hakim (17/419) ... dari Zaid bin al-Hasan bin Ali, dari ayahnya radliallahu ‘anhuma, ia berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam memerintah kami pada dua hari raya untuk memakai yang terbaik yang kami punyai, dan untuk memakai wangi-wangian yang terharum yang kami punya, dan menyembelih binatang kurban dengan harga termahal yang kami punya (yaitu) sapi dan unta dari tujuh (orang)”
Mengajak para wanita walaupun sedang haid/nifas dan anak-anak
Sebagian besar ulama terdahulu menyatakan bahwa hukum melaksanakan shalat Idul Fithri dan Idul Adha adalah wajib. Di antara alasannya adalah kalau shalat Jumat yang tidak harus mendatangkan kaum wanita saja wajib apalagi shalat yang harus diikuti oleh wanita, bahkan wanita yang sedang haid pun wajib mendatanginya maka shalat Idul Fithri tentu juga lebih diwajibkan lagi. Hadist tersebut adalah:
صحيح مسلم - (ج 4 / ص 407) حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ حَفْصَةَ بِنْتِ سِيرِينَ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلَاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لَا يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
Shahih Muslim (4/407) ... dari Ummu ‘Athiyah, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam memerintah kami untuk membawa keluar pada hari Idul Fithri dan Idul Adha wanita-wanita yang sudah tua, wanita yang sedang haidl, dan gadis-gadis pingitan, sedangkan wanita yang sedang haidl, maka mereka menepi (tidak mengerjakan) shalat, tetapi mereka menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin. Aku katakan, “Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab.” Beliau menjawab: “Hendaklan saudaranya meminjamkan jilbab padanya.”
صحيح البخاري - (ج 2 / ص 83) حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: أُمِرْنَا أَنْ نُخْرِجَ الْحُيَّضَ يَوْمَ الْعِيدَيْنِ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَدَعْوَتَهُمْ وَيَعْتَزِلُ الْحُيَّضُ عَنْ مُصَلَّاهُنَّ قَالَتْ امْرَأَةٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لَيْسَ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ لِتُلْبِسْهَا صَاحِبَتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
Shahih al-Bukhari (2/83) ... dari Ummu ‘Athiyah, ia berkata: “Kami diperintah untuk mengeluarkan wanita-wanita yang sedang haid pada dua hari raya, dan gadis-gadis dalam pingitan, maka mereka menyaksikan jamaah muslimin dan dakwah mereka dan para wanita yang sedang haid menepi dari tempat shalatnya”. Ia (Ummu Athiyah) bertanya: Wanita? Wahai Rasulullah. Salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab.” Beliau menjawab: “Hendaklah saudaranya meminjamkan jilbab padanya.”
Mengajak anak-anak
صحيح البخاري - (ج 4 / ص 49) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَابِسٍ قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ قِيلَ لَهُ أَشَهِدْتَ الْعِيدَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ وَلَوْلَا مَكَانِي مِنْ الصِّغَرِ مَا شَهِدْتُهُ
Shahih al-Bukhari (4/49): ... Abdurrahman bin ‘Abis berkata: Beliau ditanya: Apakah kamu menyaksikan shalat ‘Id bersama salallahu ‘alaihi wa salam. Ia menjawab: Betul, kalaulah karena bukan umurku masih kecil, niscaya aku tidak menyaksikannya.
Berombongan ketika menuju tempat shalat sambil mengeraskan suara tahlil dan takbir
السلسلة الصحيحة - (ج 1 / ص 170) أخرجه البيهقي ( 3 / 279 ) من طريق عبد الله بن عمر عن نافع عن عبد الله بن عمر: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يخرج في العيدين مع الفضل بن عباس و عبد الله و العباس، و علي، و جعفر، والحسن، و الحسين، و أسامة بن زيد و زيد بن حارثة، و أيمن بن أم أيمن رضي الله عنهم، رافعا صوته بالتهليل و التكبير
As-Silsilah ash-Shahihah (1/170): al-Baihaqi mengeluarkannya (3/279) dari jalan Abdullah bin ‘Umar, dari Nafi’ dari Abdullah bin ‘Umar: “Bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dahulu keluar pada dua hari Id (Fithri dan Adha) bersama-sama dengan al-Fadhl bin ‘Abbas, Abdullah bin ‘Abbas, ‘Ali, Ja’far, al-Hasan, al-Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haristah, Aiman bin Ummu Aiman radliallahu ‘anhum, mengeraskan suara dengan tahlil dan takbir
Berjalan kaki menuju tempat shalat Idul Adha
سنن الترمذي - (ج 2 / ص 378) حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ مُوسَى الْفَزَارِيُّ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ الْحَارِثِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ  :مِنْ السُّنَّةِ أَنْ تَخْرُجَ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَأَنْ تَأْكُلَ شَيْئًا قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ
Sunan ath-Thirmidzi (2/378): ... dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: “Termasuk sunah, yaitu hendaknya engkau berangkat ke mushala ‘Id dengan berjalan kaki.”
2.      Setiba di Mushala
Tidak mengerjakan shalat sunnat sebelum Shalat Idul Fithri bila dilaksanakan di Mushala
Bila shalat Id dilaksanakan di lapangan, maka tidak ada kewajiban untuk mengerjakan shalat seperti halnya shalat tahiyatul masjid. Akan tetapi bila di masjid, shalat tahiyatul masjid tetap dilaksanakan (wallahu a’lam)
Tidak ada adzan dan iqamah untuk Shalat Idul Fithri, Shalat Idul Fithri sebelum khutbah dan Khuthbah setelah Shalat Idul Fithri
صحيح مسلم - (ج 4 / ص 398) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ:شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ يَوْمَ الْعِيدِ فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ ثُمَّ قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى بِلَالٍ فَأَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَحَثَّ عَلَى طَاعَتِهِ وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَكَّرَهُمْ ثُمَّ مَضَى حَتَّى أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ فَقَالَ تَصَدَّقْنَ فَإِنَّ أَكْثَرَكُنَّ حَطَبُ جَهَنَّمَ ...
Shahih Muslim (4/398): ... dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata: “Saya menghadiri shalat hari raya bersama Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam, sebelum khutbah Beliau memulai dengan shalat tanpa adzan dan iqamah, beliau melakukan shalat sebelum khuthbah tanpa didahului adzan dan iqamat, kemudian beliau berdiri dengan bersandar kepada Bilal. Lalu beliau mengajak supaya bertakwa kepada Allah, menyuruh taat kepada-Nya, menyampaikan nasihat dan peringatan untuk mereka, kemudian beliau berjalan mendatangi perempuan-perempuan lalu menyampaikan nasihat dan peringatan kepada mereka. Maka beliau berkata: Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya kebanyakan dari kalian menghuni neraka Jahanam ....
3.    Setelah Shalat Idul Adha
Memperhatikan khutbah
Tetap duduk di shaf untuk mendengarkan khutbah, tetapi boleh meninggalkan tempat shalat karena, tidak ada kewajiban untuk mendengarkan khutbah
سنن الدارقطني - (ج 4 / ص 446) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ مِرْدَاسٍ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ الْبَزَّازُ حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْعِيدَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَالَ «إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ - يَعْنِى لِلْخُطْبَةِ - فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ وَهَذَا يُرْوَى عَنْ عَطَاءٍ مُرْسَلاً عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم.
Sunnan ad-Daruquthni: (4/446): ... dari ‘Abdillah bin as-Saib, ia berkata: Aku menyaksikan bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pada Id (Idul Fithri atau Adha) setelah menyelesaikan shalat, beliau (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa wa salam) berkata: “Sesungguhnya aku akan khutbah, barangsiapa yang suka duduk – yaitu untuk (mendengar) khutbah – maka duduklah, barang siapa ingin pergi, maka pergilah.” Abu Dawud berkata: “Dan ini diriwayatkan dari ‘Atha secara mursal dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam.
Khutbah tidak di atas mimbar, dan khutbah dengan sekali berdiri
Hadist riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim di atas, dhahiriahnya menyatakan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam ketika khutbah tidak berdiri di mimbar seperti. Hadist-hadist di atas juga menyatakan bahwa setelah shalat Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam berdiri khutbah dan setelah selesai langsung mendekati wanita untuk menasehati dan memberi wasiat. Atau dapat dipahami bahwa mendekati wanita termasuk bagian dari khutbah. Wallahu a’lam.
Tidak Memulai Khutbah dengan takbir dan tidak takbir di tengah khutbah
Tidak ada keterangan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam memulai khutbah dengan diawali takbir.
سنن النسائي - (ج 6 / ص 21) أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ قَالَ حَدَّثَنَا عَطَاءٌ عَنْ جَابِرٍ قَالَ:شَهِدْتُ الصَّلَاةَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاةَ قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى بِلَالٍ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَكَّرَهُمْ وَحَثَّهُمْ عَلَى طَاعَتِهِ ثُمَّ مَالَ وَمَضَى إِلَى النِّسَاءِ وَمَعَهُ بِلَالٌ فَأَمَرَهُنَّ بِتَقْوَى اللَّهِ وَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ وَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ حَثَّهُنَّ عَلَى طَاعَتِهِ ...
Sunnan an-Nasa’i (6/21): ... dari Jabir, ia berkata: “Saya mendatangi shalat hari raya bersama Nabi shalallahu 'alaihi wa salam, sebelum berkhutbah beliau memulai shalat tanpa adzan dan tanpa iqamah. Lalu manakala selesai shalat beliau berdiri dengan bersandar Bilal. Lalu beliau bertahmid dan memuji Allah, menyampaikan nasehat dan peringatan kepada jamaah serta mendorong mereka supaya patuh kepada-Nya ...
Berinfak
صحيح البخاري - (ج 4 / ص 22) وَعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ ثُمَّ خَطَبَ النَّاسَ بَعْدُ فَلَمَّا فَرَغَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَزَلَ فَأَتَى النِّسَاءَ فَذَكَّرَهُنَّ وَهُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى يَدِ بِلَالٍ وَبِلَالٌ بَاسِطٌ ثَوْبَهُ يُلْقِي فِيهِ النِّسَاءُ صَدَقَةً
Shahih Bukhari (4/22) Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Aku mendengarnya (Abdullah) berkata: Sungguh Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam berdiri mengerjakan shalat kemudian khutbah kepada manusia kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam mendekati wanita dan mengingatkan meraka dan beliau berpegangan dengan tangan Bilal, dan Bilal mengangkat jubahnya, para wanita melemparkan sedekah ke dalamnya.
4.    Saat Pulang dari Mushala
Pulang melewati jalan yang berbeda
صحيح البخاري - (ج 4 / ص 64) حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا أَبُو تُمَيْلَةَ يَحْيَى بْنُ وَاضِحٍ عَنْ فُلَيْحِ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
Shahih al-Bukhari (4/64): ... dari Jabir bin ‘Abdillah radliallahu ‘anhuma, ia berkata: “Dahulu Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam apabila Hari ‘Id menselisihi jalan.”
Saling mengucapkan selamat
Adapun mengucapkan selamat pada hari raya Idul Fithri dan Adha kepada sesama Muslimin, diterangkan oleh Ibn Qudamah rahimahullah dalam al-Mughni sebagai berikut:
المغني - (ج 4 / ص 274) قَالَ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: وَلَا بَأْسَ أَنْ يَقُولَ الرَّجُل لِلرَّجُلِ يَوْمَ الْعِيدِ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك ....
Al-Mughni (4/274): (Imam) Ahmad (bin Hanbal) rahimahullah berkata: Tak mengapa seseorang mengucapkan kepada lainnya pada hari ‘Id: “Taqabalallahu mina wa minka ....
وَذَكَرَ ابْنُ عَقِيلٍ فِي تَهْنِئَةِ الْعِيدِ أَحَادِيثَ ، مِنْهَا ، أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ زِيَادٍ ، قَالَ : كُنْت مَعَ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ وَغَيْرِهِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانُوا إذَا رَجَعُوا مِنْ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لَبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك . وَقَالَ أَحْمَدُ : إسْنَادُ حَدِيثِ أَبِي أُمَامَةَ إسْنَادٌ جَيِّدٌ .
... Bahwa Muhammad bin Ziyad berkata: Aku bersama Abi Umamah al-Bahili dan selainnya dari sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, bila keluar dari hari Id’ berkata kepada sebagian yang lain: “Taqabalallahu mina wa minka”. Dan Imam Ahmad berkata: Sanad Hadist Abi Umamah adalah sanad yang baik.
5.    Menyembelih Hewan Qurban
Waktu Penyembelihan
صحيح البخاري - (ج 17 / ص 235) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَإِنَّمَا ذَبَحَ لِنَفْسِهِ وَمَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكُهُ وَأَصَابَ سُنَّةَ الْمُسْلِمِينَ
Shahih a-Bukhari (7/235): ... Dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, ia berkata, "Nabi shalallahu 'alaihi wa salam besabda: "Barangsiapa menyembelih (hewan korban) sebelum shalat (Idul Adha), maka ia menyembelih untuk dirinya sendiri. Dan orang yang menyembelihnya sesudah shalat (Idul Adha), maka sesungguhnya sempurnalah ibadahnya dan telah mengikuti sunnah kaum muslimin.
مسند أحمد - (ج 34 / ص 107) قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ مُوسَى عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كُلُّ عَرَفَاتٍ مَوْقِفٌ وَارْفَعُوا عَنْ بَطْنِ عُرَنَةَ وَكُلُّ مُزْدَلِفَةَ مَوْقِفٌ وَارْفَعُوا عَنْ مُحَسِّرٍ وَكُلُّ فِجَاجِ مِنًى مَنْحَرٌ وَكُلُّ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ ذَبْحٌ
Musnad Ahmad: (34/107): ... Dari Jubair ibn Muthim radliallahu anhu, bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam besabda: “... dan setiap hari tasyrik adalah waktu penyembelihan".
Tempat Penyembelihan
صحيح البخاري - (ج 4 / ص 58) حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ قَالَ حَدَّثَنِي كَثِيرُ بْنُ فَرْقَدٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَنْحَرُ أَوْ يَذْبَحُ بِالْمُصَلَّى
Shahih a-Bukhari (7/235): ... Dari Nafi’ Dari Ibn Umar bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa salam menyembelih korban di tempat shalat (lihat juga HR Nasai no. 4290, Abu Dawud no. 2428, Ibn Majah no. 3152, Ahmad no. 5609).
Ibn Umar radhiallahu 'anhuma meneruskan kebiasaan Rasulullah menggunakan tempat penyembelihan sebagaimana dilakukan oleh Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam. Seorang Imam atau pemimpin seyogyanya melakukan demikian juga sebagai tanda bahwa hari itu benar-benar sebagai hari penyembelihan. Adapun menyembelih hewan korban di tempat yang lain juga sah.
Yang Berhak Menyembelih
1)    Yang paling utama melakukan penyembelihan adalah orang yang berkorban.
عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رضي الله عنه (أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ, أَقْرَنَيْنِ, وَيُسَمِّي, وَيُكَبِّرُ, وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا. وَفِي لَفْظٍ:ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ)  مُتَّفَقٌ عَلَيْه وَفِي لَفْظِ: (سَمِينَيْنِ) وَلِأَبِي عَوَانَةَ فِي صَحِيحِهِ: (ثَمِينَيْنِ) بِالْمُثَلَّثَةِ بَدَلَ اَلسِّين ِ وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ, وَيَقُولُ: (بِسْمِ اَللَّهِ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ)
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam biasanya berkurban dua ekor kambing kibas bertanduk. Beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, dan beliau meletakkan kaki beliau di atas dahi binatang itu. Dalam suatu lafadz: Beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri. Dalam suatu lafadz: Dua ekor kambing gemuk. Menurut riwayat Abu Awanah dalam kitab Shahihnya: Dua ekor kambing mahal -dengan menggunakan huruf tsa' bukan sin- Dalam suatu lafadz riwayat Muslim: Beliau membaca bismillahi wallaahu akbar (lihat Ibn Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram hadist no. 1374)
2)    Apabila orang yang berkorban tidak sanggup atau berhalangan untuk melakukan penyembelihan, ia boleh meminta seseorang untuk menyembelihkan hewan korbannya.
صحيح مسلم - (ج 6 / ص 470) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لَا أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا قَالَ نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا
Shahih Muslim (6/470) Dari ‘Ali, ia berkata: “Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam memerintahkan aku untuk mengurus unta (untuk kurban) dan agar aku menyedekahkan daging, kulit, dan kain penutupnya. Juga agar aku tidak memberi upah untuk tukang potong dari hal itu semua, beliau bersabda: Kami memberinya dari harta kami.
Hadist ini berhubungan dengan saat Rasulullah naik haji wada’, dan beliau menyembelih seratus ekor unta. Beliau berusaha menyembelihnya sendiri, tetapi setelah penyembelih yang keenam puluh, Rasulullah minta Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu untuk meneruskan penyembelihan unta yang tersisa.
3)    Apabila orang yang berkorban tidak sanggup atau berhalangan untuk melakukan penyembelihan, hendaknya ia ikut menyaksikan jalannya penyembelihan ((Lih. Agung Danarto, Drs. M.Ag., Ibadah Qurban Menurut Rasulullah, Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, 2003 hal. 31-32)
a.    Syarat Menjadi Penyembelih
1)   Orang laki-laki atau perempuan yang menyembelih hendaknya orang Muslim
فَكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ بِآَيَاتِهِ مُؤْمِنِينَ [الأنعام/118]
Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayatNya.
2)   Atau kafir kitabi (yaitu orang menisbatkan dirinya kepada Nasrani atau Yahudi).
الْيَوْمَ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ وَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَهُمْ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ إِذَا آَتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ وَلَا مُتَّخِذِي أَخْدَانٍ وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ [المائدة/5]
Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-orang merugi.
3)   Orang yang berakal sehat dan bisa membedakan hal yang berbahaya dan yang tidak, yang baik dan buruk (tamyiz). (Lihat Syaikh al-Ustaimin Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam (Talkhis Kitab Ahkam al-Adlhiyah al-Dzakah), Media Hidayah, Yogyakarta, 2003.hal. 76)
Tata Cara Penyembelihan
1) Adanya kesengajaan (niat) untuk menyembelih.
Bersungguh-sungguh dalam niat menyembelih karena Allah dam bukan karena yang lainnya. Salah satu contoh menyembelih karena Allah dengan membaca bismillah, takbir (Lihat Syaikh al-Ustaimin Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam (Talkhis Kitab Ahkam al-Adlhiyah al-Dzakah), Media Hidayah, Yogyakarta, 2003.hal. 79)
2) Hewan yang akan disembelih dihadapkan ke arah kiblat
Sebagian ulama, menyatakan bahwa hadist yang berkenaan dengan menghadapkan hewan korban ke arah kiblat saat akan disembelih adalah hadist dlaif, yang lainnya meyatakan hasan
3)   Disembelih untuk Allah
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ  [المائدة/3]
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
4)   Tidak disebutkan padanya nama selain Allah seperti nama nabi, malaikat, orang-orang shalih, jin dan sebagainya.
5)   Disebutkan nama Allah saat penyembelihan
عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رضي الله عنه (أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ, أَقْرَنَيْنِ, وَيُسَمِّي, وَيُكَبِّرُ, وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا. وَفِي لَفْظٍ: ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ)  مُتَّفَقٌ عَلَيْه وَفِي لَفْظِ: (سَمِينَيْنِ) وَلِأَبِي عَوَانَةَ فِي صَحِيحِهِ: (ثَمِينَيْنِ) بِالْمُثَلَّثَةِ بَدَلَ اَلسِّين ِ وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ, وَيَقُولُ: (بِسْمِ اَللَّهِ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ)
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam biasanya berkurban dua ekor kambing kibas bertanduk. Beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, dan beliau meletakkan kaki beliau di atas dahi binatang itu. Dalam suatu lafadz: Beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri. Dalam suatu lafadz: Dua ekor kambing gemuk. Menurut riwayat Abu Awanah dalam kitab Shahihnya: Dua ekor kambing mahal -dengan menggunakan huruf tsa' bukan sin- Dalam suatu lafadz riwayat Muslim: Beliau membaca bismillahi wallaahu akbar (lihat Ibn Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram hadist no. 1374)
6)   Menggunakan alat yang tajam yang mampu mengalirkan darah.
Nabi shalallahu’alaihi wa salam bersabda,
إن الله كتب الإحسان على كل شيء. فإذا قتلتم فأحسنوا القتلة، وإذا ذبحتم فأحسنوا الذبحة, وليحد أحدكم شفرتة، وليرح ذبيحتة.
Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berbuat baik terhadap segala sesuatu. Apabila kalian membunuh, maka baguskanlah pembunuhannya. Dan apabila kalian menyembelih, maka baguskanlah penyembelihannya. Hendaklah seseorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan hendaklah ia menenangkan hewan sembelihannya (Hadist shahih HR Muslim no. 1995, Abu Dawuud no. 2815, at-Tirmidzi no. 1409, an-Nasa’I no. 4405, Ibn Majah no. 3170).
7)   menenangkan hewan korban
b.   Upah bagi Tukang Jagal/ Penyembelih
صحيح مسلم - (ج 6 / ص 470) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لَا أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا, قَالَ: نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا
Ali radhiallahu’anhu berkata: “Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam memerintahkan aku untuk mengurus unta (untuk kurban) dan agar aku menyedekahkan daging, kulit, dan kain penutupnya. Juga agar aku tidak memberi upah untuk tukang potong dari hal itu semua, beliau bersabda: “Kami memberinya dari harta kami.”
c.    Pembagian daging kurban
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ [الحج/36]
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam Keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untu-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.
Berdasarkan ayat di atas yang berhak untuk mendapatkan daging korban adalah
1)   Yang berkorban
صحيح مسلم - (ج 10 / ص 158) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ نَهَى عَنْ أَكْلِ لُحُومِ الضَّحَايَا بَعْدَ ثَلَاثٍ ثُمَّ قَالَ بَعْدُ كُلُوا وَتَزَوَّدُوا وَادَّخِرُوا
Shahih Muslim (10/158): ... dari Jabir dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bahwa beliau (pernah) melarang makan daging kurban setelah tiga hari kemudian beliau berkata: ‘(Sekarang) makanlah, berikanlah, dan simpanlah.”
2)   Orang yang tidak meminta-minta
3)   Orang yang meminta
d.   Membagi daging kurban dalam keadaan mentah
صحيح مسلم - (ج 6 / ص 470) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لَا أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا, قَالَ: نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا
Ali radhiallahu’anhu berkata: “Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam memerintahkan aku untuk mengurus unta (untuk kurban) dan agar aku menyedekahkan daging, kulit, dan kain penutupnya. Juga agar aku tidak memberi upah untuk tukang potong dari hal itu semua, beliau bersabda: “Kami memberinya dari harta kami.” Namun begitu boleh juga membaginya setelah dimasak.

LARANGAN MENJUAL DAGING DAN KULIT HEWAN KORBAN
صحيح مسلم - (ج 6 / ص 470) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لَا أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا, قَالَ: نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا
Ali berkata: “Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam memerintahkan aku untuk mengurus unta (untuk kurban) dan agar aku menyedekahkan daging, kulit, dan kain penutupnya. Juga agar aku tidak memberi upah untuk tukang potong dari hal itu semua, beliau bersabda, “Kami memberinya dari harta kami.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar