Derajat Hadist – Tsa’labah bin Hatib Radliallahu ‘anhu
Oleh Sugiyanta S.Ag, M.Pd
Cerita Ringkas
Tsa’labah adalah seseorang yang hidup pada zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Ia seorang fakir tetapi rajin ibadah. Suatu saat ia menjumpai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam untuk didoakan oleh beliau shalallahu ‘alaihi wa salam supaya dikaruniai rejeki yang bisa mencukupi hidupnya. Walhasil, dia bekerja sebagai peternak domba. Waktu demi waktu berlalu, dombanya beranak pinak menjadi banyak dan berkembang dengan sangat pesat. Lambat laun domba-dombanya membuatnya lupa dari shalat, membayar zakat, ......
Kisah Tsa’labah ini sangat masyhur. Ibn Jarir ath-Thabari rahimahullah meriwayatkan dalam Tafsir ath-Thabari, Imam Thabarani rahimahullah dalam Mu’jamul Kabir (8/260), dan al-Wahidi dalam Asbabul Nuzul hal. 252 meriwayatkan kisah ini. Berikut seperti diriwayatkan oleh Imam ath-Thabari.
تفسير الطبري - (ج 14 / ص 370)
حدثني المثنى قال، حدثنا هشام بن عمار قال، حدثنا محمد بن شعيب قال، حدثنا معان بن رفاعة السلمي، عن أبي عبد الملك علي بن يزيد الإلهاني: أنه أخبره عن القاسم بن عبد الرحمن: أنه أخبره عن أبي أمامة الباهلي، عن ثعلبة بن حاطب الأنصاري،
Tafsir ath-Thabari (14/370):
Al-Matsani menceritakan kepada kami, katanya: Hisyam bin Umar menceritakan kepada kami, katanya: Muhammad bin Syu’aib menceritakan kepada kami, katanya: Mu’an bin Rafa’ah as-Salami menceritakan kepada kami, dari Abi Abdullah al-Malik Ali bin Yazid al-Alhani: mengabarkan kepadanya dari al-Qasim bin Abdirrahman: bahwa mengabarkan kepadanya dari Abu Umamah al-Bahili, dari Tsa’labah bin Hathib al-Anshari
أنه قال لرسول الله صلى الله عليه وسلم: ادع الله أن يرزقني مالا!
Bahwa ia berkata kepada Rasulullah sgalalhu ‘alaihi wa salam, “Berdoa;ah kepada Allah agar ia memberiku harta”.
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: وَيْحَكَ يَا ثَعْلَبَةُ، قَلِيلٌ تُؤَدِّي شُكْرَهُ، خَيرُ مِنْ كَثِيرٍ لاَ تُطِيقُهُ! ...
Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Celaka dirimu wahai Tsa’labah. Sedikit tetapi kamu syukuri lebih baik dari pada banyak tapi kamu tak sanggup untuk mengembannya. ....”
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: اللهم ارزق ثعلبه مالا! .......
Maka rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam berdoa: “Ya Allah, limpahkanlah rejeki kepada Tsa’labah dengan harta. ..........”
Alkisah, jadilah Tsa’labah peternak domba yang sangat berhasil. Lambat laun keberhasilannya menahannya dari shalat berjamaah, shalat jumat, dan ibadah lainnya. Sampai akhirnya
...فقال: يا ويْحَ ثعلبة ! يا ويح ثعلبه ! يا ويح ثعلبة! قال: وأنزل الله:( خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً )
... maka Rasulullah bersabda: “Celaka Tsa’labah, Celaka Tsa’labah, Celaka Tsa’labah. Kemudian Allah menurunkan ayat: “Ambilah dari harta-harta mereka, sedekah.”
Derajat Hadist dan Perkataan Para Ulama Ahli Hadist
Hadist ini bersumber dari Mu’an bin Rifa’ah dari Ali bin Yazid al-Alhani dari Qasim bin Abdirrahman dari Abi Umamah al-Bahili. Mu’an bin Rifa’ah dan Ali bin Yazid al-Alhani adalah perawi yang lemah sekali.
1. Al-Iraqi berkata dalam Takhrij al-Ihya’: ‘Sanadnya lemah.”
2. Al-Haitsami (Al-Hafidz Nurudin 'Ali bin Abi Bakr al-Haitsami, wafat 807) mengatakan dalam Majma’ az-Zawaid: “Diriwayatkan oleh ath-Thabarani tetapi dalam sanadnya ada Ali bin Yazid al-Alhani, dia matruk (ditinggalkan hadistnya).
3. Ibn Hajar al-Asqalani (al-Hafidz Ahmad bin Ali Ibn Hajar al-Asqalani, wafat 852) berkata dalam Fath al-Bari: “Hadist ini lemah, tidak dapat dijadikan hujjah.”
4. Ibn Hazm (Imam Muhammad 'Ali bin Ahmad bin Hazm, wafat 456 H) berkata: “Tidak diragukan lagi bahwa kisah ini adalah bathil.”
5. Imam adz-Dzahabi (wafat 207 H) berkata: “Munkar sekali.”
Kesimpulan
Hadist ini ditinjau dari segi sanad (jalur perawi) dan matan (isi) hadist adalah hadist yang bathil. Dari segi matan bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syariat, di antaranya”
1. Tidak ada kesesuaian antara kisah dengat ayat, karena ayat ini tentang orang munafik, sedangkan Tsa’labah termasuk golongan Shahabat radliallhu ‘anhum yang mulia. Bahkan beliau termasuk yang dijamin masuk surga karena mengikuti perah Badar. Beliau juga dikenal sebagai ahli ibadah sampai dijuluki Hamamah Masjid karena seringnya di masjid.
2. Mu’amalah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam dengan Tsa’labah dalam kisah ini berbeda sekali dengan kebiasaan beliau dengan orang munafik yaitu menerima udzur mereka.
3. Kisah ini menyelisihi kaidah umum bahwa orang yang bertaubat dari dosa, taubatnya akan diterima. Tetapi mengapa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam tidak menerima taubat Tsa’labah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar