ASY’ARIYAH BUKANLAH BAGIAN AHLUS-SUNNAH WAL JAMA’AH
(Tinjauan Sekilas dari Aspek Sejarah)
Oleh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd
Di Indonesia
Di negeri tercinta ini, Indonesia, ada anggapan bahwa aqidah Ahlus-Sunnah adalah aqidah Asy’ariyah. Seperti telah menjadi kesepakatan umum bahwa Ahlus-Sunnah itu adalah empat madzhab fiqih dengan aqidah Asy’ariyah. Dalam bidang fiqih boleh jadi seseorang bermadzhab Hanafi, atau Maliki, atau Syafi’i atau Hanbali tetapi dalam bidang aqidah pastilah beraqidah Asy’ariah.
Bagaimana Aqidah Imam Abu Hanifah, Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal rahimahumullah?
Timbul pertanyaan, apakah Imam Abu Hanifah, Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal rahimahumullah juga mengikuti aqidah Asy’ariah? Jawabannya pastilah tidak. Karena para Imam Madzhab tersebut tidak pernah berjumpa dengan dengan Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari.
Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal rahimahullah, yang merupakan imam termuda dari keempat imam tersebut lahir pada tahun 164 H dan wafat tahun 241 H. Beliau wafat sebelum Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari rahimahullah lahir. Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari lahir tahun 260 bahkan ada yang mengatakan tahun 270 H. Jadi dapat dikatakan bahwa Imam Ahmad rahimahullan tidak mungkin mengikuti Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari rahimahullah.
Bila Imam Ahmad yang paling muda di antara imam yang empat itu tidak mungkin mengikuti Imam al-Asy’ari, tentu demikian juga Imam Syafii rahimahullah (wafat tahun 204 H), Imam Malik (wafat tahun 179 H), dan Imam Abu Hanifah (wafat tahun 150 H). Walaupun mereka tidak beraqidah Asy’ariyah pastilah para Imam tersebut adalah para penegak Ahlus-Sunnah wal Jama’ah.
Aqidah Imam al-Asy’ari rahimahullah
Beliau adalah Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari yang dilahirkan tahun 260 H atau 270 H dan wafat tahun 324 H. Dalam bidang aqidah, kehidupan beliau terdiri dari tiga tahap, yaitu
Tahap Pertama,
Ketika beliau memeluk madzhab Mu’tazilah selama empat puluh tahun. Beliau di bawah bimbingan ayah tiri beliau Abu Ali al-Juba’i, seorang tokoh Mu’tazilah. Kemudian beliau menyatakan keluar dari pandangan-pandangan Mu’tazilah dan menyatakan bahwa Mu’tazilah termasuk sesat dan menyesatkan. Dan beliau banyak melakukan bantahan-bantahan yang keras terhadap Mu’tazilah.
Tahap Kedua,
Ketika beliau mengikuti pemahaman Abu Muhammad Abdullah bin Sa’id bin Kullab (Kullabiyah). Sebuah pemahaman yang bukan Mu’tazilah murni maupun Sunnah murni. Pemahaman Kullabiyah berkembang pesat di tangan Imam al-Asy’ari oleh karenanya pemahaman ini kemudian di kenal dengan aqidah Asy’ariah. Dalam tahap ini beliau mengenalkan sifat wajib, jaiz, dan sifat yang mustahil bagi Allah.
Tahap Ketiga,
Ketika beliau meninggalkan pemahaman Asy’ariyah dan Kullabiyah. Kemudian beliau mengikuti madzhab Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Hal ini beliau nyatakan dalam kitabnya al-Ibanah ‘an Ushul ad-Diniyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar