Kamis, 21 Juli 2011

Hukum: Orang yang Meninggalkan Puasa Ramadhan bukan Karena Keringanan atau Udzur


Hukum: Orang yang Meninggalkan Puasa Ramadhan
bukan Karena Keringanan atau Udzur
oleh Sugiyanta, S.Ag, M.Pd

Bagi orang yang tidak berpuasa pada bulan Ramadhan bukan karena keringanan (sakit, bepergian, lemah, usia tua, wanita hamil dan menyusui atau yang memang tidak boleh berpuasa seperti wanita yang sedang nifas atau menstruasi) ia wajib:
1.         Bertobat – minta pengampunan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
2.         Mengganti puasa sebanyak hari yang ia tinggalkan.

Hal ini berdasarkan hadist berikut:
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 3 / ص 507) أبو خالد عن ابن عجلان عن المطلب بن السائب بن أبي وداعة عن سعيد بن المسيب قال : جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : إني أفطرت يوما من رمضان ، فقال له النبي صلى الله عليه وسلم : " تصدق واستغفر الله وصم يوما مكانه ".
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (3/507) – Dari Abu Khalid dari Ibn ‘Ijlan dari al-Muthalib bin as-Saib bin Abi Wada’ah dari Sa’id bin al-Musayyib, ia berkata: Seseorang mendatangi Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam, kemudian berkata: “Sungguh aku telah berbuka (tidak puasa) pada hari di Bulan Ramadhan.” Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda kepadanya: Engkau jujur, dan minta ampun lah kepada Allah, dan berpuasalah/gantilah puasa (untuk)hari yang tertinggal.”

Arti Bertobat dan Minta Pengampunan Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Meninggalkan puasa dengan sengaja, pada hal tidak ada alasah sah menurut agama ini seperti karena sakit, bepergian, lemah, usia tua, hamil dan menyusui atau yang memang tidak boleh berpuasa seperti wanita yang sedang nifas atau menstruasi adalah dosa besar. Hal dapat juga diqiyaskan dengan bila kita meninggalkan shalat fardhu.
Dosa besar tersebut tergambar dalam perkataan Abdullah bin Mas’ud radliallahu ‘anhu seperti yang Imam Ibn Abi Syaibah riwayatkan dalam Mushnaf-nya berikut:

مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 516) حدثنا وكيع عن سفيان عن واصل عن مغيرة اليشكري عن بلال بن الحارث عن ابن مسعود قال من أفطر يوما من رمضان من غير رخصة لم يجزه صيام الدهر كله.
Mushnaf Ibn Abi Syaibah (2/516) – Waki’ menceritakan kepada kami, dari Sufyan dari Ashil dari Mughirah al-Yaskari dari Bilal bin al-Harist dari Ibn Mas’ud, ia berkata: “Siapa yang berbuka (tidak puasa) satu hari di bulan Ramadhan bukan karena rukhshah (keringanan), tidak cukup sebagai gantinya puasa satu tahun seluruhnya.” (Menurut Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim dalam Shahih Fiqh as-Sunnah, hadist ini Shahih).
Tentu saja perkataan Abdullah bin Mas’ud berdasarkan yang disampaikan Rasululllah shalallahu ‘alaihi wa salam. Karena Abdullah bin Mas’ud radliallahu terkenal dengan tekadnya menghidup-hidupkan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam.

Hadist-Hadist dalam Pertimbangan

سنن أبي داود - (ج 6 / ص 359) حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ ابْنِ مُطَوِّسٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ ابْنُ كَثِيرٍ عَنْ أَبِي الْمُطَوِّسِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ فِي غَيْرِ رُخْصَةٍ رَخَّصَهَا اللَّهُ لَهُ لَمْ يَقْضِ عَنْهُ صِيَامُ الدَّهْرِ
Sunan Abi Dawud (6/359) – Telah menceritakan Sulaiman bin Harb – Syu’bah – Muhammad bin Katsir dari Abi al-Muthawwis dari ayahnya dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: Siapa yang berbuka (tidak puasa) satu hari di bulan Ramadhan bukan karena rukhshah (keringanan) yang Allah berikan keringanan kepadanya, tidak cukup sebagai gantinya puasa satu tahun seluruhnya.

مصنف ابن أبي شيبة - (ج 3 / ص 507) وكيع عن سفيان عن حبيب بن أبي ثابت عن ابن المطوس عن المطوس عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " من أفطر يوما من رمضان من غير رخصة لم يجزه صيام الدهر ".
Waki’ dari Sufyan dari Habib bin Abi Tsabit dari Ibn al-Muthawwis dari  al-Muthawwis dari ayahnya dari Abu Hurairah, ia berkata: “Siapa yang berbuka (tidak puasa) satu hari di bulan Ramadhan bukan karena rukhshah (keringanan), tidak cukup sebagai gantinya puasa satu tahun.”

سنن ابن ماجه - (ج 5 / ص 180) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ ابْنِ الْمُطَوِّسِ عَنْ أَبِيهِ الْمُطَوِّسِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ لَمْ يُجْزِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ
Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Ali bin Muhammad, mereka berkata telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Sufyan dari Habib bin Abi Tsabit dari Ibn al-Muthawwis dari  al-Muthawwis dari ayahnya dari Abu Hurairah, ia berkata: “Siapa yang berbuka (tidak puasa) satu hari di bulan Ramadhan bukan karena rukhshah (keringanan), tidak cukup sebagai gantinya puasa satu tahun.”

مسند أحمد - (ج 19 / ص 372) حَدَّثَنَا وَكِيعٌ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبٍ عَنِ ابْنِ الْمُطَوِّسِ عَنِ الْمُطَوِّسِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ لَمْ يَجْزِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ

Musnad Ahmad (19/372) menceritakan kepada kami Waki’, ia berkata: Menceritakan kepada kami: Sufyan dari Habib dari Ibn al-Muthawwis dari  al-Muthawwis dari ayahnya dari Abu Hurairah, ia berkata: “Siapa yang berbuka (tidak puasa) satu hari di bulan Ramadhan bukan karena rukhshah (keringanan), tidak cukup sebagai gantinya puasa satu tahun.”

Hadist-Hadist di atas tidak lepas dari al-Muthawwis dan Ayahnya, berikut perkataan Imam Tirmidzi ketika mengomentari hadist tersebut:

سنن الترمذي - (ج 3 / ص 166) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ حَدَّثَنَا أَبُو الْمُطَوِّسِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ وَلَا مَرَضٍ لَمْ يَقْضِ عَنْهُ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ وَإِنْ صَامَهُ
قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ و سَمِعْت مُحَمَّدًا يَقُولُ أَبُو الْمُطَوِّسِ اسْمُهُ يَزِيدُ بْنُ الْمُطَوِّسِ وَلَا أَعْرِفُ لَهُ غَيْرَ هَذَا الْحَدِيثِ

Dalam Sunan at-Tirmidzi (3/166): Muhammad bin Basyar menceritakan, Yahya bin Sa’id dan Abdurraman bi Mahdiy menceritakan pada kami, mereka berkata: Sufyan menceritakan dari Habib bin Abi Tsabit, Abu al-Muthawwis menceritakan dari ayahnya dari Abu Hurairah, beliau berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: Siapa yang berbuka (tidak puasa) satu hari di bulan Ramadhan bukan karena rukhshah (keringanan) dan karena sakit, maka tidak cukup sebagai gantinya puasa satu tahun seluruhnya.
Abu Isa berkata tentang hadist Abu Hurairah (ini): Aku tidak mengetahuinya kecuali dengan wajah/sanad ini dan aku (imam at-Tirmidzi) telah mendengar bahwa Muhammad (Imam Abu 'Abdillah Muhammad bin Isma'il al-Bukhari) berkata: Abu al-Muthawwis namanya Yazid bin Muthawwis, saya tidak mengetahui hadistnya selain hadist ini.

Hadist yang semakna yaitu:
صحيح البخاري - (ج 7 / ص 21) بَاب إِذَا جَامَعَ فِي رَمَضَانَ وَيُذْكَرُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَلَا مَرَضٍ لَمْ يَقْضِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ وَإِنْ صَامَهُ وَبِهِ قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ وَقَالَ سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ وَالشَّعْبِيُّ وَابْنُ جُبَيْرٍ وَإِبْرَاهِيمُ وَقَتَادَةُ وَحَمَّادٌ يَقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ
Bab bila ... disebutkan dari Abi Hurairah, dia (al-Bukhari) memarfu’kannya: “Barangsiapa berbuka sehari di bulan Ramadhan bukan karena udzur dan sakit, maka puasa setahun tidak akan dapat mengganti jika mereka mempuasainya.” Dan darinya Ibn Mas’ud berkata dan Said bin al-Musayyid, dan asy-Sya’bi, Ibn Jubair, Ibrahim, Qatadah, Hammad berkata: Hendaklah dia mengqadha hari (yang ditinggalkannya) itu.
Dalam shahih Imam al-Bukhari (21/7) tanpa sanad, hadist seperti ini juga diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah (no. 198), Abu dawud (no.2397), Ibn Majah (no. 1672),

Perkataan Para Ahli Hadist:
1.         Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari (4/161) berkata bahwa Habib bin Abi Tsabit diperselisihkan dengan perselisihan yang banyak sekali. Hadist ini memiliki banyak kecacatan, kegoncangan, tidak diketahui keadaan Abu al-Muthawis, dan diragukan apakah ayahnya pernah berjumpa dan mendengar dari Abu Hurairah radlallahu ‘anhu.
2.         Ibn Khuzaimah berkata bahwa kalau memang hadist ini shahih, Abu al-Muthawwis maupun ayahnya tidak dikenalnya. Jadi Abu al-Muthawwis dan ayahnya adalah rawi yang majhul (tidak dikenal).

Kesimpulan:
Hadist-hadist ini (dari al-Muthawwis dan ayahnya) marfu’, tetapi tercatat kecacatannya, dan dhaif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar