Jumat, 08 Juli 2011

Fiqih Singkat Puasa Ramadhan


FIQIH SINGKAT SHIYAM/PUASA RAMADHAN

Secara Istilah
Shiyam adalah menahan diri dari sesuatu yang khusus (yaitu hal-hal yang membatalkan seperti makan dan minum, jima, muntah disengaja) pada waktu yang khusus (yaitu dari fajar kedua sampai tenggelamya matahari) oleh orang yang khusus (yaitu muslim yang berakal, baligh, dan tidak dalam keadaan haid dan nifas (bagi wanita)) dan dengan cara khusus (seperti yang Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam contohkan)

Hukum Dan Keutamaan Shiyam Ramadhan
Hukumnya adalah wajib. Dasar al-Quran adalah surat al-Baqarah : 183) Dasar as-Sunah adalah:
1. يني الإسلام علي خمس: شهادة أن لا إله إلا الله و أن محمدا رسول الله, و إقام الصلاة, وإيتاء الزكاة, وحج البيت, وصوم رمضان
Islam dibangun di atas lima perkara, persaksian bahwa tak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji ke rumahku, dan berpuasa pada Ramadlan (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16, lafadz menurut Bukahri)

2. من صام رمضان إيمانا واحتسابا عفر له ما تقدم من ذنبه
Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap (pahala Allah) niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.(HR Bukhari no. 1901 dan Muslim no.760)   

 

Doa Menyambut Ramadhan

3. اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ
Ya Allah, terbitkanlah hilal itu kepada kami, dengan keberkahan, keimanan, keselamatan, dan keislaman. (Jadikanlah dia) hilal kebaikan dan petunjuk. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.(HR. Tirmidzi no. 142 dan Ahmad no. 162)

 

Bolehkah Puasa Sebelum Ramadhan ?

4. من صامَ الْيَومَ الَّذِي يَشُكُّ فِيهِ فَقَدْ عَصَي أَبَا الْقَاسِم
Barangsiapa puasa pada hari yang diragukan  sungguh ia telah durhaka kepada Abu al-Qasim (HR Bukhari no. 119, Abu Dawud no.3334, Tirmidzi no. 686) Yang dimaksud dengan hari yang diragukan adalah hari saat apakah hari itu sudah masuk Ramadlan atau belum/ tanggal 30 Sya’ban)

Kapan Mulai Puasa Ramadhan Dan Kapan Berhenti
5. لاَ تَصُومُوا حَتَّى تَرَوُا الْهِلاَلَ, وَلاَ تَفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ, فَاقْدُرُوا لَهُ.
Janganlah kamu puasa sampai engkau melihat hilal dan janganlah engkau berbuka sampai engkau melihatnya, tetapi bila tertutup awan, maka perkirakanlah. (HR Bukhari 4/106 dan Muslim no.1081)

Kapan Niat
6. مَن لَم يُجمعِ الصِيَامَ قَبلَ الفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ
Barangsiapa yang tidak mengumpulkan niat puasanya sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.(HR. Abu Dawud no. 2354, Ibn Khuzaimah no. 1933)

SAHUR
1.       Waktunya
Waktu sahur yang utama adalah beberap saat sebelum adzan subuh/fajar
2.      Keutamaan sahur
7. فصل ما بينا صيامنا و صيام أهل الكتاب أكله السحر
Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur. (HR. Muslim no. 1096)
8. إنها بركة أعطاكم الله إياها فلا تدعوه
Sesungguhnya ia (sahur) adalah barakah yang Allah berikan kepada kalian, maka jangan tinggalkan. (HR an-Nasa’i 4/245 Ahmad 5/270)

Pembatal Puasa
1.       Makan dan Minum dan infus
Dan makan dan minumlah sampai menjadi jelaslah bagi kalian benang putih dan benang hitam yaitu fajar kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam. (al-Baqarah:187)
9. إِذَا نَسِيَ فَأَكَلَ وَ شَرَبَ فَلْيَتِمْ صَوْمُهُ فَاِنَمَ أَطْعَمَهُ اللهُ وَ سَقَاهُ
Apabila seseorang lupa, lalu makan dan minum, hendklah ia menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya Allah telah memberi makan dan minum kepadanya.(HR Bukhari 4/135 dan Muslim no. 1155)
2.       Muntah dengan sengaja
10. مَن ذَرَعَهُ الْقَيْءَ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاء وَمَنِ اسْتَقَاءَ فَلْيِقْضِ
Barangsiapa mengeluarkan muntah, maka tidak ada qadha baginya dan barangsiapa sengaja muntah, maka hendaklah ia mengqadha. (HR. Abu Dawud 2/310, Tirmidzi 3/79, Ibn Majah 1/536, Ahmad 2/498)
3.       Haid dan nifas
Rasulullah bersabda,
11. َلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لمَْ تُصَلِّ وِ لَمْ تَصُمْ؟ قلن: بَلَي
Bukankah bila seorang wanita sedang haid dia tidak melakukan puasa?  Mereka menjawab, “Benar.” (HR Muslim no. 79 dan 80)
4.       Jima'
Maka sekarang campurilah mereka (istri-istrimu) dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam yaitu fajar.” (QS al-Baqarah: 187)
5.       Memasukkan air ke rongga mulut
Rasulullah bersabda kepada Laqith bi Shabrah
12. بَالِغْ فِي اْلاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ صَائِمًا
Dan bersungguh-sungguhlah dalam memasukkan air ke dalam hidung (ketika berwudlu), kecuali jika engkau dalam keadaan berpuasa.

Hal- Hal Yang Harus Ditinggalkan
1.       Perkataan bohong
13. مَن لَّمْ يَدَعْ قَوْلَ الزَّوْرِ وَ الْعَمَلِ بِهِ فَلَيِسَ للهِ عَزَّ وَجَلَّ حَاجَةً أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَ شَرَاَبهُ
Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan beramal dengannya, maka Allah Azza wa Jalla tidaklah butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya. (HR Bukhari 4/99)
2.       Senda gurau dan perkataan yang keji
14. Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda,” Bukanlah puasa itu menahan diri dari makan dan minum saja, akan tetapi puasa itu adalah menahan diri dari senda gurau dan perkara keji. Jika seseorang mencacimu atau bebuat sesuatu yang bodoh kepadamu, maka katakanlah,” Sungguh saya sedang puasa, aku sedang puasa”. (HR Ibn Khuzaimah no. 1996)

YANG MENDAPAT KERINGANAN – TIDAK PUASA
1.       Orang sakit dan musafir
ومن كان مريضًا أو على سفرٍ فعدَّةٌ من أيام أخرَ يريد الله بكمُ اليسرَ ولا يريد الله بكم العُسرَ
Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka), maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS: al-Baqarah: 185)
15. لَيْسَ مِنَ الْبِرِّ الصِّيَاُم فِي السَّفَرِ
Bukanlah termasuk kebaikan berpuasa di dalam safar. (HR Bukhari 4/161 dan Muslim no.1115)
2.       Wanita haid dan nifas
3.       Lelaki dan wanita yang lemah atau tua
Abdullah bin Abbas setelah membaca ayat,
16. وعلى الذين يُطِيقُونَهُ فِديَةٌ طَعَامُ مِسكينٍ
Dan bagi yang payah /berat mengerjakannya (puasa), wajib mengeluarkan fidyah kepada seorang miskin (QS al-Baqarah: 185), ia mengatakan, “Dia adalah orang tua renta yang tidak lagi mampu berpuasa, maka dia berbuka dan memberi makan pada tiap harinya satu orang miskin dengan setengah sha biji gandum. (HR. Bukhari no. 4505)
4.       Wanita hamil dan menyusui
Dari Anas bin Malik (termasuk Bani Abdullah bin Ka’b dan bukannya Anas bin Malik al Anshari) mengatakan,
17. إن الله وَضَعَ عَنِ المُسَافِرِ الصَّوْمَ وَشَطْرَ الصَّلاَةِ, وَ عَلَي الحُبلَى وَ المُرْضِعِ الصَّومَ … sesungguhnya Allah menggugurkan atas musafir berpuasa dan mengqashar shalat, dan menggugurkan atas wanita hamil dan menyusui dari berpuasa … (HR Tirmidzi no. 715, an-Nasa’I 4/180 dan Abu Dawud no. 2408). Sedangkan melaksanakan/mengambil keringanan yang Allah berikan lebih disukai oleh Allah swt. Seperti sabda Nabi,
18. إنَّ الله يُحِبُّ أنْ تُؤْتِيَ رُخْصَهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ تُؤْتِيَ مَعْصِيَتَهُ
Sesungguhnya Allah menyukai apabila keringannya dilaksanakan, sebagaimana Dia membenci jika perbuatan mendurhakai-Nya dilakukan.(HR Ahmad 2/108 dan Ibn Hibban no. 2742)

MENGGANTI PUASA, FIDYAH DAN DENDA
Bagi orang yang meninggalkan puasa (karena syar’i), sesuai ayat dan hadist di atas ada ketentuan
1.     Bagi orang yang masih mampu mengerjakan puasa, ia wajib mengganti sesuai dengan jumlah puasa yang ia tinggalkan pada hari lain. Bagi yang bepergian ia wajib menggantinya setelah ia kembali dan orang yang sakit apabila ia sudah sembuh.
2.     Bagi orang yang diperkirakan tidak mampu berpuasa ia wajib membayar fidyah.
3.     Bagi yang jima’ pada siang Ramadlan ia sungguh harus menjalankan puasa yang ia tinggal dan membayar kafarah yaitu dengan memerdekakan seorang budak, kalau tidak mendapatkan, diwajibkan untuk puasa selama dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu cukup memberi makan (60) orang miskin.(Lih. HR Bukhari 11/516, Muslim no. 1111, Tirmidzi no 724)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar