Sabtu, 18 Oktober 2014

ATURAN BERCANDA????



ADAB-ADAB BERCANDA (1)
Oleh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd


 Bercanda kadang sangat diperlukan di saat pikiran mulai lelah, bosan dengan aktifitas sehari-hari, bosan dengan tugas dan berbagai tanggung jawab. Bercanda pun diperbolehkan kepada siapa saja, anak, istri, suami, mertua, saudara dan tetangga yang dekat maupun yang jauh. Namun begitu kita perlu memperhatikan adab-adab yang disampaikan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.

Bercanda itu mesti diniati dengan niat yang benar. Kita mesti berusaha agar bercanda tidak membuat kita jauh dari Allah, agama, dan surganya, tidak mendekatkan kita dengan azab, siksa dan neraka-Nya.
Bercanda itu sekedarnya saja dan semestinya tidak berlebihan. Karena kadang bercanda yang berlebihan bisa membuat martabat kita jatuh di depan orang banyak. Sebab terlalu banyak bercanda akan menjauhkan kehormatan dan kewibawaan seseorang
Bercanda itu semestinya hanya dengan orang yang senang bercanda. Karena ada orang yang memang lebih suka berbicara serius, juga karena ada orang yang memang tidak suka dengan cara kita bercanda.


Bercanda itu tidak dalam perkara-perkara yang serius. Sidang, rapat, musyawarah bukanlah saat dan tempat yang tepat untuk bercanda. Di antara adab bercabda adalah:
1.        Tidak menakut-nakuti dan tidak membuat terkejut orang lain saat bercanda.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ حَدَّثَنَا أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُمْ كَانُوا يَسِيرُونَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ فَانْطَلَقَ بَعْضُهُمْ إِلَى حَبْلٍ مَعَهُ فَأَخَذَهُ فَفَزِعَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
Dari ‘Abdurrahman bin Abu Laila, ia berkata, "Sahabat-sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam menceritakan padaku bahwa ketika mereka sedang berjalan di waktu malam bersama Rasulullah, seorang di antara mereka tertidur. Lalu seorang temannya beranjak dengan membawa tali kemudian menariknya sehingga orang yang tidur itu terkejut. Melihat hal itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 'Tidak diperbolehkan bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim lainnya'. " (Sunan Abu dawud)

2.        Tidak membuat kahawatir orang lain saat bercanda
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لَاعِبًا وَلَا جَادًّا وَقَالَ سُلَيْمَانُ لَعِبًا وَلَا جِدًّا وَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ فَلْيَرُدَّهَا
Dari ‘Abdulah bin as-Saib bin Yazid dari ayahnya dari kakeknya, bahwa ia mendengar Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam bersabda, "Janganlah seseorang di antara kalian mengambil perhiasan saudaranya, baik bercanda atau sungguh-sungguh. " Dalam satu riwayat, "...Bercanda atau sungguh-sungguh. Barangsiapa yang mengambil tongkat saudaranya, hendaknya ia mengembalikannya. (Sunan Abu Dawud)

3.        Tidak berdusta saat bercanda
عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
Dari Bahzi bin Hakim, ia berkata, “Ayahku bercerita kepadaku dari ayahnya, ia (Muawiyah bin Haidah ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 'Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya membuat orang lain tertawa dengan kebohongannya. Celakalah ia, celakalah ia'. "(Sunan Abu Dawud)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ الدِّمَشْقِيُّ أَبُو الْجَمَاهِرِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو كَعْبٍ أَيُّوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ السَّعْدِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ حَبِيبٍ الْمُحَارِبِيُّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
... dari Abi Umamah, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Aku menjamin sebuah surge di sekitar surge bagi orang yang meninggalkan debat walaupun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tenga surga bagi yang meninggaklan dusta meskipun ia sedang bercanda, dan istana di atas surga bagi orang yang baik akhlaknya. (Sunan Abu Dawud)

4.        Tidak mempermainkan ayat-ayat al-Quran untuk bercanda
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آَيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ [الأنعام/68]
Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar