Siapakah Wali Allah itu?
oleh Sugiyanta, S.Ag, M.Pd
Bunga di Tepi Jalan Alangkah Indahnya - Diambil di Kenangan Pelabuhan Tanjung Harapan Penajam Paser Utara Kalimantan Timur 15 Januari 2012
Seorang Ulama Besar –
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, yang hidup pada tahun 1307 – 1376
Hijriah, menulis kitab yang indah berjudul Bahjatu Qulub al-Abraar wa Qurratu
‘Uyuuni al-Akhyaari fi Syarhi Jawami’ al-Akhbaar mengulas tuntas siapakah wali Allah itu. Berikut adalah ringkasan tulisan beliau rahimahullah.
Beliau mengawalinya dengan membawakan hadist berikut:
صحيح
البخاري - (ج 20 / ص 158)
حَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ كَرَامَةَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ حَدَّثَنِي شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
أَبِي نَمِرٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Abu Hurairah
radliallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
bersabda: “
إِنَّ
اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
Sesungguhnya
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa memusuhi wali (penolong) Ku, sungguh Aku
telah mengumumkan perang kepadanya.
Dalam hadist ini, Allah subhanahu wa ta’ala
mengabarkan bahwa siapapun yang memusuhi para penolong Allah berarti dia juga
memusuhi Allah. Siapapun yang menancapkan permusuhan kepada Allah ta’ala,
pastilah Allah akan mencampakkannya.
Selanjutnya, Allah menjelaskan sifat para wali atau
penolong Allah dengan sifat yang sempurna.
وَمَا
تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ
Dan hamba-Ku
tidak mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang Aku sukai daripada
daripada dengan apa saja yang Aku wajibkan kepadanya.
Jadi wali Allah adalah orang-orang yang selalu
mendekatkan diri kepada Allah ta’ala pertama-tama dengan menjalankan
kewajiban-kewajiban seperti shalat fardlu, puasa Ramadhan, Zakat harta benda
juga zakat fithri, amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan
mencegah kejahatan), jihad, juga menjalankan seluruh hak Allah subhanahu wa ta’ala,
serta hak-hak para hamba yang wajib ia kerjakan.
وَمَا
يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
Hamba-Ku akan
senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah tambahan sampai aku
mencintainya.
Wali Allah adalah orang-orang yang selalu mendekatkan
diri kepada Allah ta’ala juga dengan menjalankan amalan-amalan utama sebagai
pelengkap bagi amalan wajb dan menyempurnakan pahalanya. Seperti shalat
rawatib, shalat lail atau shalat malam, juga shalat sunnah yang lain, demikian
juga puasa-puasa sunnah.
فَإِذَا
أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ
Dan bila Aku
mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar.
وَبَصَرَهُ
الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ
Aku menjadi
penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat.
وَيَدَهُ
الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا
Dan Aku menjadi
tangannya yang dia gunakan untuk memegang
وَرِجْلَهُ
الَّتِي يَمْشِي بِهَا و
Dan Aku menjadi
kakinya yang dia gunakan untuk berjalan
Jadi wali Allah adalah orang-orang yang senantiasa
mengerjakan ibadah-ibadah fardlu juga ibadah-ibadah sunnah. Karenanya Allah
ta’ala menjadikannya penolong atau wali, Allah mencintai mereka, dan memudahkan
segala urusannya yang digunakan untuk mencapai ridlo-Nya subhanahu wa ta’ala,
Allah suhanahu wa ta’ala juga memberikan taufik dan ketepatan dalam segala
geraknya. Jika mendengar, mereka mendengar karena Allah, jika mereka memadang,
maka pandangannya itupun untuk menggapai ridlo Allah ta’ala. Segala perbuatannya
di muka bumi dilakukan demi ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
وَإِنْ
سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ
Dan jika ia memohon, Aku pasti memberinya
وَلَئِنْ
اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
Dan jika ia minta perlindungan, Aku pasti
melindunginya
Sungguh bagi para penolong Allah itu, Allah subhanahu
wa ta’ala telah menjanjikan – bahwa doa-doanya adalah doa yang mustajab (selalu dikabulkan) dan juga
perlindungan
وَمَا
تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ
الْمَوْتَ
Dan Aku tidak melakukan sesuatu yang paling bimbang
selain mencabut nyawa seorang mukmin, yang mana ia membenci kematian
وَأَنَا
أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ
Dan Aku membenci menyakitinya.
Dan Allah subhanahu wa ta’ala pun berlaku lemah lembut
kepada mereka, para wali atau penolong Allah. Allah tidak suka menyakitinya.
Bahkan andai Allah ta’ala tidak memutuskan adanya kematian di kalangan hamba,
niscaya Allah subhanahu wa ta’ala menyelamatkan para wali-Nya dari kematian.
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا
يَتَّقُونَ [يونس/62، 63]
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu
orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.
Jadi setiap orang beriman dan bertakwa, adalah wali
bagi Allah. Karena keimanan mencakup aqidah, amalan-amalan hati dan seluruh
anggota tubuh, sedangkan ketakwaan terwujud dengan meninggalkan segala bentuk
yang diharamkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar