MENJAMAK DUA SHALAT
Oleh: Sugiyanta,
S.Ag, M.Pd
Pengertian
Yang dimaksud menjamak dua shalat
dalam tulissan ini adalah menggabungkan dua shalat yaitu shalat dzuhur dengan
shalat asyar atau shalat maghrib dengan shalat isya’.
Kapan diperbolehkan menjamak dua shalat?
1.
Saat dalam perjalanan
a.
Caranya
Kita diperbolehkan menjamak shalat saat akan berangkat
melakukan perjalanan, maupun saat melakukan perjalanan.
Hadist pertama
صحيح البخاري - (ج 4 / ص 263) 1044 - حَدَّثَنَا حَسَّانُ الْوَاسِطِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا الْمُفَضَّلُ
بْنُ فَضَالَةَ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ إِلَى وَقْتِ
الْعَصْرِ ثُمَّ يَجْمَعُ بَيْنَهُمَا وَإِذَا زَاغَتْ صَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ
رَكِبَ
Shahih al-Bukhari (4/263) … dari
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Dahulu Nabi shalallahu ‘alaihi
wa salam bila akan bepergian sebelum matahari bergeser (ke arah barat), mengakhirkan
shalat dzuhur hingga waktu ‘asyar kemudian menggabungkan/menjamak keduanya dan
bila (matahari) sudah bergeser (kea rah barat), beliau mengerjakan shalat
dzuhur lalu berangkat.
Faidah hadist
1)
Bila bepergian sebelum memasuki waktu shalat
dzuhur, Rasulullah mengerjakan shalat dzuhur dijamak dengan shalat asyar pada
waktu shalat asyar telah tiba. Inilah yang disebut jamak ta’khir.
2)
Bila bepergian sesuah waktu zhuhur, Rasulullah
mengerjakan shalat dzuhur dulu lalu berangkat.
Hadist kedua
سنن
أبي داود - (ج 3 / ص 456) 1031 - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ
عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ عَامِرِ بْنِ وَاثِلَةَ عَنْ
مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ
تَزِيغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ حَتَّى يَجْمَعَهَا إِلَى الْعَصْرِ
فَيُصَلِّيَهُمَا جَمِيعًا وَإِذَا ارْتَحَلَ بَعْدَ زَيْغِ الشَّمْسِ صَلَّى
الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا ثُمَّ سَارَ وَكَانَ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ الْمَغْرِبَ
أَخَّرَ الْمَغْرِبَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْعِشَاءِ وَإِذَا ارْتَحَلَ
بَعْدَ الْمَغْرِبِ عَجَّلَ الْعِشَاءَ فَصَلَّاهَا مَعَ الْمَغْرِبِ
Sunan Abu dawud (3/456) … dari
Mu’adz bin Jabal, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam dahulu pada perang Tabuk,
bila akan bepergian sebelum sebelum matahari bergeser (ke arah barat),
mengakhirkan shalat dzuhur hingga menjamaknya dengan shalat ‘ashar, maka beliau
menjalankan shalat keduanya (shalat dzuhur dan ‘ashar) secara jama’, dan bila akan
berangkat setelah matahari condong (ke barat), beliau shalat dzuhur dan ‘ashar
secara jamak lalu berangkat. Dahulu bila berangkat sebelum waktu maghrib,
beliau menunda shalar maghrib hingga beliau mengerjakannya dengan shalat ‘isya,
dan bila berangkat setelah waktu maghrib, beliau memajukan shalat isya’, dan
mengerjakannya bersama shalat maghrib.
Faidah hadist:
1)
Bila bepergian sebelum waktu dzuhur tiba,
Rasulullah menjamak shalat dzuhur dan asyar pada waktu shalat ‘asyar tiba
(jamak ta’khir)
2)
Bila bepergian sesudah waktu duzhur tiba,
Rasulullah menjamak shalat dzhuhr dan ‘ashar pada waktu shalat dzuhur (jamak taqdim)
3)
Bila bepergian sebelum waktu mahgrib tiba,
Rasulullah menjamak shalat maghrib dan isya pada waktu shalat ‘isya tiba (jamak
ta’khir)
4)
Bila bepergian sesudah waktu maghrib tiba,
Rasulullah menjamak shalat maghrib dan ‘isya pada waktu shalat maghrib (jamak
taqdim)
b.
Seberapa jauh perjalanan yang dibolehkan
kita menjamak shalat
Barangkali batasan perjalanan dibolehkannya menjamak dua
shalat, sama dengan batasan perjalanan dibolehkannya meringkas atau qashr
shalat.
Hadist ketiga
صحيح
البخاري – (ج 6 / ص 191) 1600 – حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ
أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ: صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ بِالْمَدِينَةِ أَرْبَعًا وَالْعَصْرَ بِذِي
الْحُلَيْفَةِ رَكْعَتَيْنِ
Shahih al-Bukhari (6/191) … dari
Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam
shalat dzuhur di Madinah empat rakaat dan shalat ‘ashar di Dzul Hulaifah dua
rakaat.
Faidah hadist
Pada saat melakukan suatu
perjalanan, Rasulullah mengerjakan shalat dzuhur empat rakaat ketika masih di
Madinah, tetapi saat sampai Dzul Hulaifah, Rasulullah telah mengqashar atau meringkas
shalat ashar menjadi dua rakaat. Padahal kita maklumi, jarak antara kedua kota
tersebut hanya 3 mil saja.
2.
Saat hujan
‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu
‘ahuma menyatakan bahwa bila penguasa/pemimpin minta untuk menjamak shalat
karena hujan, maka hendaknya kita menjamak shalat bersama dengan mereka. Pada
zaman Ibn ‘Umar radliallahu ‘anhuma, para penguasa geburnur, para hakim, dan
lainnya memang menjalankan shalat jamaah di masjid, tidak seperti di negeri ini
sekarang.
Hadist keempat
موطأ
مالك - (ج 1 / ص 436) 301 - و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ
بْنَ عُمَرَ
كَانَ
إِذَا جَمَعَ الْأُمَرَاءُ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ فِي الْمَطَرِ جَمَعَ
مَعَهُمْ
Muwatha Malik (1/436) … dan Malik memceritakan
kepada kami dari Nafi’ bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar, dahulu bila para penguasa
menjamak shalat Maghrib dan ‘Isya pada hari hujan, berjamaah bersama mereka.
Faidah hadist:
Pada zaman ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu
‘anhuma, ia mengikuti kebiasaan para penguasa yang menjamak shalat maghrib dan
‘isya di masjid bila hari sedang hujan.
Hadist kelima
مصنف
عبد الرزاق - (ج 2 / ص 556) عبد الرزاق عن إبراهيم بن محمد عن
صفوان بن سليم قال: جمع عمر بن الخطاب بين الظهر والعصر في يوم مطير.
Mushnaf ‘Abdur-Razaq (2/556) …
dari Shufyan bin Salim, ia berkata, “’Umar bin al-Khaththab menjamak shalat
dzuhur dan ‘asyar pada saat hari hujan.
Faidah hadist:
‘Umar bin al-Khaththab
radliallahu ‘anhu bila hari hujan menjama shalat dzuhur dan ‘asyar.
Hadist keenam
سنن أبي داود - (ج 3 / ص 450) 1025 - حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو
مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ سَعِيدِ
بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ
وَالْعِشَاءِ بِالْمَدِينَةِ مِنْ غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ. فَقِيلَ لِابْنِ عَبَّاسٍ مَا
أَرَادَ إِلَى ذَلِكَ قَالَ أَرَادَ أَنْ لَا يُحْرِجَ أُمَّتَهُ
Sunan Abu Dawud (3/450) … dari
Ibn ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam menjamak antara
shalat dzuhur dan ‘asyar, dan shalat maghrib dan ‘isya di Madinah bukan karena
rasa takut dan hujan. Ketika ditanyakan kepada Ibn ‘Abbas, “Mengapa Beliau
melakukan begitu?” Ia menjawab, “Beliau melakukan begitu agar tidak memberatkan
umatnya.””
Faidah hadist
Rasulullah pernah menjamak shalat
walaupun tidak sedang bepergian, juga walaupun sedang tidak hujan, dan tidak
dalam rasa takut. Berdasarkan hadist ini - bukan karena rasa takut dan hujan –
kita mengetahui bahwa pada zaman Nabi, bila hujan Rasulullah dan para
shabatanya sudah biasa menjamak shalat.
Catatan khusus dalam hal ini:
Menjamak shalat karena hujan,
hanya diperbolehkan bila shalat dilakukan secara berjamaah di masjid
berdasarkan hadist Ibn ‘Umar di atas. Adapun bila tidak berjamaah di masjid,
kebolehan menjamak shalat menjadi gugur. Wallahu a’lam.
3.
Saat menghadapi keadaan yang menakutkan, udzur
dan memiliki kepentingan yang tidak bias ditinggalkan.
Perahatikan sekali lagi hadist
berikut:
سنن أبي داود - (ج 3 / ص 450) 1025 - حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو
مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ سَعِيدِ
بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ
وَالْعِشَاءِ بِالْمَدِينَةِ مِنْ غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ. فَقِيلَ لِابْنِ عَبَّاسٍ مَا
أَرَادَ إِلَى ذَلِكَ قَالَ أَرَادَ أَنْ لَا يُحْرِجَ أُمَّتَهُ
Sunan Abu Dawud (3/450) … dari
Ibn ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam menjamak antara
shalat dzuhur dan ‘asyar, dan shalat maghrib dan ‘isya di Madinah bukan karena
rasa takut dan hujan. Ketika ditanyakan kepada Ibn ‘Abbas, “Mengapa Beliau
melakukan begitu?” Ia menjawab, “Beliau melakukan begitu agar tidak memberatkan
umatnya.””
“Beliau melakukan begitu agar
tidak memberatkan umatnya” adalah ungkapan untuk memberikan keringanan
kepada kaum muslimin yang memiliki udzur, dan bukan ungkapan untuk orang-orang
yang tidak memiliki udzur.
4.
Saat sedang sakit
Orang yang sakit boleh menjamak
dua shalat, yaituorang yang merasa kesulitan utuk mengerjakan tiap-tiap shalat
tepat pada waktunya. Contoh dalam hal ini adalah Hamnah binti Jahsi radliallahu
‘anha saat ia megalami istihadhah yang sangat parah.
Hadist ketujuh
سنن
أبي داود - (ج 1 / ص 358) 248 - حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَغَيْرُهُ قَالَا
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ
مُحَمَّدِ بْنِ طَلْحَةَ عَنْ عَمِّهِ عِمْرَانَ بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أُمِّهِ
حَمْنَةَ بِنْتِ جَحْشٍ قَالَتْ … قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ … وَإِنْ
قَوِيتِ عَلَى أَنْ تُؤَخِّرِي الظُّهْرَ وَتُعَجِّلِي الْعَصْرَ فَتَغْتَسِلِينَ
وَتَجْمَعِينَ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَتُؤَخِّرِينَ
الْمَغْرِبَ وَتُعَجِّلِينَ الْعِشَاءَ ثُمَّ تَغْتَسِلِينَ وَتَجْمَعِينَ بَيْنَ
الصَّلَاتَيْنِ …
Sunan Abu Dawud (1/359) … dari
Hamnah binti Jahsi … Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersanda, “… jika
kamu mampu mengakhirkan shalat dzuhur dan menyegerakan shalat ‘ashar, kemudian
engkau mandi (seperti mandi junub) dan menjamak antara kedua shalat dzuhur dan
‘ashar, dan mengakhirkan shalat maghrib dan menyegerakan shalat ‘isya lalu
mandi dan menjamak dua shalat itu, …
Bagaimana Cara Menjamak Dua
Shalat?
1.
Menggabungkan dua shalat yaitu dzuhur
dengan ‘ashar dan maghrib dan ‘isya
Yaitu dengan mengerjakan 4 rakaat shalat dzuhur lalu
mengerjakan 4 rakaat ‘ashar, atau 3 rakaat maghrib dan 4 rakaat ‘isya secara
sempurna.
Hadist kedelapan
صحيح
البخاري - (ج 2 / ص 374) 510 - حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ
هُوَ ابْنُ زَيْدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى بِالْمَدِينَةِ سَبْعًا وَثَمَانِيًا الظُّهْرَ
وَالْعَصْرَ وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ
Shahih al-Bukhari (2/374) … dari Ibn ‘Abbas bahwa Nabi
shalallahu ‘alaihi wa salam shalat di Madinah tujuh dan delapan rakaat – dzuhur
dan asyar, dan maghrib dab ‘isya,
Faidah hadist
Rasulullah pernah menjamak dua shalat
di Madinah (berarti tidak sedang bepergian) – dzuhur dan ‘ashar dengan delapan
rakaat, dan maghrib dan ‘isya dengan 7 rakaat. Dalam artian bahwa beliau
mengerjakan shalat dzuhur empat rakaat ditutup dengan salam dilanjutkan dengna
mengerjakan shalat ‘ashar empat rakaat juga.
2.
Jamak Taqdim
Yaitu menggabung dua shalat yang dikerjakan ketika
memasuki waktu shalat yang lebih dulu, yaitu waktu shalat dzuhur atau shalat
maghrib
3.
Jamak Ta’khir
Yaitu menggabung dua shalat yang dikerjakan ketika
memasuki waktu shalat yang akhir, yaitu shalat ‘ashar atau shalat ‘isya
4.
Bila shalat dilakukan secara berjamaah, atau
berjamaah di masjid seperti karena hari sedang hujan
a.
dikumandangkan sekali adzan saja
b.
dikumandangkan dua iqamah
c.
tidak mengerjakan shalat sunnat antara keduanya
Hadist kesembilan
سنن
أبي داود - (ج 5 / ص 259) 1629 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ يَعْنِي ابْنَ بِلَالٍ ح و حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ الْمَعْنَى وَاحِدٌ عَنْ جَعْفَرِ
بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ بِأَذَانٍ وَاحِدٍ بِعَرَفَةَ
وَلَمْ يُسَبِّحْ بَيْنَهُمَا وَإِقَامَتَيْنِ وَصَلَّى الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ
بِجَمْعٍ بِأَذَانٍ وَاحِدٍ وَإِقَامَتَيْنِ وَلَمْ يُسَبِّحْ بَيْنَهُمَا
Sunan Abu Dawud (5/259) … dari
Ja’far bin Muhammad dari ayahnya bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam
mengerjakan shalat dzuhur dan ‘ashar dengan sekali adzan di Arafah, dan tidak
mengerjakan shalat di antara keduanya, dan (dengan) dua iqamat, dan beliau
mengerjakan shalat maghrib dan ‘isya secara jamak dengan sekali adzan dan dua
iqamat dan tidak mengerjakan shalat sunat di antara keduanya.
Faidah hadist:
Rasulullah dan para sahabat saat
menunaikan ibadah haji saat di ‘Arafah menjamak dua shalat dengan
mengumandangkan sekali adzan dan dua kali iqamat, yaitu iqamat lalu
dzuhur/maghrib, lalu iqamat lagi lalu mengerjakan ‘ashar/‘isya, beliau juga
tidak mengerjakan shalat sunat di antara keduanya.
Catatan penting: Adzan
disunnahkan tetap dikumandangkan walaupun seseorang shalat sendirian, demikian
juga iqamah
Ditulis pada hari Ahad, 31 Maret
2013 di Kampunng Paras RT/RW: 54/27 Banjarasri Kalibawang Kulon Progo DIY