Shalat Tarawih pada Zaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Salam
0leh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd
A. Pendahuluan
إِنَّ
رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ
وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ
وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا
تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآَنِ
[المزمل/20]
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat
malam) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan
(demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah
menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali
tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Quran.
B. Nama Tarawih pada
Era Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam
Shalat tarawih pada zaman Rasulullah lebih sering disebut qiyamu
ramadhan, qiyamul-lail fi ramadhan, sering juga shalatul lail fi
ramadhan. Dan nama itu selalu digunakan sejak zaman Nabi, para sahabat
radliallahu ‘anhu, para tabiin (para pengikut para sahabat), juga para
pengikutnya lagi.
Baru pada masa Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi‘i bin
as-Saib bin ‘Ubayd bin ‘Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf
bin Qushay atau yang lebih dikenal dengan Imam asy-Syafi’i (wafat tahun 204 H),
kata tarawih dipakai beliau dalam kitabnya al-Umm untuk menyebut shalat malam
pada Ramadhan tersebut. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim lalu memakai kata tarawih
untuk menyebut shalat malam pada Ramadhan.
C. Renungan
…
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ
بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ
فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ
وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي
أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ
عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً
أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ
الْبِدْعَةُ هَذِهِ وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي
يَقُومُونَ يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ
Dan dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az-Zubair
dari 'Abdurrahman bin 'Abdul Qariy bahwa dia berkata; "Aku keluar
bersama 'Umar bin al-Khaththob radliallahu 'anhu pada malam Ramadhan menuju
masjid, ternyata orang-orang shalat berkelompok-kelompok secara terpisah-pisah,
ada yang shalat sendiri dan ada seorang yang shalat diikuti oleh ma'mum yang jumlahnya
kurang dari sepuluh orang. Maka 'Umar berkata: "Aku pikir seandainya
mereka semuanya shalat berjama'ah dengan dipimpin satu orang imam, itu lebih
baik". Kemudian Umar memantapkan keinginannya itu lalu mengumpulkan mereka
dalam satu jama'ah yang dipimpin oleh Ubbay bin Ka'ab. Kemudian aku keluar lagi
bersamanya pada malam yang lain dan ternyata orang-orang shalat dalam satu
jama'ah dengan dipimpin seorang imam, lalu 'Umar berkata: "Sebaik-baiknya
bid'ah adalah ini. Dan mereka yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik
daripada yang shalat awal malam, yang ia maksudkan untuk mendirikan shalat di
akhir malam, sedangkan orang-orang secara umum melakukan shalat pada awal
malam. (Shahih al-Bukhari)
Faidah hadist:
1.
Suatu
kali pada awal-awal Ramadhan, pada masa kekhalifahannya, ‘Umar bin al-Khaththab
keluar rumah dan menyaksikan orang-orang shalat tarawih di masjid dengan
berjamaah tetapi terdiri dari beberapa rombongan jamaah kecil-kecil. Ia lalu
memerintahkan agar tarawih diselenggarakan dengan satu jamaah besar di masjid
tersebut dengan satu imam.
2.
Hal
tersebut dikatakannya dengan sebaik-baik bidah
3.
Beliau
menyatakan bahwa shalat di akhir malam lebih baik daripada di awal
4.
Tetapi
khalayak menjalankan di awal malam
Arti “sebaik-baik bid’ah adalah ini”?
Umar bin al-Khaththab mengatakan “sebaik-baik
bi’ah. Yang menjadi pertanyaan adalah perbuatan apa yang dianggap bid’ah itu.
1.
Apakah Rasulullah tidak menyuruh mengerjakan
shalat tarawih?
2.
Apakah Rasulullah melakukan shalat tarawih?
3.
Mengapa Rasulullah tidak shalat tarawih sebulan
penuh?
4.
Bagian malam yang mana Rasulullah mengerjakan
shalat tarawih?
5.
Apakah Rasulullah melakukan shalat tarawih
berjamaah?
6.
Bagaimana cara Rasulullah mengerjakan shalat
tarawih dan Berapa rakaat Rasulullah mengerjakan shalat tarawih?
7.
Apakah Rasulullah shalat tarawih di masjid?
8.
Berapa rakaat ‘Umar bin al-Khaththab
mengerjakan shalat tarawih?
D. Menjawab
beberapa pertanyaan di atas.
1. Ternyata
Rasulullah Menyuruh Umat untuk Mengerjakan Shalat Tarawih
(Hadist ke-1)
…
عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ لِرَمَضَانَ مَنْ قَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
… 'Uqail dari Ibnu Syihab berkata,
telah mengabarkan kepada saya Abu Salamah bahwa Abu Hurairah radliallahu 'anhu
berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata tentang bulan
Ramadhan: "Barangsiapa yang menegakkannya karena iman kepada Allah dan
mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah
dikerjakannya". (Shahih al-Bukhari)
(Hadist ke-2)
أَبَا
سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَقَالَ
شَهْرٌ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَسَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ فَمَنْ
صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ
وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Dari Abu Salamah bin Abdurrahman, dari ayahnya, bahwa
Rasulullah shalallahu ’alaihi wa salam mengingatkan bulan Ramadhan, maka beliau
bersabda, "Bulan saat Allah mewajibkan atas kamu berpuasa dan aku sunahkan
berdirinya kepadamu, maka barangsiapa yang berpuasa dan shalat malam karena
iman dan mengharap pahala, ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari ketika
ibunya melahirkannya." (Sunan Ibn Majah)
Faidah hadist:
1.
Bulan
Ramadhan adalah bulan Allah mewajibkan puasa di dalamnya dan menyunahkan shalat
malam di dalamnya
2.
Barangsiapa
berpuasa dan shalat malam pada bulan Ramadhan karena keimanan mengharap pahala,
dosa-dosanya masa lalu diampuni, seperti pada hari ibunya melahirkannya
2. Ternyata Rasulullah
juga Mengerjakan Shalat Tarawih pada Ramadhan
(Hadist ke-3)
…
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ
… dari 'Urwah bin Az Zubair dari
'Aisyah radliallahu 'anha isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendirikan shalat. Dan itu pada bulan
Ramadhan. (Shahih al-Bukhari)
Faidah Hadist:
Rasulullah mengerjakan shalat malam
yang tidak biasa, yang dikerjakan di masjid dengan cara berjamaah pada bulan
Ramadhan, berbeda dengan shalat malam pada bulan lainnya yang dikerjakan di
rumah beliau atau rumah para istrinya sendiri
3. Mengapa Rasulullah
tidak mengerjakan shalat tarawih sebulan penuh?
a. Rasulullah ternyata pernah shalat tarawih
pada awal bulan Ramadhan
(Hadist ke-4)
…أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مِنْ جَوْفِ
اللَّيْلِ فَصَلَّى فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى رِجَالٌ بِصَلَاتِهِ فَأَصْبَحَ
النَّاسُ يَتَحَدَّثُونَ بِذَلِكَ فَاجْتَمَعَ أَكْثَرُ مِنْهُمْ فَخَرَجَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي اللَّيْلَةِ الثَّانِيَةِ
فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ فَأَصْبَحَ النَّاسُ يَذْكُرُونَ ذَلِكَ فَكَثُرَ أَهْلُ
الْمَسْجِدِ مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ فَخَرَجَ فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ
فَلَمَّا كَانَتْ اللَّيْلَةُ الرَّابِعَةُ عَجَزَ الْمَسْجِدُ عَنْ أَهْلِهِ
فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَطَفِقَ رِجَالٌ مِنْهُمْ يَقُولُونَ الصَّلَاةَ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى خَرَجَ لِصَلَاةِ
الْفَجْرِ فَلَمَّا قَضَى الْفَجْرَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ ثُمَّ تَشَهَّدَ
فَقَالَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَيَّ شَأْنُكُمْ اللَّيْلَةَ
وَلَكِنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ صَلَاةُ اللَّيْلِ فَتَعْجِزُوا
عَنْهَا. و في رواية: و ذلك في رمضان
… bahwa Aisyah
mengabarkan, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam keluar di tengah
malam lalu shalat di masjid, maka orang-orang turut shalat bersama beliau.
Paginya orang-orang membicarakan hal itu, maka orang-orang berkumpul lebih
banyak, kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam keluar ke masjid pada
malam kedua itu, lalu mereka shalat bersama beliau. Esok paginya orang-orang
menuturkan hal itu, sehingga pada malam ketiga banyak sekali orang-orang yang
datang. Kemudian mereka shalat bersama beliau. Ketika tiba malam keempat
orang-orang tidak tertampung di masjid (karena sangat banyak). Namun Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam tidak keluar sampai ada beberapa orang mulai
berseru, "Shalat!" Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam masih
saja tidak keluar kepada mereka, dan beliau baru keluar untuk shalat Subuh.
Setelah shalat Subuh beliau menghadap kepada para jamaah lalu mengucapkan
syahadat dan kemudian bersabda, "Aku tahu apa yang kalian lakukan tadi
malam, tetapi aku kawalir kalau shalat sunah di malam Ramadhan itu diwajibkan
kepada kalian, yang akhirnya kalian tidak mampu melaksanakannya." Menurut
riwayat lain, hal itu terjadi di malam Ramadhan. {Muslim 2/173}
Faidah hadist:
1.
Rasulullah
melaksanakan shalat tarawih sejak malam pertama Ramadhan
2.
Suatu
kali pada awal Ramadhan shalat tarawih di masjid, sehingga orang-orang yang
sedang di masjid ikut shalat tarawih berjamaah bersama beliau, lalu para
sahabat memperbincangkannya satu sama lainnya.
3.
Sehingga
pada malam kedua lebih banyak orang shalat tarawih berjamaah bersama
Rasulullah.
4.
Malam
ketiga pun semakin banyak orang yang shalat tarawih berjamaah bersama
Rasulullah.
5.
Malam
keempat semakin banyak orang yang ingin shalat tarawih bersama Rasulullah,
tetapi ternyata Rasulullah tidak keluar rumah menuju masjid melaksanakan shalat
tarawih.
6.
Ternyata
alasan beliau tidak menghadiri shalat tarawih pada malam itu adalah bahwa
Rasulullah tidak mau shalat tarawih dianggap wajib oleh para sahabat beliau.
(Hadist ke-5)
…عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ
صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ
الثَّالِثَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ
يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ
عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ
Dari Aisyah istri
Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam
mengerjakan shalat di masjid, lalu orang-orang juga turut mengikuti shalat
beliau. Besok malamnya beliau shalat lagi, dan orang-orang yang mengikutinya
semakin bertambah banyak. Selanjutnya pada malam ketiga, orang-orang sudah
berkumpul, tetapi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tidak keluar. Pada
pagi harinya beliau bersabda, "Aku mengetahui apa-apa yang kalian lakukan
semalam, dan tidak ada sesuatupun yang menghalangiku untuk keluar, hanya saja
aku khawatir jika shalat itu (shalat malam) difardhukan atasmu nanti."
Kejadian itu terjadi pada bulan Ramadhan. (Sunan Abu Dawud)
b.
Rasulullah ternyata juga shalat tarawih pada akhir-akhir bulan Ramadhan
(Hadist ke-6)
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ صُمْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَمَضَانَ فَلَمْ يَقُمْ بِنَا شَيْئًا مِنْ
الشَّهْرِ حَتَّى بَقِيَ سَبْعٌ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ
فَلَمَّا كَانَتْ السَّادِسَةُ لَمْ يَقُمْ بِنَا فَلَمَّا كَانَتْ الْخَامِسَةُ
قَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ
نَفَّلْتَنَا قِيَامَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ قَالَ فَقَالَ إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا
صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ قَالَ
فَلَمَّا كَانَتْ الرَّابِعَةُ لَمْ يَقُمْ فَلَمَّا كَانَتْ الثَّالِثَةُ جَمَعَ
أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ وَالنَّاسَ فَقَامَ بِنَا حَتَّى خَشِينَا أَنْ يَفُوتَنَا
الْفَلَاحُ قَالَ قُلْتُ وَمَا الْفَلَاحُ قَالَ السُّحُورُ ثُمَّ لَمْ يَقُمْ
بِقِيَّةَ الشَّهْرِ
Dari Abu Dzar, dia
berkata, "Kami pernah berpuasa Ramadhan bersama Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salam, belau tidak melakukan qiyamullail bersama kami sedikitpun
selama sebulan itu, sampai tinggal tujuh hari terakhir, baru beliau melakukan
qiyamullail bersama kami sampai berlalu sepertiga malam. Setelah malam keenam
(dari akhir bulan), beliau tidak melakukan qiyamullail bersama kami. Ketika
malam kelima (dari akhir bulan) beliau melakukan qiyamullail bersama kami
hingga berlalu tengah malam.” Maka aku berkata, "Wahai Rasulullah,
alangkah baiknya jika engkau melakukan qiyamullail pada malam ini dengan
memperbanyak shalat sunnah untuk kami. " Kata Abu Dzar, "Beliau
bersabda, “Sesungguhnya seorang laki-laki apabila mengerjakan shalat bersama
imam sampai imam selesai, maka dihitung baginya seperti bangun semalam
penuh.'" Katanya, "Ketika malam keempat (dari akhir bulan), beliau
tidak melakukan qiyamullail (bersama kami). Setelah malam ketiga (dari akhir
bulan), beliau mengumpulkan keluarganya, istri-istrinya dan orang-orang, lain melakukan
qiyamullail bersama kami, sampai kami khawatir ketinggalan al-falaah.'"
Kata Jabir, "Aku bertanya, Apakah al-falaah itu?'" Jawab Abu Dzar,
"Waktu sahur, " kemudian beliau tidak lagi melakukan qiyamullail
(bersama kami) lagi pada malam berikutnya dari sisa bulan itu." (Sunan
Abu Dawud)
Faidah Hadist:
1.
Rasulullah
dan para sahabat melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan di masjid di pada
malam 23, 25, 27, dan 27 pada 1/3 malam awal
2.
Rasulullah
tidak ikut melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan di masjid di pada malam
24, 26, 28, 29.
3.
Pada
malam 25 Rasulullah bersama sahabat melaksanakan shalat malam hingga tengah
malam, akan tetapi sebagian sahabat, termasuk Abu Dzar, merasa kurang dan minta
Rasulullah untuk menambah shalat. Tetapi Rasulullah memberikan pengertian
cukuplah shalat malam yang dikerjakan imam, karena pahala shalat malam Ramadhan
bersama dengan imam sampai selesai berpahala seperti shalat sunat semalam
suntuk.
4.
Pada
malam 27 Rasulullah mengajak semua istri, keluarganya, dan semua orang muslimin
untuk shalat malam berjamaah di masjid.
(Hadist ke-7)
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَشَدَّ
الْمِئْزَرَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Dari Aisyah, bahwa
apabila sepuluh malam akhir telah masuk, maka Rasulullah bangun malam,
mengencangkan ikat pinggang, dan membangunkan keluarganya." (Shahih'.
Muttafaq Alaih – juga Sunan Abu Dawud)
Faidah hadist:
Pada sepuluh hari
akhir Ramadhan Rasulullah mengajak semua istri dan keluarga untuk
bersungguh-sungguh beribadah termasuk shalat tarawih
(Hadist ke-8)
عَنْ
أَنَسٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِنْ الْمَدِينَةِ إِلَى مَكَّةَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ حَتَّى
رَجَعْنَا قُلْتُ كَمْ أَقَامَ بِمَكَّةَ قَالَ عَشْرًا
Dari Anas, ia berkata, "Kami bepergian bersama
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dari kota Madinah ke Makkah, lalu beliau
shalat dua rakaat-dua rakaat sampai kami kembali. Aku bertanya, 'Berapa lama
bermukim di Makkah?' Beliau berkata, 'Sepuluh hari'."
Rasulullah berangkat ke Mekkah pada tanggal 10 Ramadhan,
penaklukan kota Mekkah pada 20 Ramadhan, dilanjutkan perang Hunain beberapa
hari, juga perang ath-Thaif, lalu Rasulullah melakukan umrah. Ini terjadi pada
tahun kedelapan hijriah. Tahun kesembilan hijriah, pada bulan Ramadhan
Rasulullah sibuk mempersiapkan perang Tabuk hingga pertengahan bulan. (lihat Ibn
Katsir dalam al-Fushul fi Siratir-Rasul)
Faidah hadist:
1.
Rasulullah
pernah sepuluh hari di kota Makkah setelah beliau mukim di Madinah. Dan itu
pada peristiwa Fathul Makkah
2.
Rasulullah
mengqashar shalat saat bepergian
3.
Hadist-hadist
di atas meriwayatkan bahwa Rasulullah shalat tarawih pada awal Ramadhan dan
juga akhir Ramadhan, hal itu terjadi karena Rasulullah dan para sahabat sedang
perang pembukaan kota Makkah atau lebih dikenal dengan Fathul Makkah.
4.
Pada
bagian bulan Ramadhan Rasulullah ternyata banyak melakukan peperangan
5.
Rupanya
shalat tarawih begitu diperintahkan pada dua atau tiga tahun sebelum Rasulullah
wafat.
Kesimpulan:
Rasulullah tidak menjalankan shalat tarawi terus menerus
karena:
1. Rasulullah
khawatir shalat tarawih dianggap wajib oleh para sahabat radliallahu ‘anhum
2.
Rasulullah dan para sahabat sedang ada keperluan yang penting, diantaranya
adalah peperangan, dan sebagian besar peperangan Rasulullah terjadi pada bulan
Ramadhan.
5. Bagian Malam
Rasulullah mengerjakan Shalat Tarawih
Rasulullah shalat malam pada awal malam, tengah malam, dan
sepertiga malam akhir (lihat Surah al-Muzamil ayat 20, juga hadist ke-4, 5, 6,
9)
6. Shalat Tarawih
Dilaksanakan Rasulullah secara Berjamaah
(Hadist ke-9)
…
أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ لَيْلَةً مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ
فَصَلَّى فِي الْمَسْجِدِ وَصَلَّى رِجَالٌ بِصَلَاتِهِ فَأَصْبَحَ النَّاسُ
فَتَحَدَّثُوا فَاجْتَمَعَ أَكْثَرُ مِنْهُمْ فَصَلَّى فَصَلَّوْا مَعَهُ
فَأَصْبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا فَكَثُرَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ مِنْ اللَّيْلَةِ
الثَّالِثَةِ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَصَلَّى فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ فَلَمَّا كَانَتْ اللَّيْلَةُ الرَّابِعَةُ
عَجَزَ الْمَسْجِدُ عَنْ أَهْلِهِ حَتَّى خَرَجَ لِصَلَاةِ الصُّبْحِ فَلَمَّا
قَضَى الْفَجْرَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَتَشَهَّدَ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَيَّ مَكَانُكُمْ وَلَكِنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْتَرَضَ
عَلَيْكُمْ فَتَعْجِزُوا عَنْهَا فَتُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ
… bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha
mengabarkannya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu malam
keluar kamar di tengah malam untuk melaksanakan shalat di masjid. Maka
orang-orang kemudian ikut shalat mengikuti shalat Beliau. Pada waktu paginya
orang-orang membicarakan kejadian tersebut sehingga pada malam berikutnya
orang-orang yang berkumpul bertambah banyak lalu ikut shalat dengan Beliau. Pada
waktu paginya orang-orang kembali membicarakan kejadian tersebut. Kemudian pada
malam yang ketiga orang-orang yang hadir di masjid semakin bertambah banyak
lagi lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar untuk shalat dan
mereka ikut shalat bersama Beliau. Kemudian pada malam yang keempat, masjid
sudah penuh dengan jama'ah hingga akhirnya Beliau keluar hanya untuk shalat
Shubuh. Setelah Beliau selesai shalat Fajar, Beliau menghadap kepada orang
banyak kemudian Beliau membaca syahadat lalu bersabda: "Amma ba'du,
sesungguhnya aku bukannya tidak tahu keberadaan kalian (semalam). Akan tetapi
aku takut nanti menjadi diwajibkan atas kalian sehingga kalian menjadi
keberatan karenanya". Kemudian setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam meninggal dunia, tradisi shalat (tarawih) secara berjamaah terus
berlangsung seperti itu. (Shahih
al-Bukhari)
Faidah hadist:
1.
Rasululah
menjadi imam shalat tarawih.
2.
Rasulullah
melaksanakan shalat tarawih sejak malam pertama Ramadhan
3.
Suatu
kali pada awal Ramadhan shalat tarawih di masjid, sehingga orang-orang yang
sedang di masjid ikut shalat tarawih berjamaah bersama beliau, lalu para
sahabat memperbincangkannya satu sama lainnya.
4.
Sehingga
pada malam kedua lebih banyak orang shalat tarawih berjamaah bersama
Rasulullah.
5.
Malam
ketiga pun semakin banyak orang yang shalat tarawih berjamaah bersama
Rasulullah.
6.
Malam
keempat semakin banyak orang yang ingin shalat tarawih bersama Rasulullah,
tetapi ternyata Rasulullah tidak keluar rumah menuju masjid melaksanakan shalat
tarawih.
7. Bagaimana
cara Rasulullah mengerjakan shalat tarawih dan Berapa rakaat Rasulullah
mengerjakan shalat tarawih?
a. Rasulullah Shalat Tarawih 11 Rakaat
(Hadist ke-10)
…
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي
غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ
وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ
قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا
يَنَامُ قَلْبِي
… dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman
bahwasanya dia bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha tentang cara shalat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah
radliallahu 'anha menjawab: "Tidaklah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam (melaksanakan shalat malam) di bulan Ramadhan dan di
bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas raka'at, Beliau shalat empat raka'at,
maka jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya kemudian Beliau shalat empat
raka'at lagi dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian
Beliau shalat tiga raka'at. Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah
anda tidur sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai
'Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur".(Shahih
al-Bukhari)
Faidah hadist:
1.
Rasulullah
shalat tarawih dan shalat malam pada bulan selain Ramadhan sebelas rakaat empat
rakaat lalu istirahat, lalu empat rakaat lalu istirahat lalu tiga rakaat, dan
tidak pernah lebih
2.
Rasulullah
memperlama dan memperbagus shalat tarawih
(Hadist ke-11)
عن
جابر بن عبد الله رضي الله عنه قال: صلى بنا رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم في
شهر رمضان ثمان ركعات وأوتر، فلما كانت القابلة اجتمعنا في المسجد ورجونا أن يخرج
، فلم نزل فيه حتى أصبحنا، ثم دخلنا، فقلنا يا رسول الله، اجتمعنا البارحة في
المسجد، ورجونا أن تصلي بنا ، فقال : إني خشيت أن يكتب عليكم
… dari Jabir bin ‘Abdullah radliallahu ‘anhu, ia berkata,
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam shalat bersama kami pada bulan Ramadhan
delapan rakaat dan witir. Malam berikutnya kami berkumpul di masjid sambil
berharap beliau akan keluar. Kami terus menunggu beliau di situ hingga datang shubuh. Lalu kami masuk. Maka kami berkata,
“Wahai Rasulullah, kami berhimpun berbaris-baris (seperti hendak perang) dalam
masjid, dan menunggu Engkau shalat bersama kami.” Maka rasulullah menjawab,
“Saya khawatir (shalat malam ini) diwajibkan atas kalian.”” (al-Mu’jamu
ash-Shaghir lith-Thabrani)
Faidah hadist:
1.
Pada
bulan Ramadhan Rasulullah menjalankan shalat tarawih delapan rakaat dan witir secara
berjamaah dengan para sahabat radliallahu ‘anhum.
2.
Rasulullah
tidak menjalankan shalat tarawih terus menerus karena khawatir shalat tarawih
dianggap wajib oleh para sahabat.
b.
Shalat Dua Rakaat yang Ringan sebagai Pembuka Shalat Tarawih
(Hadist ke-12)
…عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ
الْجُهَنِيِّ أَنَّهُ قَالَ لَأَرْمُقَنَّ صَلَاةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّيْلَةَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ
وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ
اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ
قَبْلَهُمَا ثُمَّ أَوْتَرَ فَذَلِكَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً
… dari Zaid bin Khalid al-Juhani, bahwa ia berkata, “Sungguh
saya mengamati shalat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pada malam hari,
maka beliau shalat dua rakaat ringan, lalu shalat dua rakaat yang panjang,
panjang, panjang, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari pada
sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari pada sebelumnya, lalu
shalat dua rakaat yang lebih pendek dari pada sebelumnya, lalu shalat dua
rakaat yang lebih pendek dari pada sebelumnya, lalu witir. Itu semua tiga belas
rakaat. (Shahih Muslim)
Faidah Hadist:
1.
Rasulullah
shalat malam didahului dengan shalat dua rakaat yang ringan ringan atau singkat
2.
Lalu
dua rakaat yang panjang panjang
3.
Lalu
dua rakaat yang lebih pendek dari shalat dua rakaat sebelumnya
4.
Lalu
dua rakaat yang lebih pendek dari shalat dua rakaat sebelumnya
5.
Lalu
dua rakaat yang lebih pendek dari shalat dua rakaat sebelumnya
6.
Lalu
dua rakaat yang lebih pendek dari shalat dua rakaat sebelumnya
7.
Lalu
satu rakaat
8.
Jumlah
shalat keseluruhan 13 rakaat yang terdiri dari (2 rakaat ringan ringat + 2
rakaat panjang panjang + 2 rakaat lebih pendek + 2 rakaat lebih pendek + 2
rakaat lebih pendek + 2 rakaat lebih pendek + 1 rakaat witir
c. Dalam Shalat Pembuka, setelah al-Fatihah
tidak Membaca Surat-Surat
(Hadist ke-13)
أَنَّ كُرَيْبًا مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ
قَالَ سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ … فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَدْ قَرَأَ فِيهِمَا
بِأُمِّ الْقُرْآنِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ صَلَّى حَتَّى صَلَّى
إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً بِالْوِتْرِ ثُمَّ نَامَ فَأَتَاهُ بِلَالٌ فَقَالَ
الصَّلَاةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى
لِلنَّاسِ
Bahwa
Kuraib maula Ibnu Abbas, bahwasanya dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada
Ibnu Abbas, “Bagaimanakah shalat malam Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam?”
… “Beliau melakukan shalat dua rakaat secara singkat dengan membaca al-Fatihah
dalam setiap rakaatnya, lalu salam. Setelah itu mengerjakan shalat sampai
sebelas rakaat dengan witir, lalu tidur. Kemudian datang Bilal dan berkata,
"Shalat, wahai Rasulullah! "Maka beliau bangun, mengerjakan shalat
dua rakaat. Setelah itu beliau melakukan shalat bersama orang banyak."
(Sunan Abu Dawud, HPT – 359)
d.
Membaca Doa Iftitah dalam Shalat Tarawih
(Hadist ke-14)
… عَنْ طَلْحَةَ بْنِ يَزِيدَ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ أَتَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَقَامَ
يُصَلِّي فَلَمَّا كَبَّرَ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ ذُو الْمَلَكُوتِ وَالْجَبَرُوتِ
وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ثُمَّ قَرَأَ الْبَقَرَةَ ثُمَّ النِّسَاءَ ثُمَّ آلَ
عِمْرَانَ لَا يَمُرُّ بِآيَةِ تَخْوِيفٍ إِلَّا وَقَفَ عِنْدَهَا ثُمَّ رَكَعَ يَقُولُ
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ مِثْلَ مَا كَانَ قَائِمًا ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ
سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِثْلَ مَا كَانَ قَائِمًا
ثُمَّ سَجَدَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى مِثْلَ مَا كَانَ قَائِمًا ثُمَّ
رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي مِثْلَ مَا كَانَ قَائِمًا ثُمَّ سَجَدَ
يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى مِثْلَ مَا كَانَ قَائِمًا ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ
فَقَامَ فَمَا صَلَّى إِلَّا رَكْعَتَيْنِ حَتَّى جَاءَ بِلَالٌ فَآذَنَهُ بِالصَّلَاةِ
… dari Thalhah bin Yazid al-Anshari dari Hudzaifah ia
berkata, “Aku mendatangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pada suatu
malam pada bulan Ramadhan, beliau berdiri. Ketika bertakbir, beliau
mengucapkan, “Allahu akbar, dzul malakuti, wal-jabaruti, wal-kibriya-i
wal-‘adhomah”, lalu membaca al-Baqarah, lalu an-Nisa’ lalu Ali ‘Imran,
beliau tidak melanjutkan ayat kecuali berhenti sebentar atasnya, lalu ruku’ dan
membaca “subhana rabbiyyal-‘adzim”, (lama) seperti saat berdiri, lalu
mengangkat kepala dan membaca, “sami’allahu liman hamidah rabbana
lakal-hamdu”, (lama) seperti saat berdiri, lalu sujud dan membaca, “subhana
rabbiyal a’la”, (lama) seperti saat berdiri. Lalu mengangkat kepalanya, dan
membaca, “rabbighfirli”, (lama)
seperti saat berdiri, lalu sujud dan membaca, “subhana rabbiyal a’la”,
(lama) seperti saat berdiri. Lalu mengangkat kepala. Maka beliau berdiri, dan
tidaklah beliau shalat kecuali dua rakaat. Hingga Bilal datang dan
mengumandangkan shalat Shubuh.” (Musnad Ahmad)
Faidah ayat:
1.
Rasulullah
shalat tarawih berjamaah
2.
Setelah
takbiratul ihram, beliau membaca doa iftitah “Allahu akbar, dzul malakuti,
wal-jabaruti, wal-kibriya-i wal-‘adhomah”
3.
Setelah
membaca al-Fatihah, beliau membaca surat-surat panjang seperti al-Bawarah,
an-Nisa’ atau Ali ‘Imran
4.
Beliau
membaca bacaan al-Quran dengan cara diputus putus setiap ayat demi ayat.
5.
Saat
ruku’ beliau membaca “subhana rabbiyyal-‘adzim”, dan lama ruku’nya sama
lamanya dengan saat beliau berdiri.
6.
Saat
i’tidal beliau membaca “sami’allahu liman hamidah rabbana lakal-hamdu”
dan lama i’tidalnya sama lamanya dengan saat beliau berdiri.
7.
Saat
sujud beliau membaca “subhana rabbiyal a’la” lama sujudnya sama lamanya
dengan saat beliau berdiri.
8.
Saat
duduk di antara dua sujud beliau membaca “rabbighfirli”, dan lama duduknya
sama dengan saat beliau berdiri.
9.
Rasulullah
tidak shalat malam kecuali dengan dua rakaat dua rakaat.
e. Shalat Tarawih Dikerjakan Dua
Rakaat Dua Rakaat (Lihat hadist ke-12 dan 14.)
f. Shalat Tarawih Dikerjakan Empat +
Empat + Tiga Rakaat (Lihat hadis ke-11)
g. Bacaan Surat-Surat lebih Panjang
daripada Shalat Wajib (Lihat
hadist ke-14)
h. Bacaan rakaat awal-awal lebih
panjang dari pada bacaan pada rakaat sesudahnya (lihat hadist ke-12)
i.
Rasulullah memperbagus dan memperlama shalat tarawih (lihat hadist ke11, 12)
8. Rasulullah shalat
tarawih di masjid (ke-4, 5, 6, 9, 11, 14)
(Hadist ke-15)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّاسُ يُصَلُّونَ فِي الْمَسْجِدِ فِي
رَمَضَانَ أَوْزَاعًا فَأَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَضَرَبْتُ لَهُ حَصِيرًا فَصَلَّى عَلَيْهِ بِهَذِهِ الْقِصَّةِ
قَالَتْ فِيهِ قَالَ تَعْنِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَيُّهَا النَّاسُ أَمَا وَاللَّهِ مَا بِتُّ لَيْلَتِي هَذِهِ بِحَمْدِ اللَّهِ
غَافِلًا وَلَا خَفِيَ عَلَيَّ مَكَانُكُمْ
Dari Aisyah, dia
berkata, "Dahulu orang-orang mengerjakan shalat dalam masjid pada bulan
Ramadhan secara terpisah-pisah. Rasulullah memerintahkan kepada aku (untuk
menggelar tikar), lalu aku menghamparkan tikar untuk beliau, setelah itu beliau
shalat di atasnya.... " Seperti kisah ini, Aisyah berkata dalam Hadits
itu, "Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 'Wahai saudara sekalian!
Demi Allah, segala puji bagi Allah, semalam aku tidak tidur, dan tempat kalian
juga tidak samar atasku.'" (Hasan Shahih-Sunan Abu Dawud)
Faidah hadist
1.
Hadist
sebelumnya menyatakan Rasulullah shalat tarawih bersama para sahabat di awal
bulan Ramadhan, tetapi pada malam ke-empat Rasulullah tidak keluar menuju
masjid, sehingga para sahabat shalat berjamaah tetapi berpencar-pencar
2.
Malam
kelima Rasululah minta ‘Aisyah untuk menghamparkan tikar untuk dipakai shalat
malam.
(Hadist ke-16)
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَإِذَا أُنَاسٌ فِي رَمَضَانَ يُصَلُّونَ فِي نَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ مَا
هَؤُلَاءِ فَقِيلَ هَؤُلَاءِ نَاسٌ مَعَهُمْ قُرْآنٌ وَأُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ
يُصَلِّي وَهُمْ يُصَلُّونَ بِصَلَاتِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَابُوا وَنِعْمَ مَا صَنَعُوا
… dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salam keluar (rumah), ketika banyak orang dalam Ramadhan shalat di
pojok masjid. Maka Rasulullah bertanya, “Sedang apa mereka?” Maka dikatakan, “Mereka
itu orang-orang yang belum menghafal al-Quran. Sedangkan Ubai bin Ka’b sedang
shalat, dan mereka shalat bersama shalatnya (Ubay). Maka Nabi shalallahu
‘alaihi wa salam bersabda, “Mereka benar dan baik apa yang mereka lakukan.”
Faidah hadist:
Rasulullah membenarkan orang-orang (Ubay bin Ka’b dan
lainnya) yang shalat malam bulan Ramadhan secara berjamaah di saat beliau tidak
keluar ke masjid karena alasan tertentu.
9. ‘Umar bin
al-Khaththab memerintahkan shalat tarawih 11 rakaat
(Hadist ke-17)
عن
محمد بن يوسف عن السائب بن ييد أنه قال : أمر عمر بن الخطاب رضي الله عنه أبي بن
كعب وتميما الداري أن يقوما للناس بإحدى عشر ركعة قال : وقد كان القارئ يقرأ
بالمئين حتى كنا نعتمد على العصي من طول القيام وما كنا ننصرف إلا في بزوغ الفجر
"
… dari Muhammad bin Yusuf dari as-Saib bin Biyad, bahwa Ia
berkata, “’Umar bin al-Khaththab radliallahu ‘anhu memerintahkan Ubai bin Ka’b
dan Tamim ad-Dari untuk mengimami manusia dengan sebelas rakaat.” Ia berkata,
“Dan kala itu seorang qari (imam) membaca ratusan ayat hingga terlalu lama
berdiri. Dan kami tidak selesai kecuali
dengan datangnya fajar.”” (al-Muwatha’, Imam Malik)
E. Arti perkataan
‘Umar bin al-Khaththab tentang bid’ah
Mengingat apa yang diperintahkan ‘Umar kepada Ubay bin Ka’b
untuk menjadi imam shalat tarawih di masjid sebelas rakaat bagi semua orang di
masjid sama yang dilaksanakan oleh Rasuullah dan para sahabatnya, rupanya kata bid’ah yang diucapkannya itu adalah maksud bid’ah
secara bahasa. Shalat tarawih agak ditinggalkan pada masa Abu Bakar ash-Shidik
karena selama Ramadhan digunakan untuk perang terhadap para pembangkang. Dan
‘Umar kembali memperbaharui shalat tarawih yang dikerjakan kaum muslimin
seperti yang dikerjakan pada masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Jadi kata
bid’ah yang diucapkannya adalah lebih berarti kembali kepada yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam.