SHALAT MALAM ITU –
PANJANG DAN LAMA
Oleh: Sugiyanta,
S.Ag, M.Pd
Bulan Ramadhan adalah
bulan penuh barokah dan bulan penuh ibadah. Marilah kita, kaum muslimin, untuk
selalu menjalankan ibadah sesuai yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
ajarkan. Salah satu ibadah yang banyak dikerjakan oleh kaum Muslimin adalah
shalat tarawih.
Dalam hal ini,
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda seperti yang dinukil oleh Imam
al-Bukhari berikut:
صحيح
البخاري - (ج 1 / ص 65) حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ
ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ
رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Shahih al-Bukhari (1/65) … dari Abi Hurairah
bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang
beribadah pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan, niscaya
akan diampuni baginya dosa-dosa yang terdahulu.”
Begitu besar nilai
ibadah pada bulan Ramadhan ini, termasuk shalat Tarawih, marilah kita perbagus
shalat kita, yaitu sesuai dengan apa yang diperintahkan dan dicontogkan oleh
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam semampu kita.
Memperbagus dan Memperlama Shalat Tarawih
Di antara contoh
Rasulullah dalam mengerjakan shalat tarawih adalah memperbagus dan memperlama
shalat tarawih. Marilah kita perhatikan hadist berikut:
صحيح
البخاري - (ج 4 / ص 319) حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ
أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ
أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَأَلَ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا
فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ
عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ
عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي
Shahih
al-Bukhari (4/319)
… dari
Abu Salamah bin 'Abdurrahman
bahwasanya dia mengabarkan kepadanya bahwa dia pernah bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha tentang cara shalat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah radliallahu 'anha
menjawab, "Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan
shalat malam di bulan Ramadhan dan di bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas
raka'at, Beliau shalat empat raka'at, dan jangan kamu tanya tentang bagus dan
panjangnya kemudian Beliau shalat empat raka'at lagi dan jangan kamu tanya
tentang bagus dan panjangnya kemudian Beliau shalat tiga raka'at". 'Aisyah
radliallahu 'anha berkata; Aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah anda
tidur sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah,
kedua mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur".
Beginilah ‘Aisyah
radliallahu ‘anha menceritakan bagaimana Rasulullah melaksanakan shalat malam
beliau sehari-harinya, baik pada bulan Ramadhan maupun bukan, shalatnya bagus
dan lama atau panjang.
Berapa Ukuran Lama Shalat Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Salam?
Barangkali untuk mengetahui
berapa lama Rasulullah mengerjakan shalat malam, kita perlu mengetauhi
surat-surat al-Quran yang dibaca dalam shalat tersebut:
مسند
أحمد - (ج 47 / ص 355) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ أَبِي حَمْزَةَ رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ
عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي عَبْسٍ عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ صَلَّى
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ اللَّيْلِ فَلَمَّا
دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ ذُو الْمَلَكُوتِ وَالْجَبَرُوتِ
وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ قَالَ ثُمَّ قَرَأَ الْبَقَرَةَ ثُمَّ رَكَعَ
وَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ وَكَانَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ
الْعَظِيمِ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَكَانَ قِيَامُهُ نَحْوًا مِنْ رُكُوعِهِ
وَكَانَ يَقُولُ لِرَبِّيَ الْحَمْدُ لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ثُمَّ سَجَدَ فَكَانَ
سُجُودُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ وَكَانَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَكَانَ مَا بَيْنَ
السَّجْدَتَيْنِ نَحْوًا مِنْ السُّجُودِ وَكَانَ يَقُولُ رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ
اغْفِرْ لِي قَالَ حَتَّى قَرَأَ الْبَقَرَةَ وَآلَ عِمْرَانَ وَالنِّسَاءَ
وَالْمَائِدَةَ وَالْأَنْعَامَ …
Musnad Ahmad (47/355)
… dari Hudzaifah, bahwa ia bersama Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam pada suatu malam kemudian beliau masuk, dan dalam
shalatnya beliau mengucapkan, “Allahu akbar dzul-malakuti, wal-jabaruti,
wal-kibritati wal-adlamah.” Hudzaifah berkata, “Rasulullah lalu membaca
al-Baqarah, lalu ruku’ dan ruku’nya panjang seperti saat berdiri, Beliau
berdoa, “Subhana rabbiyal-‘adlim.”. Lalu Beliau mengangkat kepalanya, dan
beliau berdiri lama seperti ruku’ya, lalu Beliau berdoa kepada Tuhan, “Al-hamdu
li rabbiyal-hamdu.” Lalu beliau sujud, maka sujudnya lama seperti saat
berdirinya, beliau berdoa, “Subhana rabbiyal-al’a’la, Subhana
rabbiyal-al’a’la.” Lalu beliau mengangkat kepalanya, maka Beliau di antara dua
sujudnya (duduk) lama seperti sujudnya, dan beliau berdoa, “Rabbighfirli,
Rabbighfirli.” Hudzaifah berkata, “Sampai Beliau membaca al-Baqarah, Ali
‘Imran, an-Nisa’, al-Maidah, dan al-An’am …”
Beginilah Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam shalat malam, dalam rakaat pertama Beliau membaca
al-Baqarah, dan lama ruku’, berdiri dari ruku’, sujud, duduk di antara dua
sujudnya sama seperti saat membaca al-Baqarah.
Pada masa
pemerintahan Umar bin Kaththab pun, para sahabat dan tabi’in memanjangkan
bacaan shalat Tarawih, sehingga dalam shalat tersebut, mereka membaca tak
kurang dari tiga ratus ayat, sampai-sampai mereka terpaksa menggunakan
tongkat-tongkat untuk menopang tubuhnya karena lamanya berdiri.
Lalu bagaimana diri
kita, imam-imam kita di masjid? Maka alangkah indahnya bila kita shalat Tarawih
sebelas rakaat sebagus, dan selama Rasulullah dan para Sahabat radliallahu
‘anhu shalat tarawih. Tentu saja itu sebatas kemampuan kita. Maka dari itu kita
dilarang:
1.
Shalat Asal-Asalan
صحيح
البخاري - (ج 20 / ص 358) حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا أَبُو
أُسَامَةَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي
سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَصَلَّى
وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ
فَجَاءَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَقَالَ لَهُ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ
فَرَجَعَ فَصَلَّى ثُمَّ سَلَّمَ فَقَالَ وَعَلَيْكَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ
لَمْ تُصَلِّ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ فَأَعْلِمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى
الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ وَاقْرَأْ
بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ رَأْسَكَ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى
تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ وَتَطْمَئِنَّ جَالِسًا
ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ
قَائِمًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Shahih al-Bukhari (20/358)
… dari Abu Hurairah bahwa ada seseorang
laki-laki memasuki masjid, maka ia shalat, dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
salam berada di pojok masjid, maka (laki-laki itu) mendatangi dan mengucapkan
salam kepadanya. Maka Rasulullah bersabda kepadanya, “Kembali dan shalatlah
(lagi) karena sesungguhnya kamu belum shalat.” Maka ia kembali (ke tempatnya)
dan melakukan shalat lalu mengucapkan salam (kepada Rasulullah). Maka
Rasulullah bersabda, “Dan atas kamu, kembali dan shalatlah (lagi), sesungguhnya
kamu belum shalat. Pada yang ketiga kalinya laki-laki itu berkata, “Ajarilah
aku.” Maka Rasulullah bersabda, “Apabila kamu hendak shalat, maka berwudlulah,
lalu menghadap kiblat, lalu bertakbirlah dan bacalah dengan al-Quran yang mudah
bagimu, lalu rukuklah hingga tuma’ninah dalam ruku’, lalu angkatlah kepalamu
hingga tegak/lurus berdiri, lalu sujudlah hingga tuma’ninah sujudnya, lalu duduk
hingga tuma’ninah duduknya, lalu sujudlah hingga tuma’ninah sujudnya, lalu
bangkitlah hingga tegak berdiri. Lalu lakukanlah itu dalam shalatmu seluruhnya.”
Adapun yang dilakukan
umat Islam sekarang jauh berbeda jauh dengan tuntunan hadist ini. Kini tiada
lagi berdiri sempurna saat bangun dari ruku’, tiada lagi tuma’ninah saat ruku’,
sujud, dan duduk di antara dua sujud. Ketika ruku’ dan sujud, kini punggung
tiada lagi diluruskan. Padahal hal ini sangat ditekankan oleh Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam.
2.
Tidak Meluruskan Punggung saat Ruku’
dan Sujud
سنن
أبي داود - (ج 3 / ص 24) حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ النَّمَرِيُّ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ عَنْ
أَبِي مَسْعُودٍ الْبَدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تُجْزِئُ صَلَاةُ الرَّجُلِ حَتَّى يُقِيمَ ظَهْرَهُ فِي
الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ
Sunan Abu Dawud (3/24)
… dari Abu Mas’ud al-Badri, ia berkata,
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Tidaklah sah salat seseorang
sebelum ia meluruskan punggungnya dalam suku’ maupun sujud.””
Karena menginginkan shalat cepat selesai,
meluruskan punggung saat ruku’ dan sujud pun ditinggalkan.
3.
Tidak Menyempurnakan Sujud dan Ruku
المستدرك
على الصحيحين للحاكم - (ج 2 / ص 353) حدثناه أبو بكر بن إسحاق، ثنا عبيد بن عبد
الواحد، ثنا هشام بن عمارة، ثنا عبد الحميد بن أبي العشرين، عن الأوزاعي، عن يحيى
بن أبي كثير، حدثني أبو سلمة، عن أبي هريرة، قال: قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: «إن أسوأ الناس سرقة الذي يسرق صلاته» قالوا: يا رسول الله، وكيف يسرق صلاته،
قال: «لا يتم ركوعها وسجودها». «كلا الإسنادين صحيحان ولم يخرجاه»
Al-Mustadrak ‘alash-Shahihain lil-Hakim
(2/353)
… dari Abi Hurairah, ia berkata, “Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya sejelek-jelek manusia cara
malingnya adalah orang yang mencuri dari shalatnya.” Mereka (para Sahabat)
bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana ia mencuri dari shalatnya?” Rasulullah
mejawab, “Ia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.””
4.
Shalat Seperti Burung Gagak Mematuk
Darah?
السنن
الكبرى للبيهقي - (ج 2 / ص 89)
(اخبرنا) أبو طاهر الفقيه انبأ أبو الحسن احمد
بن محمد بن عبدوس الطرائفي ثنا عثمان بن سعيد الدارمي ثنا صفوان ابن صالح الدمشقي
ثنا الوليد بن مسلم ثنا شيبة بن الاحنف الاوزاعي ثنا أبو سلام الاسود ثنا أبو صالح
الاشعري عن ابن عبد الله الاشعري قال صلى الله عليه وسلم باصحابه ثم جلس في
طائفة منهم فدخل رجل فقام يصلى فجعل لا يركع وينقرفي سجوده ورسول الله صلى الله
عليه وسلم ينظر إليه فقال اترون هذا لو مات مات على غير ملة محمد ينقر صلوته كما
ينقر الغراب الدم
As-Sunan al-Kubra lil-Baihaqi (2/89)
Dari Ibn ‘Abdullah al-Asy’ari, ia berkata,
“Rasulullah shalat bersama para Sahabatnya lalu duduk di tengah mereka, maka
datanglah seorang laki-laki lalu berdiri shalat, lalu tidak (menyempurnakan)
ruku dan mematuk (tidak menyempurnakan) dalam sujudnya, dan Rasulullah
menyaksikannya, maka Beliau bersabda, “…… Andai saja ia mati, ia mati di luar
garis Muhammad, tidak mematuk dalam shalatnya seperti burung gagak mematuk
darah.””
Tidak ada komentar:
Posting Komentar