Menyambut Ramadhan
Oleh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd
Apa yang
kita lakukan dalam bulan Sya’ban
1.
Bersungguh-sungguh dalam menentukan awal bulan Sya’ban
Salah satu yang harus dilakukan umat
Islam dalam menyambut Ramadhan adalah bersungguh-sungguh menentukan awal bulan
Ramadhan. Hal ini harus dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten yaitu orang-orang
yang ahli - meliputi para ahli ru’uatul hilal dan juga para ahli hisab demikian
juga.
Ini mengacu kepada hadist berikut:
سنن
الترمذي - (ج 3 / ص 111)
حَدَّثَنَا
مُسْلِمُ بْنُ حَجَّاجٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ أَحْصُوا هِلَالَ شَعْبَانَ لِرَمَضَانَ
Sunan at-Tirmidzi (3/111) – Muslim bin
Hajjaj menceritakan kepada kami, Yahya bin Yahya menceritakan kepada kami, Abu
Mu’awiyah menceritakan kepada kami dari Muhammad bin ‘Amru dari Abu Salamah
dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah SAW
bersabda, “Hitung-hitunglah hilal bulan Sya'ban untuk (menetapkan)
Ramadhan'." (Imam al-Abani menyatakan hadist ini Hasan)
Bersungguh-sungguh
menentukan awal Ramadhan berguna untuk mempermudah menetapkan awal Ramadhan. Tanggal
29 Sya’ban adalah hari untuk melihat hilal Ramadhan. Artinya bila saat itu
hilal baru sudah nampak maka hari berikutnya sudah memasuki tanggal 1 Ramadhan,
namun bila hilal belum nampak berarti hari berikutnya masih tanggal 30 Sya’ban.
Hal ini
tergambar pada hadist berikut:
سنن أبي داود - (ج 6 / ص 262)
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ حَدَّثَنِي
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ أَبِي قَيْسٍ قَالَ سَمِعْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تَقُولُ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ شَعْبَانَ
مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ فَإِنْ غُمَّ
عَلَيْهِ عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا ثُمَّ صَامَ
Sunan Abu
Dawud (6/262)
Ahmad bin
Hanbal menceritakan kepada kami, ‘Abdurrahman
bin Mahdiy menceritakan kepadaku, Mu’awiyah bin Shalih menceritakan kepadaku
dari ‘Abdullah bin Abi Qais, ia berkata, “Aku mendengar ‘Aisyah radliallahu ‘anha
berkata, “Dahulu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam sangat memperhatikan bulan Sya'ban dan tidak memperhatikan
bulan yang lain. Beliau berpuasa dengan melihat hilal, namun bila terhalang
mendung beliau menyempurnakan bilangan Sya'ban sampai tiga puluh hari, kemudian
baru berpuasa (Ramadhan) (Imam al-Albani menyatakan bahwa hadist ini shahih).
2.
Mengganti Puasa Ramadhan yang tidak dilaksanan pada Ramadhan
sebelumnya
Setidaknya kita berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk mengganti puasa Ramadhan yang kita tidak lakukan pada
Ramadhan sebelumnya. Ini mengikti apa yang diperbuat oleh istri Rasulullah
yaitu ‘Aisyah radlallahu ‘anha.
سنن
أبي داود - (ج 6 / ص 363)
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهَا تَقُولُ: إِنْ كَانَ لَيَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ
أَنْ أَقْضِيَهُ حَتَّى يَأْتِيَ شَعْبَانُ
Sunan Abi Dawud (6/363)
‘Abdullah bin Maslamah al-Qa’nabiy
menceritakan kepada kami dari Malik dari Yahya bin Sa’id dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman
bahwa ia mendengar ‘Aisyah radliallahu ‘anha berkata, "Jika
aku mempunyai tanggungan (utang) puasa bulan Ramadhan dan aku tidak mampu
membayarnya, maka aku membayamya saat bulan Sya'ban tiba."
3.
Tidak mengerjakan puasa pemanasan atau puasa pendahuluan
Tidak boleh mendahulu puasa Ramadhan
dengan puasa satu atau dua hari sebelum puasa Ramadhan.
صحيح
مسلم - (ج 5 / ص 358)
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ عَنْ عَلِيِّ بْنِ مُبَارَكٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ
إِلَّا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ
Shahih Muslim (5/358)
Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Abu Kuraib
menceritakan kepada kami, Abu Bakr berkata, “Waki’ menceritakan kepada kami
dari ‘Aliy bin Mubarak dari Yahya bin Abi Katsir dari Abu Saamah dari Abu
Hurairah radliallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
bersabda, “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan puasa satu atau dua
hari, kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa maka biarlah ia berpuasa.”””
Dalam kasus Ramadhan 1434 H, mungkin ada
orang yang terbiasa puasa sunah Senin atau bertepatan dengan puasa Dawud, maka
yang demikian tak mengapa ia berpuasa.
4.
Tidak berpuasa pada hari yang diragukan
Maksud hari yang diragukan adalah hari
yang diragukan apakah hari itu sudah masuk bulan Ramadhan ataukah masih 30 Sya’ban.
Wajib kita memulai puasa Ramadhan pada hari yang kita yakini bahwa hari sudah
memasuki Ramadhan.
سنن
أبي داود - (ج 6 / ص 273)
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ
عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ صِلَةَ قَالَ: كُنَّا عِنْدَ عَمَّارٍ
فِي الْيَوْمِ الَّذِي يُشَكُّ فِيهِ فَأَتَى بِشَاةٍ فَتَنَحَّى بَعْضُ الْقَوْمِ
فَقَالَ عَمَّارٌ مَنْ صَامَ هَذَا الْيَوْمَ فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sunan Abu Dawud (6/273)
Muhammad bin ‘Abdillah bin Numair
menceritakan kepada kami, Abu Khalid al-Ahmar menceritakan kepada kami dari ‘Amru
bin ‘Amru bin Qais dari Ishaq dari Shilah, ia berkata, “Kami bersama ‘Ammar
pada hari yang diragukan di dalamnya, lalu disuguhkan daging kambing, maka
sebagian orang menolak. Lalu ‘Ammar berkata, “Barangsiapa berpuasa pada hari
ini sungguh dia telah durhaka kepada Abu al-Qasim shalallahu ‘alaihi wa salam.
Teks hadist dari CD Program Maktabah
Syamilah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar