ADAB-ADAB BERCANDA (1)
Oleh: Sugiyanta,
S.Ag, M.Pd
Bercanda kadang
sangat diperlukan di saat pikiran mulai lelah, bosan dengan aktifitas
sehari-hari, bosan dengan tugas dan berbagai tanggung jawab. Bercanda pun
diperbolehkan kepada siapa saja, anak, istri, suami, mertua, saudara dan tetangga
yang dekat maupun yang jauh. Namun begitu kita perlu memperhatikan adab-adab
yang disampaikan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
Bercanda itu
mesti diniati dengan niat yang benar. Kita mesti berusaha agar bercanda tidak
membuat kita jauh dari Allah, agama, dan surganya, tidak mendekatkan kita
dengan azab, siksa dan neraka-Nya.
Bercanda itu sekedarnya
saja dan semestinya tidak berlebihan. Karena kadang bercanda yang berlebihan
bisa membuat martabat kita jatuh di depan orang banyak. Sebab terlalu banyak
bercanda akan menjauhkan kehormatan dan kewibawaan seseorang
Bercanda itu
semestinya hanya dengan orang yang senang bercanda. Karena ada orang yang
memang lebih suka berbicara serius, juga karena ada orang yang memang tidak
suka dengan cara kita bercanda.
Bercanda itu
tidak dalam perkara-perkara yang serius. Sidang, rapat, musyawarah bukanlah
saat dan tempat yang tepat untuk bercanda. Di antara adab bercabda adalah:
1.
Tidak menakut-nakuti dan tidak
membuat terkejut orang lain saat bercanda.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي
لَيْلَى قَالَ حَدَّثَنَا أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهُمْ كَانُوا يَسِيرُونَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَنَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ فَانْطَلَقَ بَعْضُهُمْ إِلَى حَبْلٍ مَعَهُ فَأَخَذَهُ
فَفَزِعَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَحِلُّ
لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
Dari
‘Abdurrahman bin Abu Laila, ia berkata, "Sahabat-sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi
wa salam menceritakan padaku bahwa ketika mereka sedang berjalan di waktu malam
bersama Rasulullah, seorang di antara mereka tertidur. Lalu seorang temannya
beranjak dengan membawa tali kemudian menariknya sehingga orang yang tidur itu
terkejut. Melihat hal itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 'Tidak
diperbolehkan bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim lainnya'. " (Sunan
Abu dawud)
2.
Tidak membuat kahawatir orang
lain saat bercanda
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
جَدِّهِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ لَا يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لَاعِبًا وَلَا جَادًّا
وَقَالَ سُلَيْمَانُ لَعِبًا وَلَا جِدًّا وَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ
فَلْيَرُدَّهَا
Dari ‘Abdulah
bin as-Saib bin Yazid dari ayahnya dari kakeknya, bahwa ia mendengar Rasulullah
shalallhu ‘alaihi wa salam bersabda, "Janganlah seseorang di antara
kalian mengambil perhiasan saudaranya, baik bercanda atau sungguh-sungguh.
" Dalam satu riwayat, "...Bercanda atau sungguh-sungguh.
Barangsiapa yang mengambil tongkat saudaranya, hendaknya ia mengembalikannya. (Sunan Abu Dawud)
3.
Tidak berdusta
saat bercanda
عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ
حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ
الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
Dari Bahzi bin Hakim,
ia berkata, “Ayahku bercerita kepadaku dari ayahnya, ia (Muawiyah bin Haidah ia
berkata,
"Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 'Celakalah
bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya membuat orang lain tertawa
dengan kebohongannya. Celakalah ia, celakalah ia'. "(Sunan Abu Dawud)
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ الدِّمَشْقِيُّ أَبُو الْجَمَاهِرِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو
كَعْبٍ أَيُّوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ السَّعْدِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ حَبِيبٍ
الْمُحَارِبِيُّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ
وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ
كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
... dari Abi Umamah, ia berkata, “Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Aku menjamin sebuah surge di sekitar surge
bagi orang yang meninggalkan debat walaupun ia berada di pihak yang benar, sebuah
istana di bagian tenga surga bagi yang meninggaklan dusta meskipun ia sedang
bercanda, dan istana di atas surga bagi orang yang baik akhlaknya. (Sunan Abu Dawud)
4.
Tidak mempermainkan ayat-ayat
al-Quran untuk bercanda
وَإِذَا رَأَيْتَ
الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آَيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ
غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ
الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ [الأنعام/68]
Dan
apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka
tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan
jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu
duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar