Sunnah-Sunnah Idul Fithri yang Mulai Terlupakan (bag. 2)
Oleh Sugiyanta Purwosumarto, S.Ag, M.Pd
Suatu Senja Di Kota Gorontalo
Setelah Tiba di Lapangan Tempat Shalat/Mushala
1. Melaksanakan shalat Idul Fithri pagi-pagi sekali?
Dengan alasan tertentu panitia melaksanakan shalat Idul Fithri pada saat hari masih pagi-pagi sekali. Pada hal ada keterangan bahwa para Sahabat dan Tabiin (generasi setelah para Sahabat) berangkat ke tanah lapang setelah shoalat dhuha.
Ibn Rajab rahimahullah (wafat tahu 795 H) berkata, “Sesungguhnya telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rafi’ bin Khadij dan sekelompok tabi’in bahwa mereka tidak keluar menuju Shalat Id kecuali bila matahari telah terbit. Bahkan sebagian mereka Shalat Dhuha di masjid sebelum keluar menuju Id. ... (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/105)
Ada pula yang menyelenggarakannya pada waktu yang sama persis seperti melaksanakan shalat Idul Adha. Padahal Rasulullah membedakan waktu pelaksanaan shalat Idul Adha dan Idul Fithri.
Ibnu Qayyim rahimahullah (wafat tahun 751 H) mengatakan: “Dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melambatkan Shalat Idul Fitri serta menyegerakan Idul Adha. Dan Ibnu ‘Umar dengan semangatnya untuk mengikuti sunnah tidak keluar sehingga telah terbit matahari dan bertakbir dari rumahnya menuju mushalla.” (Zadul Ma’ad, 1/427, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/105)
2. Mengerjakan shalat sunnat sebelum Shalat Idul Fithri?
Sunnahnya adalah tidak mengerjakan shalat sunnat sebelum mengeerjakan shalat Id. Bila shalat Id dilaksanakan di lapangan, maka tidak ada kewajiban untuk mengerjakan shalat seperti halnya shalat tahiyatul masjid. Akan tetapi bila di masjid, shalat tahiyatul masjid tetap dilaksanakan (wallahu a’lam). Dalilnya disebutkan di pembahasan selanjutnta, insyaallah.
3. Mengumadangkan adzan dan iqamah untuk Shalat Idul Fithri
Kenyataannya pada zaman ini memang ada di suatu masjid yang mengumandangkan adzan dan iqamah untuk shalat Idul Fithri. Bila kita mengikuti sunnah Rasul, mestinya kita tak melakukannya.
صحيح مسلم - (ج 4 / ص 398)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ:شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ يَوْمَ الْعِيدِ فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ ثُمَّ قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى بِلَالٍ فَأَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَحَثَّ عَلَى طَاعَتِهِ وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَكَّرَهُمْ ثُمَّ مَضَى حَتَّى أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ فَقَالَ تَصَدَّقْنَ فَإِنَّ أَكْثَرَكُنَّ حَطَبُ جَهَنَّمَ ...
Shahih Muslim (4/398): ... dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata: “Saya menghadiri shalat hari raya bersama Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam, sebelum khutbah Beliau memulai dengan shalat tanpa adzan dan iqamah, beliau melakukan shalat sebelum khuthbah tanpa didahului adzan dan iqamat, kemudian beliau berdiri dengan bersandar kepada Bilal. Lalu beliau mengajak supaya bertakwa kepada Allah, menyuruh taat kepada-Nya, menyampaikan nasihat dan peringatan untuk mereka, kemudian beliau berjalan mendatangi perempuan-perempuan lalu menyampaikan nasihat dan peringatan kepada mereka. Maka beliau berkata: Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya kebanyakan dari kalian menghuni neraka Jahanam ....
Saat Khutbah
1. Banyak kaum Muslimin yang tak lagi memperhatikan khutbah saat Idul Fithri? Walaupun tak wajib mengikuti khutbah, sebaiknya kita memperhatikannya dan menyimaknya dengan seksama.
2. Meyakini wajibnya mendengarkan khutbah Idul Fithri?
Memperhatikan khutbah Idul Fithri dan tetap duduk di shaf untuk mendengarkan khutbah adalah salah satu kebaikan yang mesti dijaga, tetapi kita boleh meninggalkan tempat shalat karena, tidak ada kewajiban untuk mendengarkan khutbah
سنن الدارقطني - (ج 4 / ص 446)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ مِرْدَاسٍ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ الْبَزَّازُ حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْعِيدَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَالَ «إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ - يَعْنِى لِلْخُطْبَةِ - فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ وَهَذَا يُرْوَى عَنْ عَطَاءٍ مُرْسَلاً عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم.
Sunnan ad-Daruquthni: (4/446): ... dari ‘Abdillah bin as-Saib, ia berkata: Aku menyaksikan bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pada Id (Idul Fithri atau Adha) setelah menyelesaikan shalat, beliau (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa wa salam) berkata: “Sesungguhnya aku akan khutbah, barangsiapa yang suka duduk – yaitu untuk (mendengar) khutbah – maka duduklah, barang siapa ingin pergi, maka pergilah.” Abu Dawud berkata: “Dan ini diriwayatkan dari ‘Atha secara mursal dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam.
3. Khutbah di atas mimbar?
Tidak ada yang meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam berkhutbah di atas mimbar. Ada baiknya kita ittiba’ dalam hal ini. Insyaalah dalil masalah ini akan datang kemudian.
4. Khutbah Idul Fithri dengan sekali berdiri?
Saai ini masih banyak yang melakukan صحيح مسلم - (ج 4 / ص 398)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ:شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ يَوْمَ الْعِيدِ فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ ثُمَّ قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى بِلَالٍ فَأَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَحَثَّ عَلَى طَاعَتِهِ وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَكَّرَهُمْ ثُمَّ مَضَى حَتَّى أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ فَقَالَ تَصَدَّقْنَ فَإِنَّ أَكْثَرَكُنَّ حَطَبُ جَهَنَّمَ ...
Shahih Muslim (4/398): ... dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata: “Saya menghadiri shalat hari raya bersama Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam, sebelum khutbah Beliau memulai dengan shalat tanpa adzan dan iqamah, beliau melakukan shalat sebelum khuthbah tanpa didahului adzan dan iqamat, kemudian beliau berdiri dengan bersandar kepada Bilal. Lalu beliau mengajak supaya bertakwa kepada Allah, menyuruh taat kepada-Nya, menyampaikan nasihat dan peringatan untuk mereka, kemudian beliau berjalan mendatangi perempuan-perempuan lalu menyampaikan nasihat dan peringatan kepada mereka. Maka beliau berkata: Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya kebanyakan dari kalian menghuni neraka Jahanam .... khutbah Idul Fithri sama seperti khtbah Shalat Jumat yaitu dengan dua kali berdiri. Tetapi ternyata Rasulullah hanya khutbah dengan sekali berdiri. Perhatikan hadist berikut ini.
Hadist riwayat Imam Muslim di atas, dhahiriahnya menyatakan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam ketika khutbah tidak berdiri di mimbar seperti. Hadist-hadist di atas juga menyatakan bahwa setelah shalat Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam berdiri khutbah dan setelah selesai langsung mendekati wanita untuk menasehati dan memberi wasiat. Atau dapat dipahami bahwa mendekati wanita termasuk bagian dari khutbah. Wallahu a’lam.
5. Memulai Khutbah dengan takbir dan bertakbir di tengah khutbah?
Tidak ada keterangan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam memulai khutbah dengan diawali takbir.
سنن النسائي - (ج 6 / ص 21) أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ قَالَ حَدَّثَنَا عَطَاءٌ عَنْ جَابِرٍ قَالَ:شَهِدْتُ الصَّلَاةَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاةَ قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى بِلَالٍ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَكَّرَهُمْ وَحَثَّهُمْ عَلَى طَاعَتِهِ ثُمَّ مَالَ وَمَضَى إِلَى النِّسَاءِ وَمَعَهُ بِلَالٌ فَأَمَرَهُنَّ بِتَقْوَى اللَّهِ وَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ وَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ حَثَّهُنَّ عَلَى طَاعَتِهِ ثُمَّ قَالَ تَصَدَّقْنَ فَإِنَّ أَكْثَرَكُنَّ حَطَبُ جَهَنَّمَ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْ سَفِلَةِ النِّسَاءِ سَفْعَاءُ الْخَدَّيْنِ بِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ تُكْثِرْنَ الشَّكَاةَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ فَجَعَلْنَ يَنْزِعْنَ قَلَائِدَهُنَّ وَأَقْرُطَهُنَّ وَخَوَاتِيمَهُنَّ يَقْذِفْنَهُ فِي ثَوْبِ بِلَالٍ يَتَصَدَّقْنَ بِهِ
Sunnan an-Nasa’i (6/21): ... dari Jabir, ia berkata: Saya mendatangi shalat hari raya bersama Nabi shalallahu 'alaihi wa salam, sebelum berkhutbah beliau memulai shalat tanpa adzan dan tanpa iqamah. Lalu manakala selesai shalat beliau berdiri dengan bersandar Bilal. Lalu beliau bertahmid dan memuji Allah, menyampaikan nasehat dan peringatan kepada jamaah serta mendorong mereka supaya patuh kepada-Nya, kemudian mendatangi para wanita dan bilal bersamanya, maka beliau memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah (HR an-Nasa'i)
Hadist di atas menegaskan bahwa khutbah hari raya dimulai dengan tahmid dan tidak dimulai dengan takbir.
6. Meninggalkan Berinfak/sedekah?
صحيح البخاري - (ج 4 / ص 22)
وَعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ ثُمَّ خَطَبَ النَّاسَ بَعْدُ فَلَمَّا فَرَغَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَزَلَ فَأَتَى النِّسَاءَ فَذَكَّرَهُنَّ وَهُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى يَدِ بِلَالٍ وَبِلَالٌ بَاسِطٌ ثَوْبَهُ يُلْقِي فِيهِ النِّسَاءُ صَدَقَةً
Shahih Bukhari (4/22) Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Aku mendengarnya (Abdullah) berkata: Sungguh Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam berdiri mengerjakan shalat kemudian khutbah kepada manusia kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam mendekati wanita dan mengingatkan meraka dan beliau berpegangan dengan tangan Bilal, dan Bilal mengangkat jubahnya, para wanita melemparkan sedekah ke dalamnya.
Setelah Shalat Idul Fithri
1. Sebisa Mungkin Pulang dan Pergi dengan Melewati jalan yang berbeda
صحيح البخاري - (ج 4 / ص 64)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا أَبُو تُمَيْلَةَ يَحْيَى بْنُ وَاضِحٍ عَنْ فُلَيْحِ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
Shahih al-Bukhari (4/64): ... dari Jabir bin ‘Abdillah radliallahu ‘anhuma, ia berkata: “Dahulu Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam apabila Hari ‘Id menselisihi jalan.”
2. Saling mengucapkan selamat
Adapun mengucapkan selamat pada hari raya Idul Fithri dan Adha kepada sesama Muslimin, diterangkan oleh Ibn Qudamah rahimahullah dalam al-Mughni sebagai berikut:
المغني - (ج 4 / ص 274)
قَالَ أَحْمَدُ ، رَحِمَهُ اللَّهُ : وَلَا بَأْسَ أَنْ يَقُولَ الرَّجُل لِلرَّجُلِ يَوْمَ الْعِيدِ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك ....
Al-Mughni (4/274): (Imam) Ahmad (bin Hanbal) rahimahullah berkata: Tak mengapa seseorang mengucapkan kepada lainnya pada hari ‘Id: “Taqabalallahu mina wa minka ....
وَذَكَرَ ابْنُ عَقِيلٍ فِي تَهْنِئَةِ الْعِيدِ أَحَادِيثَ ، مِنْهَا ، أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ زِيَادٍ ، قَالَ : كُنْت مَعَ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ وَغَيْرِهِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانُوا إذَا رَجَعُوا مِنْ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لَبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك .
وَقَالَ أَحْمَدُ : إسْنَادُ حَدِيثِ أَبِي أُمَامَةَ إسْنَادٌ جَيِّدٌ .
... Bahwa Muhammad bin Ziyad berkata: Aku bersama Abi Umamah al-Bahili dan selainnya dari sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, bila keluar dari hari Id’ berkata kepada sebagian yang lain: ““Taqabalallahu mina wa minka”. Dan Imam Ahmad berkata: Sanad Hadist Abi Umamah adalah sanad yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar