Makna
وأن محمدا عبده ورسوله
oleh Sugiyanta
1. Bahwa Muhammad bin Abdullah bin Abda al-Muthalib al-Quraishi al-Hasyimi, adalah عبده artinya beliau bukanlah sekutu bagi Allah (lih, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syaikh, Syarah Kitab Tauhid, al-Qaulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid Jilid 1, Darul Falah, Jakarta, 2003, hal. 41), dia adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga berlaku atasnya apa yang berlaku atas orang lain(lih. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Dr., Kitab Tauhid 1, Darul Haq, Jakrta, 2003, hal. 61).
Maka beliau pun merasakan lapar, haus, mengantuk, memerlukan istri dan anak, seperti kita manusia pada umumnya. Sebagaimana firman-Nya:
قُل إِنَّمَا أَنَاْ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ
Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusi seperti kamu …”(QS al-Kahfi: 110) dan beliaupun tidak berhak untuk diibadahi atau disembah atau dimintai pertolongannya dan beliaupun hanya beribadah kepada Allah semata.
Bahkan beliau bersabda kepada kita:
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَ إِذَا اسْتَعِنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ
Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah dan apabila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah (HR at-Trimidzi, ia berkata kadist ini shahih).
قُلْ: لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِى نَفْعًا وَ لاَ ضَرًّا إِلاَّ مَاشَاءَ اللهُ، وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبِ لاَسْتَكَثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِى السُّوْءُ،إِنْ أَنَا إِلاَ نَذِيرٌ وَ بَشِيْرٌ لِقَوْمِ يُؤْمِنُونَ.
Katakanlah: Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku, dan tidak pula menolak kemudlorotan kecuali yang Allah kehendaki, dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya, dan aku tidak akan ditimpa kemudlaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (al-A’raf: 188) Maka dapatlah disimpulkan:
1. Bahwa nabi adalah manusia seperti manusia lainnya. Beliau pun merasakan ngantuk, lelah, lapar, dahaga, beristri, beranak seperti manusia lainnya.
2. Kita tidak boleh beribadah kepadanya akan tetapi hendaknya kita hanya beribadah kepada Allah semata.
3. Beliau tidak dapat menolak kemudlaratan, dan tidak bisa mengambil sermua yang bermanfaat selain seperti yang dikehendaki Allah.
4. Beliau tidak mengetahui yang ghaib sebelum ada pemberitahuan dari Allah.
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا. إِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِنَ رَّسُوْلِ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا.
(Allah) Maha mengetahui hal-hal yang ghaib, maka tidak diperlihatkan rahasia keghaiban itu kepada seorangpun. Kecuali kepada rasul yang diridlai-Nya. Sesungguhnya Dia mengadakan pengawal (malaikat) dihadapan dan dibelakang rasul itu. (QS jin 26-27)
2. Bahwa Muhammad adalah رسول الله artinya bahwa beliau diutus kepada manusia (dengan berdasar wahyu yang ditutunkan kepada beliau, dengan misi dakwah kepada Allah (mentauhidkan Allah) sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemberi peringatan). (Lih. Shalih bin … Ibid hal. 62).
إِنْ أَنَا إِلاَ نَذِيرٌ وَ بَشِيْرٌ لِقَوْمِ يُؤْمِنُونَ.
Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
Karena Beliau yang paling mengetahui seluk beluk dalam agama ini, karena beliau menerima wahyu Allah, maka hendaklah dalam beragama, beribadah, berkeyakinan, dalam menentukan halal dan haram, maka kita hendaknya mentaati, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal bid’ah dan muhdastat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang lain. Kita selalu berdasarkan atau mencontoh kepada sunahnya tanpa membuat bentuk ibadah yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar