Senin, 19 Januari 2015

MEMAHAMI GAYA BAHASA DALAM HADIST-HADIST (1)



MEMAHAMI GAYA BAHASA DALAM HADIST-HADIST (1)
Oleh: Sugiyanta PurwosumartoS.Ag, M.Pd

SURGA ITU DI BAWAH KAKI IBU
Teks hadits:
مسند أحمد - (ج31/ص120) حَدَّثَنَا رَوْحٌ قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ الْغَزْوَ وَجِئْتُكَ أَسْتَشِيرُكَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ نَعَمْ فَقَالَ الْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ عِنْدَ رِجْلِهَا .......
Musnad Ahmad (31/120)
Rauh bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibn Juraij mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin Thalhah bin ‘Abdillah mengabariku dari ayahnya, Thalhah bin ‘Abdillah dari Mu’awiyah bin Jahimah, “Seseorang mendatangi shalallahu ‘alaihi wa salam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, apakah saya (harus) ikut peperangan, dan aku mendatangimu dan bergabung dengamu? Maka Rasulullah menjawab, “Apakah kamu punya ibu??” Orang itu menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah bersabda, “Tinggallah bersamanya, karena sesungguhnya surga itu berada pada kakinya ......”
Tetapi harus difahami bahwa makna hadist tersebut adalah bahwa kita harus berbakti kepada ibu, berbuat baik kepadanya dalam keadaan apapun, menyantunya, merawatnya, mematuhinya dan tidak mendurhakainya. Itu semua adalah pintu-pintu terbuka seluas-luasnya untuk dapat memasuki surga Allah subahanhu wa ta’ala.
Suatu kali pernah dikisahkan tentang anak shalih, ia datang terlambat menghadiri majelis ilmu sehingga para sahabatnya bertanya kepadanya mengapa dia terlambat. Anak shalih itu menjawab, “Tadi aku sedang melumuri wajahku dan pipiku dengan debu taman surga. Sebab telah diriwayatkan bahwa surga itu berada di bawah telapak kaki ibu.”
Tentu saja kita tidak akan menyetujui tindakan anak shalih itu. Karena makna yang  dikehendaki dari kalimat - surga di bawah telapak kaki ibu - bukanlah makna secara harfiyah, tetapi ada makna yang lain yang sangat berbeda. Tentu saja surga tidak benar-benar berada di bawah telapak kaki ibu.

SURGA ITU BERADA DI BAWAH NAUNGAN PEDANG
Teks hadist
صحيح البخاري - (ج 9 / ص 398) حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ سَالِمٍ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ وَكَانَ كَاتِبَهُ قَالَ كَتَبَ إِلَيْهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَاعْلَمُوا أَنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلَالِ السُّيُوفِ
Shahih al-Bukhari (9/398)
‘Abdullah bin Muhammad bercerita kepada kami, Mu’awiyah bin ‘Amzi bercerita kepada kami, Abu Ishaq bercerita kepada kami dari Musa bin ‘Uqbah dari Salim Abi an-Nadhr pembantu ‘Umar bin ‘Ubaidillah -dia adalah juru tulisnya- berkata; 'Abdullah bin Abi Aufaa radliallahu 'anhuma menulis surat kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ketahuilah oleh kalian bahwa surga itu berada dibawah naungan pedang”.

Tentu saja tak akan ada orang yang memahami bahwa surga - yang luasnya melebih langit dan bumi itu - benar-benar di bawah bayangan pedang. Dan hadist di atas haruslah dipahami bahwa jihad fii sabilillah (peperangan karena membela agama Allah dengan cara-cara yang dituntunkan rasulullah) - adalah jalan pintas menuju surga, apalagi bila Allah subhanahu wa ta’ala mengaruniakan kesyahidan bagi seseorang yang jihad tersebut.

Adapun jihad dengan cara perang ada tata sendiri dan sudah diatur oleh agama yang suci ini. Dan kita tak bisa menentukan sendiri untuk berjihad melalu peperangan.

DEMAM ITU BERASAL DARI NERAKA JAHANAM

Teks hadist:
صحيح البخاري - (ج 11 / ص 41)
حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ عَبَّاسٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبَايَةَ بْنِ رِفَاعَةَ قَالَ أَخْبَرَنِي رَافِعُ بْنُ خَدِيجٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْحُمَّى مِنْ فَوْرِ جَهَنَّمَ فَأَبْرِدُوهَا عَنْكُمْ بِالْمَاءِ
Shahih al-Bukhari (11/41)
‘Amru bin ‘Abbas telah menceritakan kepada kami, ‘Abdurrahman telah menceritakan kepada kami, Sufyan telah menceritakan kepada kami dari ayahnya dari 'Abayah bin Rifa'ah, ia berkata, “Rafi’ bin Khadij mengabarkan kepada kami, dia berkata, “Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Demam berasal dari hembusan neraka Jahannam maka dinginkanlah ia olehmu dengan air."

Ada seseorang yang benci Islam menggunakan dan mengejek hadist ini untuk menyerang Islam. Ia berkata bahwa Islam tidak ilmiah dan tidak mungkin penyakit demam berasal dari neraka Jahanam karena menurutnya penyakit demam itu dari panasnya bumi atau kotoran-kotoran yang menyebabkan berkembangbiaknya bakteri atau kuman.

Barangkali orang tersebut tidak mengetahui atau pura-pura tidak mengetahui kiasan atau majaz dalam kalimat. Tetapi sebagian yang lain, yang memiliki rasa bahasa, memahami bahwa orang yang terkena penyakit demam merasa sakit yang amat sangat seperti menerima siksaan di neraka Jahanam. Dan rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam memberikan cara mengobati penyakit demam adalah diusap, dikompres atau disembur dengan air.

Kita juga sering mendengar seseorang berkata saat panas terik “wah panasnya, apakah neraka sedang terbuka cendelanya?”. Ini ungkapan bahwa cuaca panas siang itu memang amat sangat panas, tak nyaman terasa di badan.

KURMA ‘AJWAH BERASAL DARI SURGA

Teks hadist:
مسند أحمد - (ج 17 / ص 356)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بَكْرٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعَجْوَةُ مِنْ الْجَنَّةِ وَهِيَ شِفَاءٌ مِنْ السُّمِّ وَالْكَمْأَةُ مِنْ الْمَنِّ وَمَاؤُهَا شِفَاءٌ لِلْعَيْنِ

Musnad Ahmad (17/356)
‘Abdullah bin Bakr menceritakan kepada kami, Sa’id bin Abi ‘Arubah menceritakan kepada kami dari Qatadah dari Syahr bin Haisyab dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Kurma ‘Ajwah berasal dari surga, dan ia adalah obat keracunan, adapun cendawan adalah bagian dari karunia, dan airnya adalah obat penyakit ‘ain.
Korma ‘ajwah dikatakan berasal dari surga karena khasiatnya yang mengagumkan. Bahwa terbebas dan kesembuhan dari keracunan adalah kenikmatan. Seperti nikmatnya surga.