Selasa, 28 Oktober 2014

Sebuah Jawaban - Bagi yang bertanya definisi Akidah Islam



APAKAH AKIDAH ISLAM ITU??
Oleh: Sugiyanta, S.Ag, M.Pd


Pengertian Akidah
1.        Secara Bahasa
Kata akidah atau ‘aqidah berasal dari kata al-‘aqdu (العقد) yang berarti ikatan, keyakinan, kepercayaan atau menetapkan.
2.        Secara Istilah
Kata akidah atau ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tiada keraguan sedikipun bagi orang yang meyakininya

Pengertian Akidah Islam
Akidah Islam atau dalam bahasa Arab disebut ‘Aqidah Islamiyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan segala pelaksanaan kewajban, bertauhid, dan taat kepada-Nya, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, para rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, Hari Akhir, takdir baik dan buruk, dan mengimani seluruh prinsip-prinsip agama, perkara yang ghaib, beriman kepada kesepakatan atau konsesus para salaf shalih, serta berita-beritapasti secara ilmiah maupun alamiyah yang telah ditetapkan al-Quran dan as-Sunah yang makbulah (atau dapat diterima - shahih atau hasan).

Kajian Ilmu Akidah
Ilmu akidah membahas dan mengkaji:
1.        Tauhid - yaitu mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala termasuk dalam hal penciptaan, pemeliharaan, penghukuman, dan pembalasan-Nya
2.        Iman - termasuk rukun iman, beriman kepada hal-hal yang ghaib, bertambah dan berkurangnya iman, dan buah keimanan
3.        Islam - termasuk rukun Islam, ajaran, tuntunan pelaksanaan, balasan
4.        Hal-hal ghaib - termasuk hal-hal yang telah terjadi, atau hal-hal yang akan terjadi, atau segala hal yang tidak diketahui manusia (dan jin dan lainnya), dan manusia bisa mengerti hanya melalui mempelajari firman-Nya melalui penjelasan Rasulullah dengan cara bagaimana para sahabat radliallahu ‘anhum memahaminya.
5.        Dasar-dasar hukum dan seluruh dasar-dasar agama

Kaidah Pengambilan Dalil dalam Ilmu Akidah
1.        Sumber akidah adalah Kitabullah - al-Quran, Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam yang makbulah (yang dapat diterima - shahih/hasan) dan ada pula yang menambahkan ijma/konsesus/kesepakatan para ulama terdahulu (yaitu para sahabat radliallahu ‘anhum, para tabi’in, dan para tabi’it tabi’in dan para ulama sesudahnya yang selalu berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah)

2.        Setiap Sunnah yang shahih yang berasal dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam wajib diterima, walaupun hanya melalui satu sahabat (hadist ahad)
وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ [الحشر/7]
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

3.        Meyakini bahwa Islam adalah agama yang telah sempurna, tak boleh dikurangi, juga tak boleh ditambah, tidak boleh juga diubah.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا [المائدة/3]
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
Telah menceritakan kepada kami Ya'qub telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad dari bapaknya dari Al Qasim bin Muhammad dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak ada perintahnya maka perkara itu tertolak".

4.        Berserah diri, patuh dan taat hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul shalallahu ‘alaihi wa salam, secara lahir dan batin. Dan tidak menolak sesuatupun dari ak-Quran dan as-Sunnah yang shahih.
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا  [النساء/80]
Barangsiapa mentaati Rasulullah maka sungguh ia sudah mentaati Allah, dan barangsiapa yang berpaling, maka kami tidak mengutusmu menjadi penjaga mereka.

5.        Akal yang benar akan selalu sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah yang shahih, dan bila bertentangan, al-Quran dan as-Sunnahlah yang benar.

6.        Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dipelihara oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari segala kesalahan.

7.        Para shahabat Rasulullah radiallahu ‘anhum secara keseluruhan dijauhkan oleh Allah dan kesepakatan di atas kesesatan.
رواه ابن أبي عاصم في "السنة" - عن سعيد ابن زربي عن الحسن عن كعب بن عاصم الأشعري سمع النبي صلى الله عليه وسلم :يقول إن الله قد أجار أمتي من أن تجتمع على ضلالة
Diriwayatkan oleh Ibn Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah - dari Sa’id ibn Zurabi dari al-Hasan dari Ka’ab bin ‘Ashim al-Asy’ari, ia mendengar Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah melindungi umatku dari berkumpul-kumpul di atas kesesatan.”

Namun mereka tidak ma’shum. Jika ada perbedaan di antara para Imam atau selain mereka, maka perkara tersebut dikembalikan kepada al-Quran dan Sunnah Rasulullah dengan memaakan yang keliru dan berprasangka baik bahwa ia adalah orang yang berjtihad.

8.        Bertengkar dan debat dalam masalah agama adalah perbuatan tercela, tetapi berbantahan dengan cara yang baik (diskusi) disyariatkan. Kita diperintahkan menjauhi perdebatan yang berlarut-larut

Minggu, 26 Oktober 2014

ANDA MEMILIKI JIMAT?? BUANGLAH



ANDA MEMILIKI JIMAT?? BUANGLAH
Oleh Sugiyanta, S.Ag, M.Pd

Apakah Jimat Itu?
Jimat bila dimiliki orang yang sedang jatuh cinta, tujuan memilikinya adalah agar seseorang mencintainya, bila ia sedang jatuh cinta dengan pria atau wanita, maka tujuan memlikinya adalah agar yang dicintainya itu membenci atau meninggalkan istri atau atau suaminya. Atau jimat itu diyakini bisa membuat pemiliknya cantik atau tampan.
Jimat jika dimiliki pedagang - tujuan memilikinya adalah agar semua orang membeli barang dagangannya atau menjauhi dagangan orang lain. Atau agar cepat mendapatkan keuntunganyang berlipat ganda.
Jimat jika dimiliki tentara, tujuan memilikinya mungkin agar pemiliknya cepat naik pangkat, begitu juga bagi yang ingin cepat naik pangkat, atau bila sedang perang agar jimat tersebut memberi perlindungan kepada pemiliknya.
Jimat jika dimiliki seorang pencuri, mungkin tujuannya adalah agar jimat itu membantunya agar mendapatkan curian yang banyak atau agar aktivitasnya tak diketahui orang lain, atau agar bisa menghilang.
Dan banyak lagi, lain pemilik lain tujuan.

Wujud Jimat Itu Seperti Apa?
Tidak ada bentuk jimat yang baku. Ada yang berwujud barang sederhana dan tak bernilai sama sekali, misalkan bentuk benang yang dipasang ibunya pada leher atau perut atau bagian mana saja putra-putrinya dengan tujuan agar benang itu menolak segala gangguan dan atau penyakit.
Ada yang berupa kain-kain yang ditulisi rajah, huruf Arab atau huruf apa saja, kadang hanya berupa coretan-coretan saja yang mungkin dipasang diatas pintu dengan tujuan agar jimat tersebut menyelamatkan seisi rumah dari marabahaya atau pencurian dan perampokan.
Dan masih banyak bentuk yang lain, mungkin bunga, kalung gelang, kain mori saja, tulang, rambut, keris, atau mungkin sampai susuk emas yang dipakai wanita agar tampak cantik, berwibawa, atau mempesona dan banyak laki-laki yang mencintainya.

Ternyata Memiliki Jimat itu Termasuk Syirik
Perhatikan hadist berikut:
مسند أحمد - ج 35 / ص 291
حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي مَنْصُورٍ عَنْ دُخَيْنٍ الْحَجْرِيِّ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْبَلَ إِلَيْهِ رَهْطٌ فَبَايَعَ تِسْعَةً وَأَمْسَكَ عَنْ وَاحِدٍ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ بَايَعْتَ تِسْعَةً وَتَرَكْتَ هَذَا قَالَ إِنَّ عَلَيْهِ تَمِيمَةً فَأَدْخَلَ يَدَهُ فَقَطَعَهَا فَبَايَعَهُ وَقَالَ مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
Musnad Ahmad - 35/291- ‘Abdushshamad bin ‘Abdil-Warist menceritakan kepada kami, ‘Abdul-Aziz bin Muslim menceritakan kepada kami, Yazid bin Abi Manshur menceritakan kepada kami, dari Dukhain al-Hajri dari ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani bahwa sekelompok orang mendatangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, lalu beliau membai’at sembilan orang dan menahan seorang. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, engkau membaiat sembilan dan meninggalkan orang ini.” Rasulullah menjawab, “Sungguh padanya ada jimat.” Maka orang itu memasukan tangannya dan memutuskannya Lalu Rasulullah membaiatnya. Dan Rasulullah bersabda, “Siapa yang  menggantung jimat, maka ia telah berbuat berbuat kesyirikan.”

سنن أبي داود - ج 10 / ص 386
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ الْجَزَّارِ عَنْ ابْنِ أَخِي زَيْنَبَ امْرَأَةِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ زَيْنَبَ امْرَأَةِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
Sunan Abi Dawud (10/386) - Muhammad bin al’Ala-I menceritakan kepada kami, Abu Mu’awiyah menceritakan kepada kami, al-A’masy menceritakan kepada kami dari Amr bin Marrah dari Yahya bin al-Jazar dari saudaraku Zainab istri ‘Abdullah dari ‘Abdullah, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya mantera, jimat, dan guna-guna adalak kesyirikan.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam Berlepas Diri dari Orang yang Menggunakan Jimat
سنن أبي داود - (ج 1 / ص 54)
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ خَالِدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَوْهَبٍ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا الْمُفَضَّلُ يَعْنِي ابْنَ فَضَالَةَ الْمِصْرِيَّ عَنْ عَيَّاشِ بْنِ عَبَّاسٍ الْقِتْبَانِيِّ أَنَّ شِيَيْمَ بْنَ بَيْتَانَ أَخْبَرَهُ عَنْ شَيْبَانَ الْقِتْبَانِيِّ قَالَ إِنَّ مَسْلَمَةَ بْنَ مُخَلَّدٍ اسْتَعْمَلَ رُوَيْفِعَ بْنَ ثَابِتٍ عَلَى أَسْفَلِ الْأَرْضِ قَالَ شَيْبَانُ فَسِرْنَا مَعَهُ مِنْ كَوْمِ شَرِيكٍ إِلَى عَلْقَمَاءَ أَوْ مِنْ عَلْقَمَاءَ إِلَى كَوْمِ شَرِيكٍ يُرِيدُ عَلْقَامَ فَقَالَ رُوَيْفِعٌ إِنْ كَانَ أَحَدُنَا فِي زَمَنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَأْخُذُ نِضْوَ أَخِيهِ عَلَى أَنَّ لَهُ النِّصْفَ مِمَّا يَغْنَمُ وَلَنَا النِّصْفُ وَإِنْ كَانَ أَحَدُنَا لَيَطِيرُ لَهُ النَّصْلُ وَالرِّيشُ وَلِلْآخَرِ الْقِدْحُ ثُمَّ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رُوَيْفِعُ لَعَلَّ الْحَيَاةَ سَتَطُولُ بِكَ بَعْدِي فَأَخْبِرْ النَّاسَ أَنَّهُ مَنْ عَقَدَ لِحْيَتَهُ أَوْ تَقَلَّدَ وَتَرًا أَوْ اسْتَنْجَى بِرَجِيعِ دَابَّةٍ أَوْ عَظْمٍ فَإِنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُ بَرِيءٌ
Sunan Abu Dawud - 1/54
.... dari Syaiban Al Qitbani radliallahu ‘anhu, dia berkata, "Bahwasanya Maslamah bin Mukhallad (Gubernur Mesir) mempekerjakan Ruwaifi' bin Tsabit di daerah dataran rendah (negeri Mesir). " Selanjutnya Syaiban berkata, "Kami pernah berjalan bersama dia (Ruwaifi') dari Kumi Syarik ke Alqama' - atau dari Al-Qama' ke Kumi Syarik - Maksudnya Al Qaam. Maka Ruwaifi' berkata, "Pada masa hidup Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, pernah ada seorang di antara kami yang mempergunakan unta milik saudaranya sampai kurus, dengan ketentuan bahwa separuh dari keuntungan untuk pemilik unta dan separuhnya untuk kami. Dan jika di antara kami mendapat bagian mata panah dan bulunya, maka yang lain mendapat wadahnya. " Kemudian Ruwaifi' berkata, 'Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pernah berpesan kepadaku, "Wahai Ruwaifi'! Barangkali kamu akan diberi umur panjang sepeninggalku, karena itu kabarkanlah kepada orang banyak, bahwa siapa yang mengikat jenggotnya (karena merasa bangga) atau mengikat kalung pada kudanya (karena yakin dapat menangkal penyakit), atau beristinja' dengan kotoran binatang atau tulang, maka sesungguhnya Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam berlepas diri dari orang tersebut. {Shahih}

Rabu, 22 Oktober 2014

Pembicaraan Hangat Tentang Halal/Haramnya Ayam



Ayam Dalam Pembicaraan
Oleh Sugiyanta, S.Ag, M.Pd

Menjelang Matahari terbit

Akhir-akhir ini ada pembicaraan yang hangat di media sosial (medsos) Facebook atau Twitter yang menyatakan bahwa ayam ternyata haram dikonsumsi oleh umat Islam. Pernyataan bahwa mengkonsumsi ayam adalah haram berdasarkan hadist shahih. Salah satu dari hadist tersebut adalah sebagai berikut:
أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ مَسْعُودٍ عَنْ بِشْرٍ هُوَ ابْنُ الْمُفَضَّلِ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحَكَمِ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى يَوْمَ خَيْبَرَ عَنْ كُلِّ ذِي مِخْلَبٍ مِنْ الطَّيْرِ وَعَنْ كُلِّ ذِي نَابٍ مِنْ السِّبَاعِ
Telah mengabarkan kepada kami Isma'il bin Mas'ud dari Bisyr yaitu Ibnu Al Mufadhdhal, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Sa'id dari Ali bin Al Hakam dari Maimun bin Mahran dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada saat perang Khaibar melarang dari setiap yang memiliki kuku dari burung dan dari segala yang memiliki taring dari hewan buas. (Sunan an-Nasa’i)

Hadist di atas menegaskan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam saat perang Khaibar melarang mengkonsumsi (makan) dua jenis binatang yaitu:
1.        Burung atau unggas yang mempunyai kuku atau cakar
Para ulama menyatakan bahwa yang dimaksud kuku atau cakar adalah kuku atau cakar yang digunakan burung dan berfungsi untuk mencengkeram mangsanya. Ini artinya bahwa yang diharamkan dalam kelompok ini adalah burung seperti elang, gagak, garuda, bido dan segala yang semacamnya. Tetapi binatang yang tak menggunakan cakar atau kuku untuk mencengkeram mangsanya, seperti ayam, merpati, bebek, angsa dan semacamnya boleh dikonsumsi atau dimakan.
Namun begitu ada pula yang mengartikan bahwa semua unggas yang bercakar atau berkuku adalah haram.

2.        Binatang buas yang memiliki taring
Dari pengertian ini kita tahu bahwa anjing, kucing, harimau, singa dan lainnya adalah haram.

Haramkah Ayam?
Ternyata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tidak mengharamkannya, tetapi beliau mengkonsumsinya.
حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ زَهْدَمٍ الْجَرْمِيِّ عَنْ أَبِي مُوسَى يَعْنِي الْأَشْعَرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْكُلُ دَجَاجًا
Telah menceritakan kepada kami Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Zahdam Al Jarmi dari Abu Musa -yaitu Al Asy'ari- radliallahu 'anhu, ia berkata, "Aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam makan daging ayam." (Shahih al-Bukhari).

Ternyata Para Sahabat radlillahu ‘anhum pun tidak menganggap ayam itu haram, bahkan mereka mengikuti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam mengkonsumsi ayam. Hadist panjang berikut dapat dijadikan bagaimana para Sahabat menyikapi halal dan haramnya ayam.
حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ بْنُ أَبِي تَمِيمَةَ عَنْ الْقَاسِمِ عَنْ زَهْدَمٍ قَالَ كُنَّا عِنْدَ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ وَكَانَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ هَذَا الْحَيِّ مِنْ جَرْمٍ إِخَاءٌ فَأُتِيَ بِطَعَامٍ فِيهِ لَحْمُ دَجَاجٍ وَفِي الْقَوْمِ رَجُلٌ جَالِسٌ أَحْمَرُ فَلَمْ يَدْنُ مِنْ طَعَامِهِ قَالَ ادْنُ فَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْكُلُ مِنْهُ قَالَ إِنِّي رَأَيْتُهُ أَكَلَ شَيْئًا فَقَذِرْتُهُ فَحَلَفْتُ أَنْ لَا آكُلَهُ فَقَالَ ادْنُ أُخْبِرْكَ أَوْ أُحَدِّثْكَ إِنِّي أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنْ الْأَشْعَرِيِّينَ فَوَافَقْتُهُ وَهُوَ غَضْبَانُ وَهُوَ يَقْسِمُ نَعَمًا مِنْ نَعَمِ الصَّدَقَةِ فَاسْتَحْمَلْنَاهُ فَحَلَفَ أَنْ لَا يَحْمِلَنَا قَالَ مَا عِنْدِي مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ ثُمَّ أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَهْبٍ مِنْ إِبِلٍ فَقَالَ أَيْنَ الْأَشْعَرِيُّونَ أَيْنَ الْأَشْعَرِيُّونَ قَالَ فَأَعْطَانَا خَمْسَ ذَوْدٍ غُرَّ الذُّرَى فَلَبِثْنَا غَيْرَ بَعِيدٍ فَقُلْتُ لِأَصْحَابِي نَسِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمِينَهُ فَوَاللَّهِ لَئِنْ تَغَفَّلْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمِينَهُ لَا نُفْلِحُ أَبَدًا فَرَجَعْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا اسْتَحْمَلْنَاكَ فَحَلَفْتَ أَنْ لَا تَحْمِلَنَا فَظَنَنَّا أَنَّكَ نَسِيتَ يَمِينَكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ هُوَ حَمَلَكُمْ إِنِّي وَاللَّهِ إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَا أَحْلِفُ عَلَى يَمِينٍ فَأَرَى غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَتَيْتُ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ وَتَحَلَّلْتُهَا
Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Warits berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub bin Abu Tamimah dari Al Qasim dari Zahdam ia berkata, "Aku pernah bersama Abu Musa Al Asy'ari, sementara kami dengan kaum tersebut sedang menjalin hubungan persaudaraan, kemudian kami di jamu dengan jamuan yang terdapat daging ayam. Di kaum tersebut terdapat seorang laki-laki berkulit merah sedang duduk menyendiri dan tidak mau mendekat, lalu Abu Musa berkata, "Mendekatlah karena aku pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memakannya." Laki-laki itu menjawab, "Sesungguhnya aku pernah melihat beliau memakan sesuatu yang aku merasa jijik dengannya, lalu aku bersumpah untuk tidak memakannya." Abu Musa berkata, "Kemarilah aku akan memberitahukanmu, atau menceritakan kepadamu, Saya pernah mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersama sekelompok orang-orang Asy'ari, ketika itu kami mendapati beliau sedang marah sambil membagi unta sedekah, lalu kami memohon perbelanjaan perang kepada beliau, namun beliau bersumpah untuk tidak memberikan perbelanjaan perang, beliau bersabda: "Sungguh saya tidak dapat memberikan perbelanjaan perang kepada kalian, karena saya tidak memiliki sesuatu untuk membelanjai kalian semua." Selang beberapa saat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diberi beberapa unta (hasil ghanimah), kemudian beliau bersabda: "Kemanakah orang-orang Asy'ariyyin tadi? Kemanakah orang-orang Asy'ariyyin tadi?" Abu Musa melanjutkan, "Lalu beliau menyuruh untuk memberikannya kepada kami, yaitu lima ekor unta berpunuk putih. Belum jauh kami pergi, aku berkata kepada teman-temanku, "Sepertinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lupa dengan sumpahnya tadi, demi Allah sekiranya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam benar-benar lupa dengan sumpah yang pernah di ucapkan tadi, niscaya kita tidak akan beruntung selama-lamanya." Lalu kami kembali menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami meminta perbelanjaan perang kepada anda, namun anda bersumpah untuk tidak memberikan perbelanjaan perang kepada kami, kami menyangka anda lupa dengan sumpah yang telah anda ucapkan." Beliau menjawab: "Memang, sesungguhnya bukan sayalah yang menanggung perbelanjaan kalian, tetapi Allahlah yang menanggungnya. Demi Allah, sesungguhnya saya -Insya Allah- tidak akan mengucapkan suatu sumpah, bila kemudian saya melihat sesuatu yang lebih baik daripada sumpahku itu, melainkan saya melaksanakan yang lebih baik dari sumpahku, dengan membayar denda sumpahku itu." (Shahih al-Bukhari).

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ زَهْدَمٍ قَالَلَمَّا قَدِمَ أَبُو مُوسَى أَكْرَمَ هَذَا الْحَيَّ مِنْ جَرْمٍ وَإِنَّا لَجُلُوسٌ عِنْدَهُ وَهُوَ يَتَغَدَّى دَجَاجًا وَفِي الْقَوْمِ رَجُلٌ جَالِسٌ فَدَعَاهُ إِلَى الْغَدَاءِ فَقَالَ إِنِّي رَأَيْتُهُ يَأْكُلُ شَيْئًا فَقَذِرْتُهُ فَقَالَ هَلُمَّ فَإِنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْكُلُهُ فَقَالَ إِنِّي حَلَفْتُ لَا آكُلُهُ فَقَالَ هَلُمَّ أُخْبِرْكَ عَنْ يَمِينِكَ إِنَّا أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَفَرٌ مِنْ الْأَشْعَرِيِّينَ فَاسْتَحْمَلْنَاهُ فَأَبَى أَنْ يَحْمِلَنَا فَاسْتَحْمَلْنَاهُ فَحَلَفَ أَنْ لَا يَحْمِلَنَا ثُمَّ لَمْ يَلْبَثْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أُتِيَ بِنَهْبِ إِبِلٍ فَأَمَرَ لَنَا بِخَمْسِ ذَوْدٍ فَلَمَّا قَبَضْنَاهَا قُلْنَا تَغَفَّلْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمِينَهُ لَا نُفْلِحُ بَعْدَهَا أَبَدًا فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ حَلَفْتَ أَنْ لَا تَحْمِلَنَا وَقَدْ حَمَلْتَنَا قَالَ أَجَلْ وَلَكِنْ لَا أَحْلِفُ عَلَى يَمِينٍ فَأَرَى غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَتَيْتُ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ مِنْهَا
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim Telah menceritakan kepada kami 'Abdus Salam dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Zahdam dia berkata, “Tatkala Abu Musa datang ke Kufah, dia memuliakan penduduk Jaram. Kami duduk disampingnya ketika ia sedang makan siang dengan daging ayam. Di antara penduduk ada seseorang yang sedang duduk, lalu Abu Musa mengajaknya untuk makan. Tapi orang itu berkata; aku melihatnya makan sesuatu yang tidak aku sukai. Abu Musa berkata; kemarilah, karena aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memakannya. Namun orang itu berkata; Sesungguhnya aku telah bersumpah untuk tidak memakannya. Abu Musa berkata; kemarilah, akan aku kabarkan kepadamu tentang sumpahmu. Kami pernah menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersama beberapa orang Asy'ariyyin. Lalu kami meminta hewan tunggangan, namun beliau menolak memberikan hewan tunggangan. Kemudian kami meminta lagi, tapi beliau bersumpah untuk tidak memberikan hewan tunggangan kepada kami. Tidak lama kemudian, beliau shallallahu 'alaihi wasallam memberikan kepada kami unta ghanimah. Lalu menyuruh kami untuk mengambil beberapa ekor dari unta itu. Tatkala unta itu telah kami bawa, kami berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah lupa dengan sumpahnya. Sungguh, setelah ini kita tidak akan beruntung! Lalu kami menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata; Ya Rasulullah, bukankah engkau telah bersumpah tidak akan memberikan kepada kami hewan tunggangan, tapi kenapa engkau memberikannya kepada kami? Beliau menjawab: "Ya, sebab jika aku bersumpah atas sesuatu dan ternyata di sana ada yang lebih baik dari itu tentu aku akan melakukan yang terbaik." (Sunan Abu Dawud)

Pandangan Islam tentang Ayam
1.        Islam mengasihi binatang
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَانْطَلَقَ لِحَاجَتِهِ فَرَأَيْنَا حُمَرَةً مَعَهَا فَرْخَانِ فَأَخَذْنَا فَرْخَيْهَا فَجَاءَتْ الْحُمَرَةُ فَجَعَلَتْ تَفْرِشُ فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ فَجَعَ هَذِهِ بِوَلَدِهَا رُدُّوا وَلَدَهَا إِلَيْهَا وَرَأَى قَرْيَةَ نَمْلٍ قَدْ حَرَّقْنَاهَا فَقَالَ مَنْ حَرَّقَ هَذِهِ قُلْنَا نَحْنُ قَالَ إِنَّهُ لَا يَنْبَغِي أَنْ يُعَذِّبَ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ
Dari Abdullah, dia berkata: Kami bersama Rasulullah dalam sebuah perjalanan, berangkat untuk suatu keperluan, kemudian kami melihat seekor ayam bersama dua ekor anaknya, lalu kami mengambil kedua anaknya itu. Kemudian datanglah ayam betina itu (induknya) sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Lalu datanglah Nabi dan berkata, "Siapa yang menyakiti ayam ini dengan anaknya? Kembalikan anak-anaknya kepadanya. " Kemudian kami melihat sekelomok semut yang sangat banyak, maka kami membakarnya. Rasulullah SAW pun bertanya, "Siapa yang membakar ini?" Kami menjawab, "Kami." Beliau kemudian bersabda, "Sesungguhnya tidak boleh menyiksa dengan api kecuali Tuhan (pencipta) api." (Sunan Abu Dawud)
2.        Islam melarang kita mencela kokok ayam
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا الدِّيكَ فَإِنَّهُ يُوقِظُ لِلصَّلَاةِ
Dari Zaid bin Khalid berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah kalian mencela ayam jantan karena ia membangunkan untuk shalat'." (Sunan Abu Dawud)

3.        Islam melarang kita menjadikan ayam sebagai sasaran latihan memanah, menembak, melempar dan semacamnya
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ هِشَامِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ دَخَلْتُ مَعَ أَنَسٍ عَلَى الْحَكَمِ بْنِ أَيُّوبَ فَرَأَى غِلْمَانًا أَوْ فِتْيَانًا نَصَبُوا دَجَاجَةً يَرْمُونَهَا فَقَالَ أَنَسٌ نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تُصْبَرَ الْبَهَائِمُ
Telah menceritakan kepada kami Abul Walid berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Hisyam bin Zaid ia berkata, "Pernah aku dan Anas menemui Al Hakam bin Ayyub, lalu Anas melihat seorang pemuda memasang seekor ayam untuk sasaran panahnya, maka Anas pun berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang menjadikan bintang untuk dijadikan sasaran (latihan) tembak." (Shahih al-Bukhari)

4.        Islam melarang kita menyakiti ayam
عَنْ هِشَامِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ دَخَلْتُ مَعَ أَنَسٍ عَلَى الْحَكَمِ بْنِ أَيُّوبَ فَرَأَى فِتْيَانًا أَوْ غِلْمَانًا قَدْ نَصَبُوا دَجَاجَةً يَرْمُونَهَا فَقَالَ أَنَسٌ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تُصْبَرَ الْبَهَائِمُ
Dari Hisyam bin Zaid, ia berkata: Aku bersama Anas berkunjung ke tempat Hakam bin Ayyub, lalu tiba-tiba kami melihat sekelompok pemuda —atau sekelompok bocah— menyakiti seekor ayam, yaitu dengan melemparnya, kemudian Anas pun berkata, "Rasulullah SAW melarang menyakiti binatang ternak." (Sunan Abu Dawud)

5.        Islam melarang kita memutilasi saat masih hidup
حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ ابْنِ عُمَرَ فَمَرُّوا بِفِتْيَةٍ أَوْ بِنَفَرٍ نَصَبُوا دَجَاجَةً يَرْمُونَهَا فَلَمَّا رَأَوْا ابْنَ عُمَرَ تَفَرَّقُوا عَنْهَا وَقَالَ ابْنُ عُمَرَ مَنْ فَعَلَ هَذَا إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ مَنْ فَعَلَ هَذَا تَابَعَهُ سُلَيْمَانُ عَنْ شُعْبَةَ حَدَّثَنَا الْمِنْهَالُ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَثَّلَ بِالْحَيَوَانِ وَقَالَ عَدِيٌّ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Telah menceritakan kepada kami Abu An Nu'man berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Abu Bisyr dari Sa'id bin Jubair ia berkata, "Aku pernah bersama Ibnu Umar melewati sekelompok orang yang sedang menjadikan ayam sebagai sasaran tembak mereka, ketika mereka melihat Ibnu Umar mereka pun kabur. Ibnu Umar lalu berkata, "Siapa yang melakukan ini! Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaknat orang yang melakukan perbuatan seperti ini." Hadits ini dikuatkan oleh Sulaiman dari Syu'bah berkata, telah menceritakan kepada kami Al Minhal dari Sa'id dari Ibnu Umar ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaknat orang yang memutilasi hewan." Adi menyebutkan dari Sa'id dari Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam." (Shahih al-Bukhari)

Bila Mendengar Kokok Ayam
Bila mendengar kokok ayam Rasulullah memerintahkan kita untuk memohon karunia kepada Allah.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ فَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيقَ الْحِمَارِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطَانًا
Telah bercerita kepada kami Qutaibah telah bercerita kepada kami Al Laits dari Ja'far bin Rabi'ah dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika kalian mendengar suara kokok ayam mohonlah kepada Allah karunia-Nya karena saat itu ayam itu sedang melihat malaikat dan bila kalian mendengar ringkik suara keledai mohonlah perlindungan kepada Allah karena saat itu keledai itu sedang melihat setan".(Shahih al-Bukhari)

Beberapa Manfaat Kokok Ayam
Sebagai alarm untuk bangun malam untuk shalat malam
حَدَّثَنِي عَبْدَانُ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ شُعْبَةَ عَنْ أَشْعَثَ سَمِعْتُ أَبِي قَالَ سَمِعْتُ مَسْرُوقًا قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَيُّ الْعَمَلِ كَانَ أَحَبَّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ الدَّائِمُ قُلْتُ مَتَى كَانَ يَقُومُ قَالَتْ كَانَ يَقُومُ إِذَا سَمِعَ الصَّارِخَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ الْأَشْعَثِ قَالَ إِذَا سَمِعَ الصَّارِخَ قَامَ فَصَلَّى
Telah menceritakan kepada saya 'Abdan berkata, telah mengabarkan kepada saya Bapakku dari Syu'bah dari Asy'ats; Aku mendengar Bapakku berkata; Aku mendengar Masruq berkata; "Aku pernah bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha, amal apakah yang paling disukai oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam? 'Aisyah radliallahu 'anha menjawab: "Amal yang ditekuni secara terus menerus". Aku bertanya lagi: "Kapan Beliau bangun malam?" 'Aisyah radliallahu 'anha menjawab: "Beliau bangun malam bila mendengar suara kokok ayam". Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salam berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Al Ahwash dari Al 'Asy'ats berkata: "Jika Beliau mendengar suara kokok ayam Beliau bangun lalu shalat". (Shahih al-Bukhari)

Beberapa Kiasan yang disamakan dengan nilai ayam
1.        Bila kita menghadiri shalat Jumat, dan kita termasuk awal menghadirinya boleh jadi kehadiran kita disamakan dengan berkorban seekor ayam jantan
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتْ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Sumayya mantan budak Abu Bakar bin 'Abdurrahman, dari Abu Shalih As Saman dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mandi pada hari Jum'at sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat menuju Masjid, maka dia seolah berkurban seekor unta. Dan barangiapa datang pada kesempatan (saat) kedua maka dia seolah berkurban seekor sapi. Dan barangiapa datang pada kesempatan (saat) ketiga maka dia seolah berkurban seekor kambing yang bertanduk. Dan barangiapa datang pada kesempatan (saat) keempat maka dia seolah berkurban seekor ayam. Dan barangiapa datang pada kesempatan (saat) kelima maka dia seolah berkurban sebutir telur. Dan apabila imam sudah keluar (untuk memberi khuthbah), maka para Malaikat hadir mendengarkan dzikir (khuthbah tersebut)." (Shahih al-Bukhari)
                                     
عنَ أَبَي هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ كَانَ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ مَلَائِكَةٌ يَكْتُبُونَ الْأَوَّلَ فَالْأَوَّلَ فَإِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ طَوَوْا الصُّحُفَ وَجَاءُوا يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ وَمَثَلُ الْمُهَجِّرِ كَمَثَلِ الَّذِي يُهْدِي الْبَدَنَةَ ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي بَقَرَةً ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي الْكَبْشَ ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي الدَّجَاجَةَ ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي الْبَيْضَةَ
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Jika tiba hari Jum'at, maka di setiap pintu masjid ada beberapa malaikat yang mencatat orang yang pertama kali datang (ke masjid) dan selanjutnya. Apabila imam naik ke mimbar, maka para malaikat itu menutup lembaran catatan tersebut lalu mereka bersiap-siap mendengarkan khutbah. Perumpamaan orang yang datang pada awal waktu seperti orang yang berkurban unta, orang yang datang berikutnya seperti orang yang berkurban sapi, yang datang berikutnya seperti orang yang berkurban kambing, yang datang berikutnya seperti orang yang bersedekah ayam, dan orang yang datang berikutnya seperti orang yang bersedekah sebutir telur" {Muslim 3/8}

2.        Pembicaraan dan Bisikan Jin kepada Dukun atau Tukang Ramal Disamakan dengan Suara Ayam Betina
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ أَخْبَرَنَا مَخْلَدُ بْنُ يَزِيدَ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ عُرْوَةَ أَنَّهُ سَمِعَ عُرْوَةَ يَقُولُ قَالَتْ عَائِشَةُ سَأَلَ أُنَاسٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْكُهَّانِ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسُوا بِشَيْءٍ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ أَحْيَانًا بِالشَّيْءِ يَكُونُ حَقًّا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنْ الْحَقِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّيُّ فَيَقُرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ قَرَّ الدَّجَاجَةِ فَيَخْلِطُونَ فِيهَا أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ كَذْبَةٍ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salam telah mengabarkan kepada kami Makhlad bin Yazid telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, Ibnu Syihab berkata; telah mengabarkan kepadaku Yahya bin 'Urwah bahwa dia mendengar Urwah berkata; Aisyah berkata; "Orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenai paranormal (dukun), maka beliau bersabda kepada mereka: "Sesungguhnya mereka tidak (mengetahui) apa-apa." Mereka berkata; "Wahai Rasulullah, terkadang pembicaraan mereka benar." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ucapan yang benar itu adalah hasil curian jin, kemudian ia perdengarkan ke telinga para wali-walinya sebagaimana ayam betina bersuara, kemudian mereka menambah-nambahi dengan seratus kebohongan."

Umar bin al-Khaththab radliallahu ‘anhum menggambarkan keatangan kematiannya dengan impian dipatuk ayam.
عَنْ مَعْدَانَ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ خَطَبَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَذَكَرَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَكَرَ أَبَا بَكْرٍ قَالَ إِنِّي رَأَيْتُ كَأَنَّ دِيكًا نَقَرَنِي ثَلَاثَ نَقَرَاتٍ وَإِنِّي لَا أُرَاهُ إِلَّا حُضُورَ أَجَلِي وَإِنَّ أَقْوَامًا يَأْمُرُونَنِي أَنْ أَسْتَخْلِفَ وَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُنْ لِيُضَيِّعَ دِينَهُ وَلَا خِلَافَتَهُ وَلَا الَّذِي بَعَثَ بِهِ نَبِيَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنْ عَجِلَ بِي أَمْرٌ فَالْخِلَافَةُ شُورَى بَيْنَ هَؤُلَاءِ السِّتَّةِ الَّذِينَ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَنْهُمْ رَاضٍ وَإِنِّي قَدْ عَلِمْتُ أَنَّ أَقْوَامًا يَطْعَنُونَ فِي هَذَا الْأَمْرِ أَنَا ضَرَبْتُهُمْ بِيَدِي هَذِهِ عَلَى الْإِسْلَامِ فَإِنْ فَعَلُوا ذَلِكَ فَأُولَئِكَ أَعْدَاءُ اللَّهِ الْكَفَرَةُ الضُّلَّالُ ثُمَّ إِنِّي لَا أَدَعُ بَعْدِي شَيْئًا أَهَمَّ عِنْدِي مِنْ الْكَلَالَةِ مَا رَاجَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَيْءٍ مَا رَاجَعْتُهُ فِي الْكَلَالَةِ وَمَا أَغْلَظَ لِي فِي شَيْءٍ مَا أَغْلَظَ لِي فِيهِ حَتَّى طَعَنَ بِإِصْبَعِهِ فِي صَدْرِي فَقَالَ يَا عُمَرُ أَلَا تَكْفِيكَ آيَةُ الصَّيْفِ الَّتِي فِي آخِرِ سُورَةِ النِّسَاءِ وَإِنِّي إِنْ أَعِشْ أَقْضِ فِيهَا بِقَضِيَّةٍ يَقْضِي بِهَا مَنْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَمَنْ لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أُشْهِدُكَ عَلَى أُمَرَاءِ الْأَمْصَارِ وَإِنِّي إِنَّمَا بَعَثْتُهُمْ عَلَيْهِمْ لِيَعْدِلُوا عَلَيْهِمْ وَلِيُعَلِّمُوا النَّاسَ دِينَهُمْ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَقْسِمُوا فِيهِمْ فَيْئَهُمْ وَيَرْفَعُوا إِلَيَّ مَا أَشْكَلَ عَلَيْهِمْ مِنْ أَمْرِهِمْ ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ تَأْكُلُونَ شَجَرَتَيْنِ لَا أَرَاهُمَا إِلَّا خَبِيثَتَيْنِ هَذَا الْبَصَلَ وَالثُّومَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا وَجَدَ رِيحَهُمَا مِنْ الرَّجُلِ فِي الْمَسْجِدِ أَمَرَ بِهِ فَأُخْرِجَ إِلَى الْبَقِيعِ فَمَنْ أَكَلَهُمَا فَلْيُمِتْهُمَا طَبْخًا
Dari Ma'dan bin Abu Thalhah, bahwasanya Umar bin Khaththab RA berkhutbah pada hari Jum'at. Setelah menyebut Nabi SAW dan Abu Bakar RA. dia berkata, "Sesungguhnya saya seakan-akan melihat seekor ayam yang mematuk saya tiga kali. Saya tidak melihatnya melainkan itu adalah (firasat) datangnya ajal saya. Beberapa kaum meminta agar saya menunjuk pengganti khalifah. Sungguh Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan agama-Nya dan risalah yang Dia turunkan kepada Nabi-Nya. Kalau sewaktu-waktu ajal saya tiba, maka jabatan khalifah di musyawarahkan di antara enam orang yang diridhai oleh Rasulullah SAW ketika beliau wafat. Sungguh saya tahu bahwa beberapa kaum ingin menumbangkan persoalan khalifah ini. Saya kalahkan mereka demi Islam. Jika mereka berbuat demikian, maka mereka adalah musuh-musuh Allah yang kafir dan sesat." "Kemudian saya tidak membiarkan sepeninggal saya sesuatu yang menurut saya lebih penting daripada persoalan kalalah. Saya tidak pernah bertanya terlalu jauh kepada Rasulullah SAW seperti masalah kalalah, dan betapa berat masalah ini bagi saya, sehingga beliau menusukkan dua jarinya di dada saya lalu berkata, "Hai Umar! Tidaklah cukup bagimu ayat Ash-Shaif yang ada di akhir surah An-Nisa'?" "Sungguh jika saya masih hidup, maka saya akan menghukumi kalalah sebagaimana masalah yang diputuskan oleh orang yang memahami Al Qur'an maupun yang tidak memahami." Kemudian Umar mengatakan, "Ya Allah sungguh saya mempersaksikan kepada-Mu tentang para pejabat di setiap daerah. Sungguh saya mengutus mereka untuk berbuat adil terhadap rakyat, untuk mengajarkan agama dan Sunnah Nabi kepada umat manusia, untuk membagi-bagikan rampasan perang kepada rakyat, dan untuk menampung kesulitan yang diadukan oleh rakyat untuk di sampaikan kepada saya.""Kemudiaan saudara-saudara! Sungguh kalian makan dua tumbuhan yang saya pandang kotor, yaitu bawang merah dan bawang putih. Saya pernah melihat Rasulullah SAW apabila beliau menemukan orang di masjid yang berbau bawang merah dan bawang putih, beliau menyuruh untuk mengeluarkan orang itu ke Baqi'. Barang siapa memakan bawang merah dan bawang putih, maka matikanlah dapurnya." (Catatan: Kalalah adalah orang yang mati dan meninggalkan saudara saja) {Muslim 2/81}